Sunday, June 20, 2021

Remarried Empress (#209) / The Second Marriage

 


Chapter 209: Bertemu Sovieshu Lagi (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Ternyata salah satu roda kereta kami lepas, tapi ada roda cadangan, jadi kami bisa mengganti rodanya dan melanjutkan perjalanan.

Setelah itu, tidak ada hal khusus yang terjadi dalam beberapa hari berikutnya, jadi kami tiba dengan selamat di Kekaisaran Timur.

Pada saat itu, aku telah hampir pulih dari perasaan kagetku.

Setiap kali aku sendirian dengan Heinley, aku merasa tidak nyaman karena apa yang terjadi hari itu akan muncul di benakku …. Tetap saja, kami berdua berusaha sebisanya untuk menjaga diri tetap tenang.

Setidaknya aku melakukannya.

Namun, ketika tiba saatnya untuk melewati ibukota Kekaisaran Timur, aku sangat gugup sehingga aku bahkan tidak bisa memikirkan insiden kereta itu.

Melintasi tembok ibu kota, aku membuka setengah jendela dan tirai.

Aku melihat keluar jendela diam-diam seperti ini.

Aku bisa melihat orang-orang di sekitarnya mengamati kereta-kereta Kerajaan Barat dengan penasaran.

Tentunya mereka mendengar desas-desus bahwa Heinley dan aku akan datang.

Apakah mereka pikir aku naik salah satu kereta ini?

Mungkin mereka berpikir bahwa permaisuri, yang pergi dan menikah lagi, berani-beraninya kembali.

Itu wajar tetapi tetap tidak terasa menyenangkan.

Ketika aku menyandarkan kepalaku ke dinding kereta dan menutup jendela sepenuhnya, Countess Jubel, yang duduk di seberangku, berkata dengan tegas, “Orang-orang ini bukan pengikut Yang Mulia. Jangan pedulikan mereka.”

Laura segera menambahkan, “Itu benar, seandainya Yang Mulia dulu menerima perceraian dan hidup terkurung selama sisa hidup Anda, orang-orang itu tidak akan melakukan apa pun untuk Anda, kan? Jangan hiraukan mereka.”

Apakah aku terlihat terlalu tertekan?

Aku menepuk pipiku dengan kedua tangan, lalu tersenyum dan menjawab, berusaha terlihat biasa saja, “Jangan khawatir, aku baik-baik saja.”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sebelum pergi ke Istana Kekaisaran Timur, kami mampir dulu ke Kediaman Troby.

Kami akan tinggal di sini hari ini, dan pergi ke Istana Kekaisaran besok.

Begitu aku turun dari kereta, orang tua dan kerabatku, yang telah mendengar berita itu sebelumnya, bergegas datang dan mengelilingiku.

Melihatku, ayahku kembali menangis karena tidak dapat menahan diri, sedangkan aku hampir tidak dapat menahan air mataku sendiri.

Memeluk ibuku juga, berbagi kegembiraan karena telah menyatukan kami kembali, Heinley segera mendekati ayahku, tersenyum dan berkata, “Ayah, Ayah.”

Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan itu hal yang baik, tapi ... ayahku sepertinya berhenti menangis karena dia kebingungan.

Setelah kami berdiri di sana sebentar, berbicara tentang apa yang terjadi selama kami berpisah, kami pergi ke ruang makan dan melanjutkan obrolan.

Banyak hal yang ingin aku ceritakan sehingga aku tidak bisa berhenti berbicara. Sementara itu, Heinley, yang berdiri di sampingku, menatapku diam-diam seolah-olah takjub.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” Aku bertanya padanya saat aku membawanya ke kamarnya setelah makan.

Dia mengatakan kepadaku bahwa dia takjub melihatku berbicara begitu banyak untuk pertama kalinya ...

Kemudian, setelah mandi di kamarnya, Heinley pergi menemui orang tuaku lagi, berjuang untuk mencapai tujuannya.

Aku bertukar salam dengan wajah-wajah yang kukenal ketika aku berjalan-jalan di sekitar rumah setelah sekian lama, kadang-kadang bertemu Heinley di samping orang tuaku.

Sayangnya, orang tuaku sepertinya masih merasa tidak nyaman berada bersama Heinley.

Itu bisa dimengerti.

Sovieshu telah menjadi menantu mereka selama bertahun-tahun, tetapi sekarang mereka memiliki menantu yang sama sekali berbeda.

Tetap saja, aku merasa semuanya berjalan dengan baik, jadi aku terus berjalan dan kemudian menuju ke kamarku untuk beristirahat dengan nyaman.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sayangnya, keesokan harinya kami harus meninggalkan Kediaman Troby.

"Kami juga akan menghadiri pesta itu."

“Kita akan bertemu lagi kalau begitu.”

Orang tuaku juga sedih, tetapi berusaha untuk tidak terlalu menunjukkannya.

Heinley dan aku naik kereta, dan menuju istana kekaisaran.

Namun, ketika kereta melewati gerbang utama istana kekaisaran, aku merasa aneh.

Aku benar-benar gugup ketika kami memasuki ibukota Kekaisaran Timur. Tapi sekarang hanya ada perasaan yang tidak kentara dan kompleks dalam diriku yang sulit untuk didefinisikan dengan jelas. Itu seperti ketika aku menerima surat dari Sovieshu.

Saat aku mendengarkan derak kaki kuda dan kereta yang menggelinding, aku merasa kepalaku berputar.

Pemandangan di luar begitu akrab sehingga terasa mengganggu. Aku menghabiskan hidupku bertahun-tahun di tempat ini. Aku tidak pernah berpikir aku akan datang ke sini berpura-pura tidak peduli ...

Ketika kereta berhenti, jantungku berdebar.

Mengendalikan ekspresiku sebisa mungkin, aku turun dari kereta.

Count Pirnu, sekretaris Sovieshu, yang menyambut kami.

Aku bukan satu-satunya yang terganggu.

Saat kami saling bertatap muka. Mata Count Pirnu juga sedikit gemetar.

"Selamat datang, Yang Mulia Ratu Kerajaan Barat dan Yang Mulia Raja Heinley."

Tapi dia menyapaku dengan tegas, dan aku mengangguk setenang mungkin.

Count Pirnu ragu-ragu sejenak sebelum menunjuk dengan tangannya.

"Silakan, lewat sini."

Aku tahu persis ke mana dia akan membawa kami— Ruang Mawar Putih.

Ruangan itu adalah tempat bagi para tamu kehormatan. Di sanalah aku bertemu Heinley untuk pertama kalinya.

Di depan Ruang Mawar Putih berdiri para Kesatria Pengawal Kekaisaran Sovieshu.

Ketika mereka melihatku, wajah mereka membeku.

Aku tersenyum seolah tidak menyadarinya, dan menunggu Count Pirnu mengizinkan kami masuk ke kamar.

Akhirnya, pintu Ruang Mawar Putih terbuka dan kami diizinkan untuk masuk.

Di dalamnya ada Sovieshu, sekretarisnya, dan bangsawan lainnya.

Apakah dia mendengar bahwa aku akan datang?

Sovieshu tampak sama sekali tidak terganggu.

Aku melihat singgasana kosong di sebelahnya. Takhta tempatku dulu menerima tamu kehormatan.

Aku menatap Sovieshu lagi. Dia menatapku dengan ekspresi tegas. Tapi tidak seperti ekspresinya, matanya tampak sedih.

Kami saling berpandangan sejenak. Bertentangan dengan apa yang aku harapkan, tidak ada yang terlintas dalam pikiranku.

Bagaimana dengan Sovieshu? Sampai kapan dia akan tetap seperti ini.

"Yang Mulia," Count Pirnu berbisik padanya.

Baru saat itulah Sovieshu membuka mulutnya seolah-olah dia telah terbangun dari mantra.

“Saya tahu ini adalah perjalanan yang sulit… Saya menghargai sikap persahabatan yang ditunjukkan oleh Kerajaan Barat.”

Ekspresinya datar dan suaranya tenang.

Dia tidak tampak seperti pria yang tercengang beberapa saat yang lalu. Dia menatapku lagi tetapi tidak mengatakan apa-apa lagi.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

"Siapa yang datang?"

Tidak seperti Sovieshu, yang berhasil menyembunyikan pikirannya yang sebenarnya dan tetap tanpa ekspresi, Rashta tidak bisa melakukannya.

Saat memeriksa gaunnya yang sudah jadi untuk terakhir kalinya, dia bingung mendengar bahwa Navier akan menghadiri pernikahannya.

“Bagaimana ini bisa terjadi?”

Baron Lant, yang memberitahunya berita itu, tertawa canggung, “Dia adalah orang yang mengutamakan urusan negara. Karena dia diundang, dia pasti mempertimbangkan bahwa yang terbaik adalah menerimanya.”

Setelah Baron Lant pergi. Rashta menjadi sangat cemas sehingga dia mulai menggigit kukunya.

Segera setelah itu, dia bertanya kepada sang desainer, "Aku juga ingin semua aksesoriku mewah, dari hiasan kepala hingga perhiasan."

Sang desainer bertanya keheranan saat dia menusukkan peniti ke gaunnya, “Apa? Benarkah?"

"Iya."

Rashta berbicara dengan tegas.

"Semua orang akan membandingkan Rashta dengan permaisuri yang digulingkan."

“Itu benar, tapi…”

"Permaisuri yang digulingkan datang ke negara yang dia tinggalkan, berapa banyak yang harus dia persiapkan agar martabatnya tidak diinjak-injak?"

Kata-kata Rashta masuk akal. Namun, permintaan Rashta tidak sesuai dengan selera sang desainer.

“Gaun Anda sudah mewah, jika aksesorinya juga mewah, Anda bisa tertutupi.”

Desainer itu memberi saran, tetapi Rashta bersikeras, “Ini pernikahan Rashta. Di hari pernikahanku, aku tidak ingin kalah dari siapa pun.”

Sang desainer tidak punya pilihan selain memilih aksesori mewah sebelum pergi.

Melihat gaun di gantungan, Rashta merasa sedikit lega. Dengan gaun itu, dia yakin dia tidak akan kalah dari Navier.

Namun, kecemasannya tidak hilang.

Setelah mondar-mandir sebentar, Rashta menemukan ide bagus.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 208                

>>>             

Chapter 210

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#208) / The Second Marriage

 


Chapter 208: Bertemu Sovieshu Lagi (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Queen mengedipkan mata ungunya.

Navier memeluk tubuhnya dengan kedua tangan, tidak bergerak sedikit pun.

Queen, yang bergeming bak boneka, mendongak diam-diam.

Dia bisa melihat dagu Navier. Lalu hidungnya, diikuti oleh bulu matanya yang lentik.

Matanya tertutup.

Tubuh Navier berayun sebentar.

Dia tertidur.’

Mata Queen menyipit. Dia memeriksa Navier sekilas dan dengan lembut menarik salah satu sayapnya dari pelukannya.

Kemudian dia memeriksa lagi bahwa Navier masih tertidur dan berusaha membebaskan sayap yang satunya.

Queen, setelah memeriksa untuk terakhir kali bahwa Navier masih benar-benar tertidur, berkicau gembira ketika kedua sayapnya terlepas.

Tentu saja, dia harus berhati-hati agar tidak mengeluarkan suara.

'Gu! Gu!’ Queen berkicau di dalam hati dan segera membungkus Navier dengan sayap lembutnya.

Meskipun telah menyelimutinya dengan sayapnya, Navier hampir tidak bisa merasakan sentuhannya. Namun, dia akan merasa sangat nyaman karena bulunya

Queen tetap berada di dada Navier, juga memejamkan matanya.

Dia ingin tidur di sebelahnya seperti ini. Jika ada yang namanya kebahagiaan, kebersamaan seperti ini akan menjadi—.

- Bruk!

Akan tetapi, sebuah sentakan tiba-tiba menyebabkan tubuh Navier jatuh ke samping.

Queen melebarkan sayapnya untuk mencoba melindunginya, tetapi sayapnya tidak cukup besar untuk menutupi seluruh tubuh bagian atas Navier.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Aku merasakan rasa sakit yang tajam di sisi kepalaku.

Aku membuka mata karena terkejut mendapati diriku ambruk di lantai kereta dan menindih Queen.

"Queen!"

Apakah sayapnya terluka?

Karena panik, aku segera bangun dan memeriksanya.

Untungnya, dia tampak baik-baik saja. Dia bahkan merentangkan kedua sayapnya dan menyentuh kepalaku dengan pelan.

"Aku baik-baik saja."

Sebenarnya, sisi kepalaku sangat sakit, tapi aku berbohong untuk menyembunyikan rasa maluku.

Kemudian, dia mulai melihat sekeliling tanpa sebab.

"Ada apa?"

Heinley telah menjadi Queen, jadi tentu saja dia tidak bisa mengatakan apa-apa.

Setelah memeriksanya dengan cermat, aku menyadari bahwa keretanya miring.

Sesuatu pasti telah terjadi.

Saat aku membuka jendela, aku mendengar suara Yunim datang dari luar.

"Yang Mulia Heinley, apakah Anda baik-baik saja?"

Tapi Heinley, yang seharusnya menjawab, sedang dalam wujud burungnya.

"Yang Mulia baik-baik saja."

Ketika akhirnya aku menjawab sebagai gantinya, Yunim terdiam sejenak sebelum berbicara lagi,

"Yang Mulia Heinley, saya pikir Anda harus keluar untuk melihat ini."

Saat aku mendengarkan dengan saksama, aku juga bisa mendengar suara roda kereta.

Kemudian, Queen menatapku.

"Kembalilah ke wujud manusiamu."

Aku berbisik cepat, menyingkirkan pakaiannya dan memejamkan mata.

Tak lama aku mendengar suara lembut berkata, "Jangan khawatir."

Dengan mata tertutup, aku tersenyum pelan dan mengangguk.

Suamiku adalah seekor burung. Bukankah itu menggemaskan?

Tiba-tiba, kereta tersentak sekali lagi. Terkejut, aku secara refleks membuka mata dan mencoba untuk berpegangan ke samping.

Namun, hampir pada saat yang bersamaan, sesuatu yang besar menekanku ke lantai.

Setelah melambaikan tangan dengan bingung, aku menyadari bahwa Heinley kehilangan keseimbangan saat sedang berpakaian dan terpeleset.

Tubuh Heinley-lah yang menekanku. Mataku terbelalak kaget.

Wajah Heinley berada tepat di depan wajahku. Dia tampak malu dan juga kaget.

"Aku- aku minta maaf."

Heinley tergagap, wajahnya memerah dan dia mencoba meletakkan tangannya di lantai kereta. Namun, dia justru meletakkan tangannya di atas tanganku.

"Maafkan aku. Aku tidak melakukannya dengan sengaja, Ratu.”

Aku menoleh ke samping dan berbisik,

"Tidak apa-apa ... Kamu bisa turun dariku."

Sangat memalukan mengetahui bahwa tubuh telanjangnya berada di atasku.

Untungnya, wajah kami sangat dekat sehingga aku tidak bisa melihat apa pun. Tapi itu tidak berarti aku tidak sadar bahwa dia telanjang.

"Iya. Segera, segera.”

Heinley bergumam dan bergegas untuk bangun, menghindari tanganku.

Tapi kali ini dia tergelincir oleh rokku.

Hidung kami hampir bersentuhan. Kami bahkan bisa saja terluka, tetapi Heinley menjulurkan tangannya untuk menahan dirinya dari lantai dan menghindari tabrakan.

Di sisi lain pintu, Yunim berteriak lagi, “Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?”

"Aku baik-baik saja!"

"Apakah Anda ingin saya masuk?"

"Tidak!"

Heinley berkata dengan tegas kepada Yunim dan mencoba bangun, tetapi terpeleset lagi.

Tubuh kami menjadi semakin terbelit.

Karena malu, aku mencoba mendorongnya. Tapi aku malah menyentuh tubuh telanjangnya.

Hangat dan kokoh…

Aku semakin malu, jadi aku menarik tanganku dari tubuh telanjangnya dan mencoba menarik diri. Karena keretanya miring dan rokku terbentang di lantai, jika Heinley mencoba berdiri dia akan terpeleset lagi.

Tapi Heinley mengerang begitu aku mulai menjauh, jadi aku bertanya dengan cemas,

"Ada apa?"

Apakah aku melukainya? Apakah perhiasanku menusuknya?

Mengangkat tubuhnya sedikit, Heinley bergumam sambil wajahnya memerah,

“Jangan bergerak, kumohon. Ini sedikit… merangsang.”

Jangan bergerak?

Tertegun, aku melihat ke bawah.

Aku lebih suka bahwa Heinley tidak terpisah dariku. Ketika Heinley mengangkat tubuhnya sedikit, aku bisa langsung menyadari mengapa dia menyuruhku untuk tidak bergerak.

"Ah!"

Aku berseru kaget, dan Heinley terkesiap. Aku buru-buru melihat ke atas, tetapi sekali lagi melakukan kontak mata dengan Heinley.

Lalu aku mengalihkan pandanganku, kewalahan. Aku bahkan tidak bisa meminta bantuan dari luar dalam situasi ini. Itu tidak akan ada gunanya.

Aku hanya bisa memikirkan satu cara.

"Pegangan yang kuat."

"Apa?"

Setelah itu, aku menurunkan tanganku dan mengambil rok yang membentang di lantai kereta.

Aku mendengar Heinley bergumam dengan suara yang sangat lirih, “Tuhan, Tuhan ….”

“Selesai.”

Begitu aku selesai, Heinley berdiri menyandarkan satu tangan ke lantai dan tangan yang satunya ke dinding untuk menghindari pakaianku.

Aku menolehkan kepalaku ke arah dinding. Wajahku panas dan telingaku berdenging.

Jika ada lubang di sini, aku akan mengubur Heinley di dalamnya saat ini juga.

Aku mendengar dia mengenakan pakaiannya, tetapi tetap tidak membuka mataku.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka. Baru kemudian aku membuka mata dan melihatnya.

Pakaian Heinley berkerut, leher dan wajahnya benar-benar memerah.

Ya Tuhan. Aku tidak menyadarinya sebelumnya karena aku terlalu malu, tetapi ada bekas lipstik di lehernya.

Rose, yang melongo melihat Heinley, menoleh ke arahku.

Dengan panik, aku buru-buru menutup pintu.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 207                  

>>>             

Chapter 209

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#207) / The Second Marriage

 


Chapter 207: Perjalanan Ke Kekaisaran Timur (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Ketika alisku terangkat dan aku menatapnya tidak percaya, Mullaney berbicara lagi, “Anda mungkin pernah mendengar bahwa saya bertengkar hebat dengan Christa. Karena itu, bahkan Yang Mulia Heinley mengucapkan kata-kata yang tidak terlalu baik kepada saya.”

Mullaney, yang wajahnya menjadi kaku seakan-akan dia merasa marah hanya dengan memikirkannya, menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, “Sejak itu, para bangsawan yang mengikuti Christa dengan berani bergerombol untuk mengintimidasi saya dan teman-teman saya.”

“…”

“Saya tidak tahu apakah itu atas perintah Christa atau apakah para bangsawan itu bertindak sendiri. Tapi dia adalah titik pusatnya, dan begitu dia meninggalkan istana kerajaan, kelompok itu akan bubar.”

Dia melanjutkan dengan tatapan penuh tekad, “Bagaimanapun, Christa seharusnya pergi ke Compshire's Mansion ketika mendiang raja meninggal. Bahkan jika dia tidak ingin pergi ke sana, dia harus meninggalkan istana kerajaan. Mengusirnya adalah hal yang wajar, Yang Mulia.”

"… Akan aku pikirkan."

Setelah Mullaney pergi, aku memanggil Rose dan Mastas untuk memberi tahu mereka tentang hal ini lantas menanyakan apakah hubungan antara Mullaney dan Christa seburuk itu.

Mastas tampaknya tidak tahu banyak tentang itu, tetapi Rose menjawab setelah merenung, “Mereka tidak bertengkar hebat, tetapi memang benar bahwa sejak rumor pertengkaran itu menyebar, ada perpecahan di dalam masyarakat kelas atas, Yang Mulia."

"Begitu…"

"Tapi menurut saya itu tidak hanya karena situasi di masyarakat kelas atas sehingga Miss Mullaney menjadi sangat tidak fleksibel."

Lalu apa alasannya?

Rose mengerutkan kening seolah dia berusaha keras untuk mengingat dan berkata, “Nona Mullaney adalah satu-satunya anak Marquis Amares. Sepengetahuan saya Marquis Amares mengadopsi keponakannya untuk menggantikannya. Rumor mengatakan bahwa Nona Mullaney ingin menggantikan Marquis secara langsung.”

"Ah."

"Sang keponakan adalah anak ketiga Duke Liberty, yang berpihak ke Christa."

"Aku tidak menduganya."

"Nona Mullaney ingin menyingkirkan Christa agar dia bisa menyingkirkan saudara angkatnya?"

 

"Yah, mungkin saja…"

Itu adalah sebuah kemungkinan.

Dia tampaknya memiliki harga diri yang tinggi, jadi dia mungkin memintaku untuk berurusan dengan Christa daripada meminta apa yang sebenarnya dia inginkan— untuk membantunya menjadi penerus.

Laura bertanya dengan gelisah, "Yang Mulia, apa yang ingin Anda lakukan?"

Aku bersandar di sofa alih-alih menjawab.

Dengan bergandengan tangan dengan Mullaney, aku semestinya dapat membawa separuh masyarakat kelas atas lebih dekat kepadaku.

Namun, itu berarti aku menjadi benar-benar memusuhi Christa.

Seperti yang telah kukatakan kepada dayang-dayangku sebelumnya, persahabatan palsu lebih baik daripada bermusuhan.

Haruskah aku melangkah maju atau berpura-pura berhubungan baik dengan Christa untuk saat ini?

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Aku telah memikirkan hal ini selama berhari-hari, tetapi tidak mudah untuk menemukan jawabannya.

Sementara itu, delegasi yang akan menghadiri pernikahan Sovieshu tengah dipersiapkan dengan matang, dan tanpa aku sadari hari keberangkatan kami telah tiba.

Rasanya aneh kembali ke tanah airku sebagai ratu negara lain.

Sebelum berangkat.

Aku menghirup napas dalam-dalam seraya melihat diriku di cermin berbalut pakaian perjalanan yang nyaman. Ketika aku melangkah keluar dengan ekspresi terpaksa di wajahku, kereta sudah menunggu.

Yang mengelilingi kereta bukanlah Kesatria Kerajaan Barat, melainkan Kesatria Supranasional.

Setelah menerima salam mereka, aku naik kereta.

Kereta ini nantinya akan bergabung dengan kereta dan pasukan kavaleri lainnya di dekat gerbang utama istana kerajaan.

... Kenapa dia tidak ada di sini?

Aku tidak melihat Mastas di dalam kereta. Para dayangku yang lain sedang mengatur barang bawaan mereka.

"Nona Laura, apakah kau melihat Nona Mastas?"

Ketika aku bertanya dengan cemas, Laura menggelengkan kepalanya. Rose dan Countess Jubel juga tidak tahu apa-apa.

Sudah waktunya untuk berangkat.

“Yang Mulia! Yang Mulia Ratu!”

Aku melihat Mastas melalui jendela mendekat dengan tergesa-gesa dari kejauhan, dengan tombak besar di punggungnya dan ditutupi jubah.

“Nona Mastas!”

Aku segera turun dari kereta, dan dalam sekejap, dia sudah ada di depanku. Lalu dia berkata, melompat-lompat, “Yang Mulia, apakah Anda sudah mendengarnya? Apakah Anda tidak mendengarnya? Tolong beri tahu saya bahwa Anda belum mendengarnya!”

“Aku tidak mendengar apa pun. Apa yang terjadi?"

"Saya dengar dari kakak saya!"

Kakaknya… ah. Kesatria yang tampak kasar itu.

Apakah namanya Sir April?

Saat aku mengangguk, dia tersenyum dan berkata, “Kakak saya juga berpartisipasi dalam Ekspedisi Kesatria, dan rupanya dia satu kelompok dengan kakak Yang Mulia!”

"Benarkah?"

"Iya. Dia Sir Koshar, bukan?”

"Betul sekali."

“Sir Koshar—”

Rose berkata dengan dingin di sampingku, “Nona Mastas, di mana barang bawaanmu?” Mastas berhenti bicara dan pergi mengemasi barang-barangnya.

Karena itu, mau tak mau aku menggoyangkan jari-jariku dengan cemas saat aku menunggunya di kereta untuk kembali.

Mastas kembali hampir setengah jam kemudian, naik kereta, dan menyelesaikan ucapannya, "Sir Koshar melakukan pekerjaan dengan baik dalam Ekspedisi 'Kesatria'."

“Maksudmu?”

Ketika aku bertanya terkejut dan senang pada saat bersamaan, Mastas berseru, “Ya!” dengan senyum lebar.

“Apakah Anda tahu bagaimana dia bisa populer?”

“?”

Itu membuatku gugup.

Pertanyaan itu... terdengar seolah-olah dia menjadi populer dengan cara yang berbeda dari yang lain.

Aku memandangnya dengan takut, tetapi dia menjelaskan dengan lebih antusias, “Biasanya jika seseorang mendengar tentang keadaan yang tidak adil, seseorang akan mengambil tindakan hukum setelah menyelidikinya. Tapi saudara Yang Mulia melepaskan tinjunya setelah menyelidiki!”

"!"

“Walaupun sanksi hukum itu bagus, dari posisi mereka yang terkena dampak itu tidaklah cukup. Mereka lebih suka para pelaku dihajar sepantasnya yang mereka dapatkan.”

Aku meletakkan tangan ke dahiku karena terkejut, tetapi Mastas bahkan mengayunkan tinjunya ke udara dengan gembira,

"Ini pertama kalinya hal seperti ini terjadi, jadi semua orang bersorak untuknya!"

“…”

Sementara aku tercengang, Mastas bertanya kepadaku dengan mata berbinar.

“Yang Mulia, kakak Anda orang yang seperti apa? Dia tampaknya sangat dikagumi.”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Pada awalnya, aku merasa khawatir ketika dia mulai berbicara tentang kakakku.

Namun, aku perlahan-lahan merasa lega karena Mastas terus mengatakan hal-hal baik.

Dia sedikit… berbeda dari yang lain, tapi yang penting dia dicintai sebagai kesatria oleh orang-orang. Selama orang-orang dari Kerajaan Barat senang dengan saudaraku, itu sudah cukup.

Aku menyandarkan lenganku di ambang jendela kereta dan melihat keluar.

Saat pikiran tentang kakakku berkurang, aku semakin memikirkan Kekaisaran Timur.

Perasaanku campur aduk. Aku ingin menunjukkan kepada orang tuaku seberapa baik aku hidup berkat Heinley. Tetapi pada saat yang sama, aku bertanya-tanya apakah masih akan terasa sakit melihat Sovieshu bersama Rashta.

Aku tahu aku tidak bisa memberi tahu siapa pun, tapi jujur ​​... aku juga berharap Sovieshu akan terkejut melihatku.

Aku ingin menunjukkan padanya. Aku ingin menunjukkan kepadanya betapa baiknya aku hidup tanpa dia.

Apakah itu pemikiran yang terlalu kekanak-kanakan?

Saat aku merenung, kereta berhenti.

Kami sudah sampai?

Tapi yang bisa kulihat dari jendela hanyalah jalan setapak di hutan. Menatap pintu dengan kebingungan, tiba-tiba aku mendengar suara panggilan, "Ratu" dari sisi lain pintu.

Begitu aku membuka pintu, Heinley berdiri di sana.

Dia tersenyum melihat dayangku dan bertanya, "Ratu, bisakah kita naik kereta berdua?"

Sebelum aku bisa menjawab, dayang-dayangku saling berpandangan dan buru-buru keluar.

Mereka menuju kereta lain yang disiapkan untukku. Alih-alih menghentikan mereka, aku dengan canggung menutup jendela.

"Hah? Mengapa kamu menutup jendela?"

Heinley naik ke kereta dan dengan cepat duduk di seberangku.

Setelah membuat dirinya nyaman, dia mengetuk dinding di belakangnya dan kereta yang berhenti mulai bergerak lagi.

Sebelum aku sempat bertanya kepadanya mengapa dia datang, Heinley menjawab terlebih dahulu, “Aku datang karena aku ingin bersamamu.”

"Oke."

Aku menjawab dengan tenang dan mengalihkan pandanganku ke jendela lagi. Tapi aku baru saja menutupnya, jadi aku tidak bisa melihat apa pun ke luar jendela.

Mengapa aku menutupnya?

Aku memarahi diriku sendiri, lalu meliriknya dan menyadari kalau dia tidak sedang memperhatikanku.

Aku membuka jendela lagi dan pura-pura merenungkan pemandangan.

"Haha."

"!"

Aku mendengar tawa rendah tertahan dari dalam kereta, tapi aku sengaja mengabaikannya.

Untungnya, tawa itu segera memudar.

Setelah beberapa saat, aku tiba-tiba merasa ingin melihat Queen.

Queen. Elangku yang cantik.

Itu sangat mengejutkan ketika aku mendapati Heinley telanjang saat dia menjadi Queen, bahwa aku malu untuk sekedar melihat Queen.

Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan itu mulai memudar

Aku ingin bertemu Queen lagi.

Memang benar bahwa Heinley telanjang saat menjadi Queen, tapi… dia memiliki bulu.

Kalau dipikir-pikir, bukankah bulu burung seperti pakaian manusia?

Itu membuatku semakin ingin melihat Queen.

Pada titik ini, aku merasa bahwa jika aku memeluk tubuh kecilnya dengan erat, pikiranku yang bingung akan menjadi tenang.

Melirik ke samping, Heinley tersenyum ketika dia melihatku.

Setelah ragu-ragu sejenak, aku bertanya kepadanya, "Bisakah kau menjadi Queen?"

"Sekarang?"

“Aku ingin memeluknya.”

Begitu kata-kata ini keluar dari mulutku, dia menjadi burung berbulu emas dalam sekejap dan terbang ke arahku.

 

Aku memintanya untuk menjadi Queen. Tetapi ketika Queen mendekatiku, jantungku mulai berdetak kencang.

Mungkin karena pakaiannya terbentang di depanku.

Tetapi setelah diamati lebih dekat, Queen hanyalah Queen.

Aku tidak merasakan ketelanjangan yang buruk. Tentu saja, itu tidak berarti tubuh telanjang Heinley jelek, bukan itu alasan aku tidak ingin melihatnya telanjang…

Lega, akhirnya aku mengulurkan tanganku. Ketika aku dengan lembut menyentuh bulunya, Heinley berkedip dan senyum terbentuk di matanya.

Aku tidak percaya dia tersenyum bahkan sebagai seekor burung. Tidak, itu adalah Queenku.

Mengumpulkan lebih banyak keberanian, aku mengulurkan kedua tangan dan mengangkat Queen.

Aku merasa senang dan bernostalgia saat Queen berada di pangkuanku lagi.

Perlahan aku memeluk Queen.

Aroma ini. Aku merindukan aroma ini.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 206                 

>>>             

Chapter 208

===

Daftar Chapters