Sunday, June 20, 2021

Remarried Empress (#208) / The Second Marriage

 


Chapter 208: Bertemu Sovieshu Lagi (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Queen mengedipkan mata ungunya.

Navier memeluk tubuhnya dengan kedua tangan, tidak bergerak sedikit pun.

Queen, yang bergeming bak boneka, mendongak diam-diam.

Dia bisa melihat dagu Navier. Lalu hidungnya, diikuti oleh bulu matanya yang lentik.

Matanya tertutup.

Tubuh Navier berayun sebentar.

Dia tertidur.’

Mata Queen menyipit. Dia memeriksa Navier sekilas dan dengan lembut menarik salah satu sayapnya dari pelukannya.

Kemudian dia memeriksa lagi bahwa Navier masih tertidur dan berusaha membebaskan sayap yang satunya.

Queen, setelah memeriksa untuk terakhir kali bahwa Navier masih benar-benar tertidur, berkicau gembira ketika kedua sayapnya terlepas.

Tentu saja, dia harus berhati-hati agar tidak mengeluarkan suara.

'Gu! Gu!’ Queen berkicau di dalam hati dan segera membungkus Navier dengan sayap lembutnya.

Meskipun telah menyelimutinya dengan sayapnya, Navier hampir tidak bisa merasakan sentuhannya. Namun, dia akan merasa sangat nyaman karena bulunya

Queen tetap berada di dada Navier, juga memejamkan matanya.

Dia ingin tidur di sebelahnya seperti ini. Jika ada yang namanya kebahagiaan, kebersamaan seperti ini akan menjadi—.

- Bruk!

Akan tetapi, sebuah sentakan tiba-tiba menyebabkan tubuh Navier jatuh ke samping.

Queen melebarkan sayapnya untuk mencoba melindunginya, tetapi sayapnya tidak cukup besar untuk menutupi seluruh tubuh bagian atas Navier.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Aku merasakan rasa sakit yang tajam di sisi kepalaku.

Aku membuka mata karena terkejut mendapati diriku ambruk di lantai kereta dan menindih Queen.

"Queen!"

Apakah sayapnya terluka?

Karena panik, aku segera bangun dan memeriksanya.

Untungnya, dia tampak baik-baik saja. Dia bahkan merentangkan kedua sayapnya dan menyentuh kepalaku dengan pelan.

"Aku baik-baik saja."

Sebenarnya, sisi kepalaku sangat sakit, tapi aku berbohong untuk menyembunyikan rasa maluku.

Kemudian, dia mulai melihat sekeliling tanpa sebab.

"Ada apa?"

Heinley telah menjadi Queen, jadi tentu saja dia tidak bisa mengatakan apa-apa.

Setelah memeriksanya dengan cermat, aku menyadari bahwa keretanya miring.

Sesuatu pasti telah terjadi.

Saat aku membuka jendela, aku mendengar suara Yunim datang dari luar.

"Yang Mulia Heinley, apakah Anda baik-baik saja?"

Tapi Heinley, yang seharusnya menjawab, sedang dalam wujud burungnya.

"Yang Mulia baik-baik saja."

Ketika akhirnya aku menjawab sebagai gantinya, Yunim terdiam sejenak sebelum berbicara lagi,

"Yang Mulia Heinley, saya pikir Anda harus keluar untuk melihat ini."

Saat aku mendengarkan dengan saksama, aku juga bisa mendengar suara roda kereta.

Kemudian, Queen menatapku.

"Kembalilah ke wujud manusiamu."

Aku berbisik cepat, menyingkirkan pakaiannya dan memejamkan mata.

Tak lama aku mendengar suara lembut berkata, "Jangan khawatir."

Dengan mata tertutup, aku tersenyum pelan dan mengangguk.

Suamiku adalah seekor burung. Bukankah itu menggemaskan?

Tiba-tiba, kereta tersentak sekali lagi. Terkejut, aku secara refleks membuka mata dan mencoba untuk berpegangan ke samping.

Namun, hampir pada saat yang bersamaan, sesuatu yang besar menekanku ke lantai.

Setelah melambaikan tangan dengan bingung, aku menyadari bahwa Heinley kehilangan keseimbangan saat sedang berpakaian dan terpeleset.

Tubuh Heinley-lah yang menekanku. Mataku terbelalak kaget.

Wajah Heinley berada tepat di depan wajahku. Dia tampak malu dan juga kaget.

"Aku- aku minta maaf."

Heinley tergagap, wajahnya memerah dan dia mencoba meletakkan tangannya di lantai kereta. Namun, dia justru meletakkan tangannya di atas tanganku.

"Maafkan aku. Aku tidak melakukannya dengan sengaja, Ratu.”

Aku menoleh ke samping dan berbisik,

"Tidak apa-apa ... Kamu bisa turun dariku."

Sangat memalukan mengetahui bahwa tubuh telanjangnya berada di atasku.

Untungnya, wajah kami sangat dekat sehingga aku tidak bisa melihat apa pun. Tapi itu tidak berarti aku tidak sadar bahwa dia telanjang.

"Iya. Segera, segera.”

Heinley bergumam dan bergegas untuk bangun, menghindari tanganku.

Tapi kali ini dia tergelincir oleh rokku.

Hidung kami hampir bersentuhan. Kami bahkan bisa saja terluka, tetapi Heinley menjulurkan tangannya untuk menahan dirinya dari lantai dan menghindari tabrakan.

Di sisi lain pintu, Yunim berteriak lagi, “Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?”

"Aku baik-baik saja!"

"Apakah Anda ingin saya masuk?"

"Tidak!"

Heinley berkata dengan tegas kepada Yunim dan mencoba bangun, tetapi terpeleset lagi.

Tubuh kami menjadi semakin terbelit.

Karena malu, aku mencoba mendorongnya. Tapi aku malah menyentuh tubuh telanjangnya.

Hangat dan kokoh…

Aku semakin malu, jadi aku menarik tanganku dari tubuh telanjangnya dan mencoba menarik diri. Karena keretanya miring dan rokku terbentang di lantai, jika Heinley mencoba berdiri dia akan terpeleset lagi.

Tapi Heinley mengerang begitu aku mulai menjauh, jadi aku bertanya dengan cemas,

"Ada apa?"

Apakah aku melukainya? Apakah perhiasanku menusuknya?

Mengangkat tubuhnya sedikit, Heinley bergumam sambil wajahnya memerah,

“Jangan bergerak, kumohon. Ini sedikit… merangsang.”

Jangan bergerak?

Tertegun, aku melihat ke bawah.

Aku lebih suka bahwa Heinley tidak terpisah dariku. Ketika Heinley mengangkat tubuhnya sedikit, aku bisa langsung menyadari mengapa dia menyuruhku untuk tidak bergerak.

"Ah!"

Aku berseru kaget, dan Heinley terkesiap. Aku buru-buru melihat ke atas, tetapi sekali lagi melakukan kontak mata dengan Heinley.

Lalu aku mengalihkan pandanganku, kewalahan. Aku bahkan tidak bisa meminta bantuan dari luar dalam situasi ini. Itu tidak akan ada gunanya.

Aku hanya bisa memikirkan satu cara.

"Pegangan yang kuat."

"Apa?"

Setelah itu, aku menurunkan tanganku dan mengambil rok yang membentang di lantai kereta.

Aku mendengar Heinley bergumam dengan suara yang sangat lirih, “Tuhan, Tuhan ….”

“Selesai.”

Begitu aku selesai, Heinley berdiri menyandarkan satu tangan ke lantai dan tangan yang satunya ke dinding untuk menghindari pakaianku.

Aku menolehkan kepalaku ke arah dinding. Wajahku panas dan telingaku berdenging.

Jika ada lubang di sini, aku akan mengubur Heinley di dalamnya saat ini juga.

Aku mendengar dia mengenakan pakaiannya, tetapi tetap tidak membuka mataku.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka. Baru kemudian aku membuka mata dan melihatnya.

Pakaian Heinley berkerut, leher dan wajahnya benar-benar memerah.

Ya Tuhan. Aku tidak menyadarinya sebelumnya karena aku terlalu malu, tetapi ada bekas lipstik di lehernya.

Rose, yang melongo melihat Heinley, menoleh ke arahku.

Dengan panik, aku buru-buru menutup pintu.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 207                  

>>>             

Chapter 209

===

Daftar Chapters 


No comments:

Post a Comment