Sunday, June 27, 2021

Remarried Empress (#212) / The Second Marriage

 


Chapter 212: Pernikahan Sovieshu (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Aku pasti bukan orang yang baik. Aku tahu bahwa banyak orang berharap mantan pasangannya bahagia. Namun, aku merasa akan sangat tidak adil jika dua orang yang mengusirku, hidup bahagia selamanya. Jadi, satu-satunya pikiran di kepalaku adalah, 'Aku harap mereka tidak bahagia.'

Tapi tidak sampai ke titik, 'Membusuklah di neraka!'

"Ayo undang mereka," bisik Heinley lembut di sampingku.

Apakah dia menyadari pikiranku?

"Mari kita juga undang mereka berdua."

Akankah mereka hadir hanya karena kita mengundang mereka? Aku pikir tidak.

Ketika tangannya yang hangat menyentuh tanganku, pikiranku yang terganggu sesaat, kembali normal. Bisikan dan sentuhannya membuatku merasa lebih baik.

"Tidak apa-apa," bisikku, meraih tangannya.

Saat kami menautkan jari-jari kami, aku merasa terhibur karena memiliki tempat untuk berpegangan erat-erat.

Tapi tiba-tiba aku merasakan tatapan ke arahku dan menyadari bahwa Sovieshu sedang menatap kami.

Begitu juga dengan orang-orang lain.

Aku sengaja menggenggam tangan Heinley lebih erat.

Apakah dia merasa bahwa mantan istrinya merusak pernikahannya? Ekspresi Sovieshu berkerut.

Bahkan Rashta, yang berseri-seri di sampingnya, menyadarinya dan mengikuti tatapan Sovieshu. Melihatku, Rashta sedikit mengernyit.

**

Acara selanjutnya setelah upacara pernikahan adalah pawai.

Sebuah pawai pernikahan di mana Kaisar dan Permaisuri akan berkendara melalui ibu kota dengan kereta kuda yang sama. Meskipun menyelesaikan rute dengan kereta biasa tidak akan memakan waktu lama, dalam kereta pawai akan memakan waktu tiga hingga empat jam karena bergerak lebih lambat.

Pada titik ini, masalah kecil muncul.

Mereka seharusnya naik kereta pawai tepat setelah upacara pernikahan.

Rashta, yang berjalan ke kereta dengan bantuan Viscountess Verdi, dihentikan oleh Sovieshu.

"Ganti bajumu," perintahnya.

Secara tradisional, pengantin wanita dan pria akan berparade dalam pakaian pernikahan mereka untuk menunjukkan kepada orang-orang mereka bagaimana penampilan mereka saat mereka menyegel janji pernikahan mereka. Bangsawan-bangsawan lain juga akan berkumpul untuk menonton.

Tetapi ketika Sovieshu tiba-tiba memintanya untuk mengganti pakaiannya, bukan hanya Rashta saja yang terkejut, begitu juga para bangsawan lainnya.

Setelah merenung, para bangsawan dengan cepat menyetujui kata-kata Sovieshu. Jika dia tampil berpakaian seperti itu di depan orang-orang, itu bisa menjadi bencana.

Rashta menggerutu dengan ekspresi sedih, dia sepertinya sangat menyukai gaunnya yang glamor.

"Rashta disuruh pergi ke pawai seperti ini."

Sovieshu berusaha tampak lebih bertekad, tetapi akhirnya menghela napas dan memerintahkannya.

“Setidaknya lepas aksesori itu. Itu semua terlihat konyol.”

“Konyol…”

"Kamu terlihat seperti pohon Natal."

Mendengar kata-kata kasar Sovieshu, Rashta dipaksa masuk ke ruangan kosong terdekat bersama Viscountess Verdi.

Setelah beberapa saat, Rashta keluar. Setelah melepas semua aksesori, dia benar-benar terlihat secantik bidadari.

Meskipun gaun itu masih sangat glamor, Rashta tampak lebih menonjol.

Namun, dia naik kereta dengan ekspresi sedih, sepertinya lebih menyukai penampilan sebelumnya.

Baru kemudian Sovieshu naik kereta dan menggerakkan kepalanya sedikit seolah-olah untuk melihat ke arah kami. Pada akhirnya, dia tidak melakukannya dan hanya menginstruksikan, "Ayo pergi."

Di bagian belakang kereta yang berangkat, pita sutra putih dengan tepi emas berkibar indah.

Saat aku menyaksikan adegan ini, aku naik kereta berikutnya dengan Heinley.

Merasa sedikit gugup, aku meraih pagar kereta dengan satu tangan dan meraih tangan Heinley dengan tangan lainnya.

Kereta pawai tidak memiliki penutup, jadi aku harus berdiri sepanjang jalan.

Dengan kata lain, aku harus menghadapi tatapan orang-orang dari Kekaisaran Timur yang aku tinggalkan.

Aku tidak bisa menahan diri agar tidak tegang. Sekarang bukan waktunya untuk memperhatikan gaun Rashta.

Kerajaan Barat juga merupakan negara yang kuat, jadi kami akan berada tepat di belakang kereta Permaisuri dan Kaisar…

Itu adalah posisi yang sempurna bagi orang-orang untuk melihat Rashta dan aku secara bergantian.

Aku beberapa kali menarik napas dalam-dalam agar tampak acuh tak acuh, dan mencengkeram pagar kereta dengan erat saat kereta mulai bergoyang.

Aku mendengar sorakan keras ketika kami mulai bergerak melalui jalan-jalan.

Itu adalah sorakan orang-orang dari Kekaisaran Timur untuk Rashta.

"Astaga! Dia terlihat seperti malaikat!”

“Rashta!

"Lihat kemari!"

Aku dengar bahwa Rashta sangat populer di kalangan rakyat jelata. Itu terlihat jelas saat kami melewati jalanan.

Sorakan orang-orang untuk Rashta lebih keras daripada saat di pawai Sovieshu bersamaku di masa lalu.

Suasana di antara para bangsawan dan rakyat jelata benar-benar berlawanan.

Mungkin lega dengan sorak-sorai yang berapi-api, Rashta tersenyum lebar dan melambai kepada semua orang.

Penampilannya yang cerah dan menawan membuat orang-orang semakin bersemangat.

Namun, sorakan itu berubah menjadi keheningan yang hampir mematikan saat aku melewati mereka di sebelah Heinley.

“…”

Aku dengar bahwa sekitar setengah dari orang-orang tidak menentang pernikahanku. Rupanya, bahkan orang-orang itu tidak mengharapkanku menghadiri pernikahan Sovieshu secara pribadi.

Ke mana pun aku lewat, suasananya menjadi luar biasa sunyi.

Aku mencoba menyembunyikan rasa malu dengan menjaga daguku tetap tegak sambil berusaha untuk tetap tenang.

Heinley mengenggam tanganku lebih erat.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 211                  

>>>             

Chapter 213

===

Daftar Chapters 


 





Remarried Empress (#211) / The Second Marriage

 


Chapter 211: Keterkejutan Sovieshu (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Alih-alih mundur, Heinley dengan tegas menolak.

"Maafkan saya. Anda tampak sedikit marah ... Saya tidak bisa meninggalkan istri saya di sebelah pria lain yang marah bahkan jika Yang Mulia yang memintanya.

Wajah Sovieshu menjadi lebih kaku.

Pria lain?”

Setelah menatap Sovieshu dengan tenang sejenak, Heinley berkata sambil tersenyum, "Navier adalah istriku."

[Permaisuri adalah istriku, bukan pemandu wisata pangeran.]

Kata-kata Heinley tumpang tindih dengan kata-kata Sovieshu dari beberapa bulan yang lalu.

Wajah Sovieshu berubah seolah dia memiliki pemikiran yang sama. Tetapi terlepas dari niatnya, Heinley benar.

Saat itu, Sovieshu telah menarik garis yang sangat jelas antara Heinley dan aku, karena kami adalah orang asing. Kali ini, Sovieshu dan aku adalah orang asing.

Sovieshu berbicara kepadaku bahkan tanpa memandang Heinley, "Navier, saya punya sesuatu untuk diberitahukan kepada Anda."

"Silakan, Yang Mulia."

"Hanya kita berdua."

Meskipun kami orang asing, aku penasaran apa yang ingin dia katakan kepadaku, jadi aku ingin mendengarnya. Selain itu, Sovieshu bukan hanya mantan suamiku tetapi juga kaisar dari negara yang kuat.

Hubungan antara kami dan Sovieshu sudah terlanjur buruk. Tidak perlu menolaknya secara langsung.

Ketika aku menoleh untuk mengisyaratkan hal ini kepada Heinley, dia menatapku dengan ekspresi yang sama seperti saat itu. Ekspresi ... seekor anjing golden retriever yang sedih.

Dia tampak seperti akan menggoyangkan ekornya dan mulai merengek jika aku pergi. Melihat ekspresi itu, aku tidak tega meninggalkan Heinley sendirian untuk pergi bersama Sovieshu.

Pada akhirnya, aku berubah pikiran.

“Maafkan saya, Yang Mulia. Jika itu bukan masalah yang mendesak, tugas saya sekarang adalah berada di sisi suami saya.”

Aku hendak memberitahunya bahwa jika ada sesuatu yang perlu dibicarakan denganku, bisa lain kali, tetapi Sovieshu kemudian berteriak dengan ekspresi aneh, "Navier!"

Reaksinya lebih aneh lagi seolah-olah dia terluka karena aku yang selingkuh.

Sovieshu menatapku dengan wajah tercengang, lalu menatap tajam ke arah Heinley, berbalik, dan pergi.

Aku menghela napas dan menatap Heinley, yang memegang erat tanganku dengan kedua tangannya, "Apakah kamu baik-baik saja?"

Ketika aku bertanya dengan cemas, Heinley mengangguk dengan wajah memerah. Kemudian dia menekuk lututnya dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Saat hari pernikahan tiba, suasana hiruk pikuk sudah terasa sejak pagi hari.

Meskipun aku berada di Istana Selatan, suasananya sama ramainya.

Pada siang hari akan ada acara pernikahan dan prosesi. Malam harinya akan ada resepsi pernikahan.

Karena jadwal yang sibuk dan masuknya tamu-tamu terhormat dari seluruh dunia, semua orang di Istana Kekaisaran tampak sibuk bersiap-siap.

Aku juga mulai bersiap-siap dari pagi, Rose dan Mastas bahkan lebih sibuk bersiap-siap sambil membantuku juga.

Khususnya, Rose, yang mendesak Mastas untuk berperilaku 'seperti seorang wanita.'

“Tolong tinggalkan tombak itu di sini!”

"Tombak adalah pegangannya wanita!"

"Tidak! Ini bukan pegangan wanita atau kesatria! Bahkan seorang kesatria tidak menghadiri pesta dengan membawa tombak!”

Pada saat itu, seseorang yang dikirim oleh Countess Eliza datang.

"Ratu Navier, Countess Eliza memintaku untuk memberitahu Anda bahwa gaun pengantin Rashta sangat glamor."

Mendengar ini, aku melihat gaun yang telah aku putuskan untuk aku kenakan.

Itu cukup glamor.

Aku memilih gaun ini karena aku berpikir jika aku hadir dengan pakaian yang sederhana setelah menikah lagi dengan raja negara lain, orang-orang akan berpikir aku sadar diri. Tetapi begitu aku mendengar kata-kata utusan Countess Eliza, aku berubah pikiran.

"Tolong sampaikan terima kasihku kepada Countess Eliza."

Aku memberi utusan itu koin emas dan berterima kasih kepada Countess Eliza atas perhatiannya.

Gaun pengantin memang biasanya glamor.

Namun, Countess Eliza bahkan mengirim seseorang untuk memberitahuku tentang gaun itu, yang berarti Rashta akan mengenakan gaun yang sangat glamor.

Dalam skenario ini, jika kami berdua mengenakan gaun glamor, kami akan terlihat seperti dua burung merak.

"Lebih baik aku memakai gaun ini."

Aku memilih gaun polos yang aku bawa untuk berjaga-jaga.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Setelah selesai bersiap-siap, aku bertemu dengan Heinley untuk pergi ke aula pernikahan.

Aula pernikahan didekorasi dengan megah, upaya Sovieshu terlihat di mana-mana.

Memang tidak semua bertatahkan permata seperti di Kerajaan Barat, tetapi pengerjaannya tetaplah sempurna.

Terutama pilar dengan sihir terukir di atasnya yang bersinar secara alami benar-benar menakjubkan.

Sovieshu….. membuat persiapan seperti itu untuk Rashta, hanya untuk menjadikannya Permaisuri selama satu tahun?

Sungguh kebohongan yang tidak masuk akal.

Ketika aku memikirkan Sovieshu, yang sangat mencintai Rashta, menekan bawahannya demi persiapan pernikahan, satu sudut mulutku secara alami melengkung ke atas.

Aku senang aku tidak membalas suratnya.

Bagaimanapun, karena masalah yang Sovieshu alami, mata mereka yang hadir tidak begitu terfokus padaku.

Aku bisa mendengar orang-orang bergumam, tapi tidak ada yang mendekatiku.

Aku duduk di sebelah Heinley di kursi yang disediakan untuk tamu-tamu terhormat, berharap pernikahannya akan berlangsung cepat.

Setelah setengah jam, lonceng perak besar yang tergantung di depan aula pengantin berbunyi.

Kemudian, Imam Besar keluar melalui pintu kecil di samping panggung.

Dia tampak lebih lelah daripada saat hari perceraian seolah-olah muak dengan kunjungan berulang ke Kekaisaran Timur.

Ekspresinya menjadi lebih aneh ketika dia melihatku.

Aku menyapanya, sedikit membungkuk sambil tersenyum, tapi Imam Besar menggelengkan kepalanya, tersenyum paksa.

Aula menjadi sunyi senyap setelah kedatangan Imam Besar.

Dia membuka gulungan yang dia pegang dan melafalkan, "Persilakan pengantin wanita dan pria masuk."

Kemudian, lonceng kecil di sebelah lonceng perak berbunyi, diikuti dengan 'Pintu Pengantin Wanita' dan 'Pintu Pengantin Pria' dibuka secara bersamaan.

Kedua pintu itu berlawanan arah, pengantin wanita dan pria akan masuk di jalur terpisah, yang akan bertemu di tengah untuk membentuk satu jalur.

Ini adalah formalitas yang melambangkan bahwa pengantin wanita dan pria, yang telah melalui jalan yang berbeda, sekarang akan menempuh jalan yang sama melalui pernikahan.

Sovieshu, yang keluar dari pintu pengantin pria, terlihat segagah biasanya. Seorang pria tampan, mengesankan, dan bermartabat.

Bahkan dalam situasi tidak masuk akal ini, dia terlihat sangat gagah. Dia menatap Rashta, tidak menoleh untuk melihatku sedetik pun.

Mereka pasti sangat bahagia.

Rashta juga terlihat cantik dan elegan.

Penampilannya, yang memang sudah menakjubkan ketika kami pertama kali bertemu, sekarang tampak seperti bulan yang putih sempurna, mungkin karena cinta Sovieshu atau karena makanan lezat di Istana Kekaisaran.

Namun, saat Rashta melintasi jalurnya, dan berdiri di sebelah Sovieshu. Gaunnya, yang sebelumnya tertutupi oleh kursi-kursi dan tamu-tamu, terungkap sepenuhnya, dan aku sangat terkejut hingga mataku berkedut.

Apa yang ia kenakan?

Gaun Rashta tidak hanya glamor.

Tidak, bahkan jika aku mengabaikan gaun itu, aksesori apa yang ada di lengan dan rambutnya? Dengan semua aksesori itu, dia lebih terlihat seperti pohon Natal.

Melihat ke Sovieshu lagi, ekspresinya berbeda dari beberapa saat yang lalu.

Ekspresinya tampak tidak senang saat dia melihat pengantin wanita. Ekspresinya tampak sedikit marah dengan rahangnya yang tegang.

Sovieshu tidak memandang Rashta dengan gembira tetapi sebaliknya, kebingungan. Jika sang desainer ada di depannya sekarang, dia mungkin akan mengeluh padanya karena mendandani Rashta seperti ini.

Tawa samar bisa terdengar di sekitar. Para bangsawan yang arogan tampaknya mengejek gaun Rashta.

Rose juga bergumam pelan.

“Aku tidak percaya dia mengenakan sesuatu yang sangat lucu dengan wajah itu. Apakah dia aslinya memiliki selera seperti itu, Yang Mulia?”

Ini membuatku memikirkan pakaian yang dikenakan Rashta saat aku masih menjadi Permaisuri. Dia mengenakan sebagian besar pakaian putih, menghindari desain glamor.

Karena itu, Rashta tampak seperti bunga liar yang indah, di antara semua bunga yang mewah.

Penampilannya menyegarkan bagi kaum bangsawan, dan juga menjadi daya tarik kuat bagi Rashta untuk membangun dirinya di masyarakat kelas atas.

Tetapi pada hari terpentingnya, dia muncul entah dari mana dengan gaun yang begitu konyol ... bagaimanapun, wajah Rashta sendiri tampak puas.

Saat dia melewatiku, dia melontarkan senyum percaya diri yang seolah-olah berkata dia telah menang.

Di tengah situasi yang tidak masuk akal ini, Rashta dan Sovieshu berjalan bersama dan berhenti di depan Imam Besar.

Pada saat itu, Imam Besar bertanya sambil membuka kitab suci.

“Apakah Sovieshu Vict, Kaisar Kekaisaran Timur, menerima untuk menikahi Rashta Isqua?”

"Saya terima."

“Apakah Rashta Isqua menerima untuk menikah dengan Kaisar Kekaisaran Timur, Sovieshu Vict?”

"Saya terima."

“Tanda tangan di sini.”

Setelah Rashta dan Sovieshu menandatangani akta nikah, Imam Besar menyimpan kertas itu di dalam kitab suci, menyatakan kelahiran pasangan kaisar baru di Kekaisaran Timur.

Mereka yang hadir bertepuk tangan, dan Sovieshu berbalik, menunjukkan senyum lembut. Meskipun gaunnya konyol, senyum Rashta lebih cerah dari sebelumnya.

Mereka berdua terlihat sangat bahagia. Pemandangan itu tampak seperti adegan dalam dongeng.

Melihat pasangan elok ini, aku berpikir, ‘Aku harap mereka tidak bahagia'.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 210                  

>>>             

Chapter 212

===

Daftar Chapters 








Remarried Empress (#210) / The Second Marriage

 


Chapter 210: Keterkejutan Sovieshu (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Aku tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari aku akan tinggal di Istana Selatan yang disediakan untuk tamu-tamu kehormatan!

Melihat sekeliling ruangan yang disiapkan untuk Ratu Kerajaan Barat, aku tidak bisa menahan tawa.

Seseorang tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Hal ini tidak terbayangkan setahun yang lalu, atau bahkan beberapa bulan yang lalu.

Mengesampingkan kegelisahanku, pertama-tama aku melepas sarung tangan dan juga pakaian luarku yang menyesakkan.

Kemudian aku membongkar koperku untuk berganti ke sesuatu yang lebih nyaman dan bergaya. Akhirnya, aku memanggil seorang pelayan untuk mengatur sisa barang bawaanku.

Ketika aku sedang duduk di tempat tidur, Rose dan Mastas tiba setelah mereka selesai mengatur barang-barang mereka sendiri.

Laura dan Countess Jubel tidak hadir, karena aku memerintahkan mereka untuk beristirahat di rumah masing-masing selama kami berada di ibu kota.

“Rasanya aneh kita berempat tidak bersama,” gerutu Mastas begitu dia tiba seolah dia merindukan Laura, seseorang yang akrab dengannya.

Rose tersenyum muram, dia juga sepertinya menjadi sangat dekat dengan Countess Jubel, "Itu benar."

Menghabiskan setiap hari bersama, tidak dapat dihindari mereka akan menjadi dekat.

Mungkin itu sebabnya dayang-dayang Christa terus berada di dekat Christa.

Namun, waktu yang kami habiskan sendirian sangat singkat. Karena semua bangsawan Kekaisaran Timur yang dulunya berada di sisiku sebagai dayang datang berkunjung tak berapa lama kemudian.

"Countess Eliza!"

Di antara mereka adalah Countess Eliza, yang dulunya menjadi kepala dayangku.

"Yang Mulia Permaisuri!" Countess Eliza, yang memanggilku seperti biasanya, berkedip karena malu begitu dia berbicara. Kemudian para dayang lainnya tertawa terbahak-bahak dan dia tersenyum canggung.

Setelah beberapa saat.

Kami membawa dua meja ke ruang tamu, tempat kami berkumpul untuk menikmati makanan ringan dan kopi.

Sudah lama kami tidak bertemu, jadi kami punya banyak hal untuk dibicarakan.

Aku beradaptasi dengan baik. Nona Rose dan Nona Mastas di sini telah memberikan dukungan yang besar kepadaku, selain itu aku bertemu saudaraku lagi di sana.”

“Bagaimana dengan Yang Mulia Heinley? Bagaimana hubungan kalian?"

“…”

Ketika aku tersenyum canggung alih-alih menjawab, wajah para dayang dari Kekaisaran Timur berubah galak.

Aku melambaikan tanganku dengan cepat, dan Rose menjawab sebelum aku melakukannya.

“Meskipun saya tidak tahu seberapa baik hubungan mereka, ketika mereka bersama mereka tampak… sangat bahagia.”

Dia tersipu saat berbicara.

Dia mungkin sedang memikirkan tentang insiden kereta.

Para dayang tersenyum dan mencoba mengorek lebih jauh.

"Kenapa? Apa yang kamu lihat?”

"Apakah Yang Mulia Heinley memperlakukan Navier kita dengan sangat baik?"

Rose tersenyum tidak nyaman seolah-olah sulit baginya untuk terus berbicara tentang masalah itu.

Tetapi dia tidak perlu menjawab karena Heinley sendiri yang datang ke kamarku.

"Salam untuk Yang Mulia Raja Kerajaan Barat."

Para dayang menyambutnya dengan terkejut, Heinley memberikan senyum khasnya dan melambaikan tangannya. Kemudian dia mendekatiku dan bertanya, “Apakah kamu tidak terlalu mengabaikan suamimu? Aku mampir karena aku cemburu, Ratu.”

Mantan dayang-dayangku terkejut.

Ketika aku mengirim tatapan tajam ke arah Heinley untuk berhenti berbicara omong kosong, dia menatapku dengan sedih, mengulurkan tangannya, dan meraih tanganku.

"Aku merindukanmu."

Dia berbicara seperti anak anjing besar yang haus akan cinta, dan pada saat yang sama aku mendengar para dayang terkesiap.

Namun, aku mengerutkan kening.

Terlepas dari bagaimana dia berperilaku ketika hanya kami berdua, dia tetaplah raja sebuah negara. Bukankah seharusnya dia berperilaku lebih bermartabat di depan orang lain?

Membahasnya di sini akan merusak citranya, jadi pada akhirnya, aku hanya tersenyum dengan ekspresi yang dipaksakan.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Aku menghabiskan sisa hari itu dengan tenang berbagi cerita dengan dayang-dayangku, begitu juga hari berikutnya.

Ketika aku menjadi Permaisuri, aku jarang menghabiskan sepanjang hari untuk bersantai karena aku selalu memiliki pekerjaan yang harus dilakukan. Sekarang aku bukan lagi Permaisuri, aku bisa beristirahat seperti ini di Istana Kekaisaran Timur.

Sungguh ironis, tetapi aku mencoba untuk tidak menunjukkannya dan hanya tersenyum.

Akhirnya, sehari sebelum pernikahan tiba.

Hingga kemarin, aku menikmati waktu dengan mantan dayang-dayangku. Tapi hari ini, lidahku tiba-tiba menjadi kaku dan kegelisahanku meningkat.

Aku mondar-mandir di kamarku, lalu pergi berjalan-jalan.

Tanpa diduga, Heinley ada di dekat sana, jadi kami memutuskan untuk berjalan-jalan bersama.

Saat kami berjalan dalam keheningan, kami melewati tempat di mana aku pernah berjalan-jalan dengan Heinley ketika aku masih menjadi Permaisuri.

"Apakah kamu ingat?" Heinley bertanya sambil tersenyum, memikirkan hal yang sama, "Kita berjalan di sini berbicara tentang ulang tahun Ratu."

"Aku ingat."

"Ratu mencoba memberiku makan serangga."

"!"

Oh, itu benar.

Saat itu aku tidak tahu Heinley adalah Queen. Aku tertawa memikirkannya.

"Apakah kamu benar-benar terkejut?"

“Bahkan sekarang melihat serangga membuatku takut.”

“Pada saat itu, kamu mengatakan burung-burung Barat makan makanan yang dimasak, kan?”

“…”

"Kau tampak sangat ketakutan."

Heinley tersenyum malu. Aku geli bahwa Heinley, yang selalu begitu percaya diri, malah menunjukkan tanda-tanda kelemahan, jadi aku menggodanya.

Ratu tidak takut serangga?”

"Tidak juga."

Mendengar bualanku, Heinley bertepuk tangan dan berseru kagum.

"Itu keren!"

"Tentu saja."

"Jadi, jika kita berkencan di malam hari dan seekor serangga muncul, Ratu bisa mengatasinya."

“?!”

"Kecuali serangga, aku akan menangani semuanya."

"Itu…"

Ketika aku memandangnya, merasa sedikit khawatir dengan pemikiran itu, Heinley tersenyum aneh.

Jelas sekali dia tahu aku berbohong. Malu, aku tersenyum sambil menggigit bibirku.

Setelah kami berbicara sebentar, aku merasakan tatapan berat ke arahku. Saat aku hendak bertanya pada Heinley apa yang dia makan ketika dia menjadi burung, aku menoleh ke arah dari mana tatapan itu berasal.

Itu adalah Sovieshu.

Melihatnya membuatku teringat masa lalu sekali lagi.

Saat itu, aku sedang berjalan di sebelah Heinley saat kami berbicara tentang Queen, dan Sovieshu muncul seperti yang dia lakukan sekarang.

Apakah bagian ini akan sama seperti sebelumnya juga?

Agak konyol untuk memikirkan itu, jadi aku hanya menyapa Sovieshu dengan senyum tipis saat dia mendekat.

"Senang melihat Yang Mulia Kaisar Kekaisaran Timur."

Sovieshu tetap bergeming dengan bibir tertutup rapat tanpa menanggapi sapaanku, melihat antara Heinley dan aku dengan ekspresi marah.

Dia kemudian bertanya kepada Heinley, "Raja Heinley, bisakah Anda mengizinkan saya untuk berbicara berdua dengan Navier?"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 209                  

>>>             

Chapter 211

===

Daftar Chapters