Chapter 212: Pernikahan Sovieshu (1)
Penerjemah: Shira Ulwiya
Aku pasti bukan orang yang baik. Aku tahu bahwa
banyak orang berharap mantan pasangannya bahagia. Namun, aku merasa akan
sangat tidak adil jika dua orang yang mengusirku, hidup bahagia
selamanya. Jadi, satu-satunya pikiran di kepalaku adalah, 'Aku harap
mereka tidak bahagia.'
Tapi tidak sampai ke titik, 'Membusuklah di neraka!'
"Ayo undang mereka," bisik Heinley
lembut di sampingku.
Apakah dia menyadari pikiranku?
"Mari kita juga undang mereka berdua."
Akankah mereka hadir hanya karena kita
mengundang mereka? Aku
pikir tidak.
Ketika tangannya yang hangat menyentuh
tanganku, pikiranku yang terganggu sesaat, kembali normal. Bisikan dan
sentuhannya membuatku merasa lebih baik.
"Tidak apa-apa," bisikku, meraih
tangannya.
Saat kami menautkan jari-jari kami, aku merasa
terhibur karena memiliki tempat untuk berpegangan erat-erat.
Tapi tiba-tiba aku merasakan tatapan ke arahku dan
menyadari bahwa Sovieshu sedang menatap kami.
Begitu juga dengan
orang-orang lain.
Aku sengaja menggenggam tangan Heinley
lebih erat.
Apakah dia merasa bahwa mantan istrinya merusak
pernikahannya? Ekspresi Sovieshu berkerut.
Bahkan Rashta, yang berseri-seri di
sampingnya, menyadarinya dan mengikuti tatapan Sovieshu. Melihatku, Rashta
sedikit mengernyit.
**
Acara selanjutnya setelah upacara pernikahan adalah
pawai.
Sebuah pawai pernikahan di mana
Kaisar dan Permaisuri akan berkendara melalui ibu kota dengan kereta kuda yang sama.
Meskipun menyelesaikan rute dengan kereta biasa tidak akan memakan waktu lama,
dalam kereta pawai akan memakan waktu tiga hingga empat jam karena bergerak
lebih lambat.
Pada titik ini, masalah kecil muncul.
Mereka seharusnya naik kereta pawai tepat
setelah upacara pernikahan.
Rashta, yang berjalan ke kereta dengan bantuan
Viscountess Verdi, dihentikan oleh Sovieshu.
"Ganti bajumu," perintahnya.
Secara tradisional, pengantin wanita dan pria akan berparade dalam pakaian pernikahan mereka untuk menunjukkan kepada
orang-orang mereka bagaimana penampilan mereka saat mereka menyegel janji
pernikahan mereka. Bangsawan-bangsawan lain juga akan berkumpul untuk menonton.
Tetapi ketika Sovieshu tiba-tiba memintanya
untuk mengganti pakaiannya, bukan hanya Rashta saja yang terkejut, begitu
juga para bangsawan lainnya.
Setelah merenung, para bangsawan
dengan cepat menyetujui kata-kata Sovieshu. Jika dia tampil berpakaian seperti itu di depan
orang-orang, itu bisa menjadi bencana.
Rashta menggerutu dengan ekspresi sedih, dia
sepertinya sangat menyukai gaunnya yang glamor.
"Rashta disuruh pergi ke pawai seperti
ini."
Sovieshu berusaha tampak lebih
bertekad, tetapi akhirnya menghela napas dan memerintahkannya.
“Setidaknya lepas aksesori itu. Itu semua
terlihat konyol.”
“Konyol…”
"Kamu terlihat seperti pohon Natal."
Mendengar kata-kata kasar Sovieshu, Rashta
dipaksa masuk ke ruangan kosong terdekat bersama Viscountess Verdi.
Setelah beberapa saat, Rashta keluar. Setelah
melepas semua aksesori, dia benar-benar terlihat secantik bidadari.
Meskipun gaun itu masih sangat glamor, Rashta tampak lebih menonjol.
Namun, dia naik kereta dengan ekspresi sedih,
sepertinya lebih menyukai penampilan sebelumnya.
Baru kemudian Sovieshu naik kereta dan
menggerakkan kepalanya sedikit seolah-olah untuk melihat ke arah kami. Pada
akhirnya, dia tidak melakukannya dan hanya menginstruksikan, "Ayo
pergi."
Di bagian belakang kereta yang berangkat, pita
sutra putih dengan tepi emas berkibar indah.
Saat aku menyaksikan adegan ini, aku naik kereta berikutnya
dengan Heinley.
Merasa sedikit gugup, aku meraih pagar kereta
dengan satu tangan dan meraih tangan Heinley dengan tangan lainnya.
Kereta pawai tidak memiliki penutup, jadi aku harus
berdiri sepanjang jalan.
Dengan kata lain, aku harus menghadapi
tatapan orang-orang dari Kekaisaran Timur yang aku tinggalkan.
Aku tidak bisa menahan diri agar tidak tegang. Sekarang bukan waktunya untuk
memperhatikan gaun Rashta.
Kerajaan Barat juga merupakan negara yang
kuat, jadi kami akan berada tepat di belakang kereta Permaisuri dan Kaisar…
Itu adalah posisi yang sempurna bagi
orang-orang untuk melihat Rashta dan aku secara bergantian.
Aku beberapa
kali menarik napas dalam-dalam agar tampak acuh tak acuh,
dan mencengkeram pagar kereta dengan erat saat kereta mulai bergoyang.
Aku mendengar sorakan keras ketika kami mulai bergerak melalui
jalan-jalan.
Itu adalah sorakan orang-orang dari
Kekaisaran Timur untuk Rashta.
"Astaga! Dia terlihat seperti malaikat!”
“Rashta!
"Lihat kemari!"
Aku dengar bahwa Rashta sangat populer di kalangan rakyat jelata. Itu
terlihat jelas saat kami melewati jalanan.
Sorakan orang-orang untuk Rashta lebih keras
daripada saat di pawai Sovieshu bersamaku di masa lalu.
Suasana di antara para bangsawan dan rakyat
jelata benar-benar berlawanan.
Mungkin lega dengan sorak-sorai yang berapi-api,
Rashta tersenyum lebar dan melambai kepada semua orang.
Penampilannya yang cerah dan menawan membuat
orang-orang semakin bersemangat.
Namun, sorakan itu berubah menjadi keheningan
yang hampir mematikan saat aku melewati mereka di sebelah Heinley.
“…”
Aku dengar bahwa sekitar setengah dari orang-orang tidak menentang
pernikahanku. Rupanya, bahkan orang-orang itu tidak mengharapkanku menghadiri
pernikahan Sovieshu secara pribadi.
Ke mana pun aku lewat, suasananya
menjadi luar biasa sunyi.
Aku mencoba menyembunyikan rasa malu dengan menjaga daguku tetap tegak sambil berusaha
untuk tetap tenang.
Heinley mengenggam tanganku lebih erat.
***
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment