Sunday, June 27, 2021

Remarried Empress (#212) / The Second Marriage

 


Chapter 212: Pernikahan Sovieshu (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Aku pasti bukan orang yang baik. Aku tahu bahwa banyak orang berharap mantan pasangannya bahagia. Namun, aku merasa akan sangat tidak adil jika dua orang yang mengusirku, hidup bahagia selamanya. Jadi, satu-satunya pikiran di kepalaku adalah, 'Aku harap mereka tidak bahagia.'

Tapi tidak sampai ke titik, 'Membusuklah di neraka!'

"Ayo undang mereka," bisik Heinley lembut di sampingku.

Apakah dia menyadari pikiranku?

"Mari kita juga undang mereka berdua."

Akankah mereka hadir hanya karena kita mengundang mereka? Aku pikir tidak.

Ketika tangannya yang hangat menyentuh tanganku, pikiranku yang terganggu sesaat, kembali normal. Bisikan dan sentuhannya membuatku merasa lebih baik.

"Tidak apa-apa," bisikku, meraih tangannya.

Saat kami menautkan jari-jari kami, aku merasa terhibur karena memiliki tempat untuk berpegangan erat-erat.

Tapi tiba-tiba aku merasakan tatapan ke arahku dan menyadari bahwa Sovieshu sedang menatap kami.

Begitu juga dengan orang-orang lain.

Aku sengaja menggenggam tangan Heinley lebih erat.

Apakah dia merasa bahwa mantan istrinya merusak pernikahannya? Ekspresi Sovieshu berkerut.

Bahkan Rashta, yang berseri-seri di sampingnya, menyadarinya dan mengikuti tatapan Sovieshu. Melihatku, Rashta sedikit mengernyit.

**

Acara selanjutnya setelah upacara pernikahan adalah pawai.

Sebuah pawai pernikahan di mana Kaisar dan Permaisuri akan berkendara melalui ibu kota dengan kereta kuda yang sama. Meskipun menyelesaikan rute dengan kereta biasa tidak akan memakan waktu lama, dalam kereta pawai akan memakan waktu tiga hingga empat jam karena bergerak lebih lambat.

Pada titik ini, masalah kecil muncul.

Mereka seharusnya naik kereta pawai tepat setelah upacara pernikahan.

Rashta, yang berjalan ke kereta dengan bantuan Viscountess Verdi, dihentikan oleh Sovieshu.

"Ganti bajumu," perintahnya.

Secara tradisional, pengantin wanita dan pria akan berparade dalam pakaian pernikahan mereka untuk menunjukkan kepada orang-orang mereka bagaimana penampilan mereka saat mereka menyegel janji pernikahan mereka. Bangsawan-bangsawan lain juga akan berkumpul untuk menonton.

Tetapi ketika Sovieshu tiba-tiba memintanya untuk mengganti pakaiannya, bukan hanya Rashta saja yang terkejut, begitu juga para bangsawan lainnya.

Setelah merenung, para bangsawan dengan cepat menyetujui kata-kata Sovieshu. Jika dia tampil berpakaian seperti itu di depan orang-orang, itu bisa menjadi bencana.

Rashta menggerutu dengan ekspresi sedih, dia sepertinya sangat menyukai gaunnya yang glamor.

"Rashta disuruh pergi ke pawai seperti ini."

Sovieshu berusaha tampak lebih bertekad, tetapi akhirnya menghela napas dan memerintahkannya.

“Setidaknya lepas aksesori itu. Itu semua terlihat konyol.”

“Konyol…”

"Kamu terlihat seperti pohon Natal."

Mendengar kata-kata kasar Sovieshu, Rashta dipaksa masuk ke ruangan kosong terdekat bersama Viscountess Verdi.

Setelah beberapa saat, Rashta keluar. Setelah melepas semua aksesori, dia benar-benar terlihat secantik bidadari.

Meskipun gaun itu masih sangat glamor, Rashta tampak lebih menonjol.

Namun, dia naik kereta dengan ekspresi sedih, sepertinya lebih menyukai penampilan sebelumnya.

Baru kemudian Sovieshu naik kereta dan menggerakkan kepalanya sedikit seolah-olah untuk melihat ke arah kami. Pada akhirnya, dia tidak melakukannya dan hanya menginstruksikan, "Ayo pergi."

Di bagian belakang kereta yang berangkat, pita sutra putih dengan tepi emas berkibar indah.

Saat aku menyaksikan adegan ini, aku naik kereta berikutnya dengan Heinley.

Merasa sedikit gugup, aku meraih pagar kereta dengan satu tangan dan meraih tangan Heinley dengan tangan lainnya.

Kereta pawai tidak memiliki penutup, jadi aku harus berdiri sepanjang jalan.

Dengan kata lain, aku harus menghadapi tatapan orang-orang dari Kekaisaran Timur yang aku tinggalkan.

Aku tidak bisa menahan diri agar tidak tegang. Sekarang bukan waktunya untuk memperhatikan gaun Rashta.

Kerajaan Barat juga merupakan negara yang kuat, jadi kami akan berada tepat di belakang kereta Permaisuri dan Kaisar…

Itu adalah posisi yang sempurna bagi orang-orang untuk melihat Rashta dan aku secara bergantian.

Aku beberapa kali menarik napas dalam-dalam agar tampak acuh tak acuh, dan mencengkeram pagar kereta dengan erat saat kereta mulai bergoyang.

Aku mendengar sorakan keras ketika kami mulai bergerak melalui jalan-jalan.

Itu adalah sorakan orang-orang dari Kekaisaran Timur untuk Rashta.

"Astaga! Dia terlihat seperti malaikat!”

“Rashta!

"Lihat kemari!"

Aku dengar bahwa Rashta sangat populer di kalangan rakyat jelata. Itu terlihat jelas saat kami melewati jalanan.

Sorakan orang-orang untuk Rashta lebih keras daripada saat di pawai Sovieshu bersamaku di masa lalu.

Suasana di antara para bangsawan dan rakyat jelata benar-benar berlawanan.

Mungkin lega dengan sorak-sorai yang berapi-api, Rashta tersenyum lebar dan melambai kepada semua orang.

Penampilannya yang cerah dan menawan membuat orang-orang semakin bersemangat.

Namun, sorakan itu berubah menjadi keheningan yang hampir mematikan saat aku melewati mereka di sebelah Heinley.

“…”

Aku dengar bahwa sekitar setengah dari orang-orang tidak menentang pernikahanku. Rupanya, bahkan orang-orang itu tidak mengharapkanku menghadiri pernikahan Sovieshu secara pribadi.

Ke mana pun aku lewat, suasananya menjadi luar biasa sunyi.

Aku mencoba menyembunyikan rasa malu dengan menjaga daguku tetap tegak sambil berusaha untuk tetap tenang.

Heinley mengenggam tanganku lebih erat.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 211                  

>>>             

Chapter 213

===

Daftar Chapters 


 





No comments:

Post a Comment