Chapter 210: Keterkejutan Sovieshu (1)
Penerjemah: Shira Ulwiya
Aku tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari aku akan tinggal di Istana
Selatan yang disediakan untuk tamu-tamu kehormatan!
Melihat sekeliling ruangan yang disiapkan
untuk Ratu Kerajaan Barat, aku tidak bisa menahan tawa.
Seseorang tidak benar-benar tahu apa yang akan
terjadi di masa depan. Hal
ini tidak terbayangkan setahun yang lalu, atau bahkan
beberapa bulan yang lalu.
Mengesampingkan kegelisahanku, pertama-tama
aku melepas sarung tangan dan juga pakaian luarku yang menyesakkan.
Kemudian aku membongkar koperku untuk berganti ke
sesuatu yang lebih nyaman dan bergaya. Akhirnya, aku memanggil seorang
pelayan untuk mengatur sisa barang bawaanku.
Ketika aku sedang duduk di tempat
tidur, Rose dan Mastas tiba setelah mereka selesai mengatur barang-barang
mereka sendiri.
Laura dan Countess Jubel tidak hadir, karena aku
memerintahkan mereka untuk beristirahat di rumah masing-masing selama kami
berada di ibu kota.
“Rasanya aneh kita berempat tidak bersama,”
gerutu Mastas begitu dia tiba seolah dia merindukan Laura, seseorang yang akrab
dengannya.
Rose tersenyum muram, dia juga sepertinya
menjadi sangat dekat dengan Countess Jubel, "Itu benar."
Menghabiskan setiap hari bersama, tidak dapat
dihindari mereka akan menjadi dekat.
Mungkin itu sebabnya dayang-dayang Christa
terus berada di dekat
Christa.
Namun, waktu yang kami habiskan sendirian
sangat singkat. Karena semua bangsawan Kekaisaran Timur yang dulunya berada
di sisiku sebagai dayang datang berkunjung tak berapa lama kemudian.
"Countess Eliza!"
Di antara mereka adalah Countess Eliza, yang dulunya menjadi
kepala dayangku.
"Yang Mulia Permaisuri!" Countess
Eliza, yang memanggilku seperti biasanya, berkedip karena malu begitu dia
berbicara. Kemudian para dayang lainnya tertawa terbahak-bahak dan dia
tersenyum canggung.
Setelah beberapa saat.
Kami membawa dua meja ke ruang tamu, tempat
kami berkumpul untuk menikmati makanan ringan dan kopi.
Sudah lama kami tidak bertemu, jadi kami punya
banyak hal untuk dibicarakan.
“Aku beradaptasi dengan baik. Nona Rose dan Nona
Mastas di sini telah memberikan dukungan yang besar kepadaku, selain itu aku bertemu
saudaraku lagi di sana.”
“Bagaimana dengan Yang Mulia Heinley?
Bagaimana hubungan kalian?"
“…”
Ketika aku tersenyum canggung alih-alih
menjawab, wajah para dayang dari Kekaisaran Timur berubah galak.
Aku melambaikan tanganku dengan
cepat, dan Rose menjawab sebelum aku melakukannya.
“Meskipun saya tidak tahu seberapa baik
hubungan mereka, ketika mereka bersama mereka tampak… sangat bahagia.”
Dia tersipu saat berbicara.
Dia mungkin sedang memikirkan tentang
insiden kereta.
Para dayang tersenyum dan mencoba mengorek
lebih jauh.
"Kenapa? Apa yang kamu
lihat?”
"Apakah Yang Mulia Heinley memperlakukan
Navier kita dengan sangat baik?"
Rose tersenyum tidak nyaman seolah-olah sulit
baginya untuk terus berbicara tentang masalah itu.
Tetapi dia tidak perlu menjawab karena Heinley
sendiri yang datang ke kamarku.
"Salam untuk Yang Mulia Raja Kerajaan
Barat."
Para dayang menyambutnya dengan terkejut,
Heinley memberikan senyum khasnya dan melambaikan tangannya. Kemudian dia
mendekatiku dan bertanya, “Apakah kamu tidak terlalu mengabaikan suamimu? Aku
mampir karena aku cemburu, Ratu.”
Mantan dayang-dayangku terkejut.
Ketika aku mengirim tatapan tajam
ke arah Heinley untuk berhenti berbicara omong kosong, dia menatapku dengan
sedih, mengulurkan tangannya, dan meraih tanganku.
"Aku merindukanmu."
Dia berbicara seperti anak anjing besar yang
haus akan cinta, dan pada saat yang sama aku mendengar para dayang terkesiap.
Namun, aku mengerutkan kening.
Terlepas dari bagaimana dia berperilaku ketika
hanya kami berdua, dia tetaplah raja sebuah negara. Bukankah seharusnya dia berperilaku lebih
bermartabat di depan orang lain?
Membahasnya di sini akan merusak citranya, jadi pada akhirnya, aku hanya tersenyum
dengan ekspresi yang dipaksakan.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Aku menghabiskan sisa hari itu dengan tenang berbagi cerita dengan
dayang-dayangku, begitu juga hari berikutnya.
Ketika aku menjadi Permaisuri, aku jarang
menghabiskan sepanjang hari untuk bersantai karena aku selalu memiliki
pekerjaan yang harus dilakukan. Sekarang aku bukan lagi Permaisuri,
aku bisa beristirahat seperti ini di Istana Kekaisaran Timur.
Sungguh ironis, tetapi aku mencoba
untuk tidak menunjukkannya dan hanya tersenyum.
Akhirnya, sehari sebelum pernikahan tiba.
Hingga kemarin, aku menikmati waktu dengan mantan dayang-dayangku. Tapi hari ini,
lidahku tiba-tiba menjadi kaku dan kegelisahanku meningkat.
Aku mondar-mandir di kamarku, lalu pergi berjalan-jalan.
Tanpa diduga, Heinley ada di dekat sana, jadi
kami memutuskan untuk berjalan-jalan bersama.
Saat kami berjalan dalam keheningan, kami
melewati tempat di mana aku pernah berjalan-jalan dengan Heinley
ketika aku masih
menjadi Permaisuri.
"Apakah kamu ingat?" Heinley
bertanya sambil tersenyum, memikirkan hal yang sama, "Kita berjalan di
sini berbicara tentang ulang tahun Ratu."
"Aku ingat."
"Ratu mencoba memberiku makan
serangga."
"!"
Oh, itu benar.
Saat itu aku tidak tahu Heinley adalah Queen. Aku tertawa memikirkannya.
"Apakah kamu benar-benar terkejut?"
“Bahkan sekarang melihat serangga membuatku
takut.”
“Pada saat itu, kamu mengatakan burung-burung
Barat makan makanan yang dimasak, kan?”
“…”
"Kau tampak sangat ketakutan."
Heinley tersenyum malu. Aku geli bahwa
Heinley, yang selalu begitu percaya diri, malah menunjukkan
tanda-tanda kelemahan, jadi aku menggodanya.
“Ratu tidak takut serangga?”
"Tidak
juga."
Mendengar bualanku,
Heinley bertepuk tangan dan berseru kagum.
"Itu
keren!"
"Tentu
saja."
"Jadi,
jika kita berkencan di malam hari dan seekor serangga muncul, Ratu bisa
mengatasinya."
“?!”
"Kecuali
serangga, aku akan menangani semuanya."
"Itu…"
Ketika aku
memandangnya, merasa sedikit khawatir dengan pemikiran itu, Heinley tersenyum
aneh.
Jelas
sekali dia tahu aku berbohong. Malu, aku tersenyum sambil menggigit bibirku.
Setelah
kami berbicara sebentar, aku merasakan tatapan berat ke arahku. Saat aku hendak
bertanya pada Heinley apa yang dia makan ketika dia menjadi burung, aku menoleh
ke arah dari mana tatapan itu berasal.
Itu adalah
Sovieshu.
Melihatnya
membuatku teringat masa lalu sekali lagi.
Saat itu,
aku sedang berjalan di sebelah Heinley saat kami berbicara tentang Queen, dan
Sovieshu muncul seperti yang dia lakukan sekarang.
Apakah
bagian ini akan sama seperti sebelumnya juga?
Agak konyol
untuk memikirkan itu, jadi aku hanya menyapa Sovieshu dengan senyum tipis saat
dia mendekat.
"Senang
melihat Yang Mulia Kaisar Kekaisaran Timur."
Sovieshu
tetap bergeming dengan bibir tertutup rapat tanpa menanggapi sapaanku, melihat
antara Heinley dan aku dengan ekspresi marah.
Dia
kemudian bertanya kepada Heinley, "Raja Heinley, bisakah Anda mengizinkan
saya untuk berbicara berdua dengan Navier?"
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
Gak, jangan di bolehin Heinley!
ReplyDelete