Chapter 208: Bertemu Sovieshu Lagi (1)
Penerjemah: Shira Ulwiya
Queen
mengedipkan mata ungunya.
Navier
memeluk tubuhnya dengan kedua tangan, tidak bergerak sedikit pun.
Queen, yang
bergeming bak boneka, mendongak diam-diam.
Dia bisa
melihat dagu Navier. Lalu hidungnya, diikuti oleh bulu matanya yang lentik.
Matanya
tertutup.
Tubuh
Navier berayun sebentar.
‘Dia
tertidur.’
Mata Queen
menyipit. Dia memeriksa Navier sekilas dan dengan lembut menarik salah satu
sayapnya dari pelukannya.
Kemudian
dia memeriksa lagi bahwa Navier masih tertidur dan berusaha membebaskan sayap
yang satunya.
Queen,
setelah memeriksa untuk terakhir kali bahwa Navier masih benar-benar tertidur,
berkicau gembira ketika kedua sayapnya terlepas.
Tentu saja,
dia harus berhati-hati agar tidak mengeluarkan suara.
'Gu! Gu!’ Queen berkicau di dalam hati dan
segera membungkus Navier dengan sayap lembutnya.
Meskipun
telah menyelimutinya dengan sayapnya, Navier hampir tidak bisa merasakan sentuhannya.
Namun, dia akan merasa sangat nyaman karena bulunya
Queen tetap
berada di dada Navier, juga memejamkan matanya.
Dia ingin
tidur di sebelahnya seperti ini. Jika ada yang namanya kebahagiaan, kebersamaan
seperti ini akan menjadi—.
- Bruk!
Akan tetapi,
sebuah sentakan tiba-tiba menyebabkan tubuh Navier jatuh ke samping.
Queen
melebarkan sayapnya untuk mencoba melindunginya, tetapi sayapnya tidak cukup
besar untuk menutupi seluruh tubuh bagian atas Navier.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Aku
merasakan rasa sakit yang tajam di sisi kepalaku.
Aku membuka
mata karena terkejut mendapati diriku ambruk di lantai kereta dan menindih
Queen.
"Queen!"
Apakah
sayapnya terluka?
Karena
panik, aku segera bangun dan memeriksanya.
Untungnya,
dia tampak baik-baik saja. Dia bahkan merentangkan kedua sayapnya dan menyentuh
kepalaku dengan pelan.
"Aku
baik-baik saja."
Sebenarnya,
sisi kepalaku sangat sakit, tapi aku berbohong untuk menyembunyikan rasa
maluku.
Kemudian,
dia mulai melihat sekeliling tanpa sebab.
"Ada
apa?"
Heinley
telah menjadi Queen, jadi tentu saja dia tidak bisa mengatakan apa-apa.
Setelah memeriksanya
dengan cermat, aku menyadari bahwa keretanya miring.
Sesuatu
pasti telah terjadi.
Saat aku
membuka jendela, aku mendengar suara Yunim datang dari luar.
"Yang
Mulia Heinley, apakah Anda baik-baik saja?"
Tapi
Heinley, yang seharusnya menjawab, sedang dalam wujud burungnya.
"Yang
Mulia baik-baik saja."
Ketika
akhirnya aku menjawab sebagai gantinya, Yunim terdiam sejenak sebelum berbicara
lagi,
"Yang
Mulia Heinley, saya pikir Anda harus keluar untuk melihat ini."
Saat aku
mendengarkan dengan saksama, aku juga bisa mendengar suara roda kereta.
Kemudian, Queen
menatapku.
"Kembalilah
ke wujud manusiamu."
Aku
berbisik cepat, menyingkirkan pakaiannya dan memejamkan mata.
Tak lama aku
mendengar suara lembut berkata, "Jangan khawatir."
Dengan mata
tertutup, aku tersenyum pelan dan mengangguk.
Suamiku
adalah seekor burung. Bukankah itu menggemaskan?
Tiba-tiba,
kereta tersentak sekali lagi. Terkejut, aku secara refleks membuka mata dan
mencoba untuk berpegangan ke samping.
Namun,
hampir pada saat yang bersamaan, sesuatu yang besar menekanku ke lantai.
Setelah
melambaikan tangan dengan bingung, aku menyadari bahwa Heinley kehilangan
keseimbangan saat sedang berpakaian dan terpeleset.
Tubuh
Heinley-lah yang menekanku. Mataku terbelalak kaget.
Wajah
Heinley berada tepat di depan wajahku. Dia tampak malu dan juga kaget.
"Aku-
aku minta maaf."
Heinley
tergagap, wajahnya memerah dan dia mencoba meletakkan tangannya di lantai
kereta. Namun, dia justru meletakkan tangannya di atas tanganku.
"Maafkan
aku. Aku tidak melakukannya dengan sengaja, Ratu.”
Aku menoleh
ke samping dan berbisik,
"Tidak
apa-apa ... Kamu bisa turun dariku."
Sangat
memalukan mengetahui bahwa tubuh telanjangnya berada di atasku.
Untungnya,
wajah kami sangat dekat sehingga aku tidak bisa melihat apa pun. Tapi itu tidak
berarti aku tidak sadar bahwa dia telanjang.
"Iya.
Segera, segera.”
Heinley
bergumam dan bergegas untuk bangun, menghindari tanganku.
Tapi kali
ini dia tergelincir oleh rokku.
Hidung kami
hampir bersentuhan. Kami bahkan bisa saja terluka, tetapi Heinley menjulurkan
tangannya untuk menahan dirinya dari lantai dan menghindari tabrakan.
Di sisi
lain pintu, Yunim berteriak lagi, “Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?”
"Aku
baik-baik saja!"
"Apakah
Anda ingin saya masuk?"
"Tidak!"
Heinley
berkata dengan tegas kepada Yunim dan mencoba bangun, tetapi terpeleset lagi.
Tubuh kami
menjadi semakin terbelit.
Karena
malu, aku mencoba mendorongnya. Tapi aku malah menyentuh tubuh telanjangnya.
Hangat dan kokoh…
Aku semakin
malu, jadi aku menarik tanganku dari tubuh telanjangnya dan mencoba menarik
diri. Karena keretanya miring dan rokku terbentang di lantai, jika Heinley
mencoba berdiri dia akan terpeleset lagi.
Tapi
Heinley mengerang begitu aku mulai menjauh, jadi aku bertanya dengan cemas,
"Ada
apa?"
Apakah aku
melukainya? Apakah perhiasanku menusuknya?
Mengangkat
tubuhnya sedikit, Heinley bergumam sambil wajahnya memerah,
“Jangan
bergerak, kumohon. Ini sedikit… merangsang.”
Jangan bergerak?
Tertegun,
aku melihat ke bawah.
Aku lebih
suka bahwa Heinley tidak terpisah dariku. Ketika Heinley mengangkat tubuhnya
sedikit, aku bisa langsung menyadari mengapa dia menyuruhku untuk tidak
bergerak.
"Ah!"
Aku berseru
kaget, dan Heinley terkesiap. Aku buru-buru melihat ke atas, tetapi sekali lagi
melakukan kontak mata dengan Heinley.
Lalu aku
mengalihkan pandanganku, kewalahan. Aku bahkan tidak bisa meminta bantuan dari
luar dalam situasi ini. Itu tidak akan ada gunanya.
Aku hanya
bisa memikirkan satu cara.
"Pegangan
yang kuat."
"Apa?"
Setelah
itu, aku menurunkan tanganku dan mengambil rok yang membentang di lantai
kereta.
Aku
mendengar Heinley bergumam dengan suara yang sangat lirih, “Tuhan, Tuhan ….”
“Selesai.”
Begitu aku
selesai, Heinley berdiri menyandarkan satu tangan ke lantai dan tangan yang satunya
ke dinding untuk menghindari pakaianku.
Aku
menolehkan kepalaku ke arah dinding. Wajahku panas dan telingaku berdenging.
Jika ada
lubang di sini, aku akan mengubur Heinley di dalamnya saat ini juga.
Aku
mendengar dia mengenakan pakaiannya, tetapi tetap tidak membuka mataku.
Tak lama
kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka. Baru kemudian aku membuka mata dan
melihatnya.
Pakaian
Heinley berkerut, leher dan wajahnya benar-benar memerah.
Ya Tuhan. Aku tidak menyadarinya sebelumnya
karena aku terlalu malu, tetapi ada bekas lipstik di lehernya.
Rose, yang
melongo melihat Heinley, menoleh ke arahku.
Dengan
panik, aku buru-buru menutup pintu.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment