Chapter 207: Perjalanan Ke Kekaisaran Timur (2)
Penerjemah: Shira Ulwiya
Ketika alisku
terangkat dan aku menatapnya tidak percaya, Mullaney berbicara lagi, “Anda
mungkin pernah mendengar bahwa saya bertengkar hebat dengan Christa. Karena
itu, bahkan Yang Mulia Heinley mengucapkan kata-kata yang tidak terlalu baik
kepada saya.”
Mullaney,
yang wajahnya menjadi kaku seakan-akan dia merasa marah hanya dengan
memikirkannya, menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, “Sejak itu, para
bangsawan yang mengikuti Christa dengan berani bergerombol untuk mengintimidasi
saya dan teman-teman saya.”
“…”
“Saya tidak
tahu apakah itu atas perintah Christa atau apakah para bangsawan itu bertindak
sendiri. Tapi dia adalah titik pusatnya, dan begitu dia meninggalkan istana
kerajaan, kelompok itu akan bubar.”
Dia
melanjutkan dengan tatapan penuh tekad, “Bagaimanapun, Christa seharusnya pergi
ke Compshire's Mansion ketika mendiang raja meninggal. Bahkan jika dia tidak
ingin pergi ke sana, dia harus meninggalkan istana kerajaan. Mengusirnya adalah
hal yang wajar, Yang Mulia.”
"… Akan
aku pikirkan."
Setelah
Mullaney pergi, aku memanggil Rose dan Mastas untuk memberi tahu mereka tentang
hal ini lantas menanyakan apakah hubungan antara Mullaney dan Christa seburuk
itu.
Mastas
tampaknya tidak tahu banyak tentang itu, tetapi Rose menjawab setelah merenung,
“Mereka tidak bertengkar hebat, tetapi memang benar bahwa sejak rumor
pertengkaran itu menyebar, ada perpecahan di dalam masyarakat kelas atas, Yang
Mulia."
"Begitu…"
"Tapi menurut
saya itu tidak hanya karena situasi di masyarakat kelas atas sehingga Miss
Mullaney menjadi sangat tidak fleksibel."
Lalu apa
alasannya?
Rose
mengerutkan kening seolah dia berusaha keras untuk mengingat dan berkata, “Nona
Mullaney adalah satu-satunya anak Marquis Amares. Sepengetahuan saya Marquis
Amares mengadopsi keponakannya untuk menggantikannya. Rumor mengatakan bahwa
Nona Mullaney ingin menggantikan Marquis secara langsung.”
"Ah."
"Sang
keponakan adalah anak ketiga Duke Liberty, yang berpihak ke Christa."
"Aku
tidak menduganya."
"Nona
Mullaney ingin menyingkirkan Christa agar dia bisa menyingkirkan saudara
angkatnya?"
"Yah,
mungkin saja…"
Itu adalah
sebuah kemungkinan.
Dia
tampaknya memiliki harga diri yang tinggi, jadi dia mungkin memintaku untuk
berurusan dengan Christa daripada meminta apa yang sebenarnya dia inginkan—
untuk membantunya menjadi penerus.
Laura
bertanya dengan gelisah, "Yang Mulia, apa yang ingin Anda lakukan?"
Aku bersandar
di sofa alih-alih menjawab.
Dengan
bergandengan tangan dengan Mullaney, aku semestinya dapat membawa separuh
masyarakat kelas atas lebih dekat kepadaku.
Namun, itu
berarti aku menjadi benar-benar memusuhi Christa.
Seperti
yang telah kukatakan kepada dayang-dayangku sebelumnya, persahabatan palsu
lebih baik daripada bermusuhan.
Haruskah aku
melangkah maju atau berpura-pura berhubungan baik dengan Christa untuk saat
ini?
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Aku telah
memikirkan hal ini selama berhari-hari, tetapi tidak mudah untuk menemukan
jawabannya.
Sementara
itu, delegasi yang akan menghadiri pernikahan Sovieshu tengah dipersiapkan
dengan matang, dan tanpa aku sadari hari keberangkatan kami telah tiba.
Rasanya
aneh kembali ke tanah airku sebagai ratu negara lain.
Sebelum
berangkat.
Aku
menghirup napas dalam-dalam seraya melihat diriku di cermin berbalut pakaian
perjalanan yang nyaman. Ketika aku melangkah keluar dengan ekspresi terpaksa di
wajahku, kereta sudah menunggu.
Yang mengelilingi
kereta bukanlah Kesatria Kerajaan Barat, melainkan Kesatria Supranasional.
Setelah
menerima salam mereka, aku naik kereta.
Kereta ini
nantinya akan bergabung dengan kereta dan pasukan kavaleri lainnya di dekat
gerbang utama istana kerajaan.
... Kenapa
dia tidak ada di sini?
Aku tidak
melihat Mastas di dalam kereta. Para dayangku yang lain sedang mengatur barang
bawaan mereka.
"Nona
Laura, apakah kau melihat Nona Mastas?"
Ketika aku
bertanya dengan cemas, Laura menggelengkan kepalanya. Rose dan Countess Jubel
juga tidak tahu apa-apa.
Sudah
waktunya untuk berangkat.
“Yang
Mulia! Yang Mulia Ratu!”
Aku melihat
Mastas melalui jendela mendekat dengan tergesa-gesa dari kejauhan, dengan
tombak besar di punggungnya dan ditutupi jubah.
“Nona Mastas!”
Aku segera
turun dari kereta, dan dalam sekejap, dia sudah ada di depanku. Lalu dia
berkata, melompat-lompat, “Yang Mulia, apakah Anda sudah mendengarnya? Apakah Anda
tidak mendengarnya? Tolong beri tahu saya bahwa Anda belum mendengarnya!”
“Aku tidak
mendengar apa pun. Apa yang terjadi?"
"Saya dengar
dari kakak saya!"
Kakaknya…
ah. Kesatria yang tampak kasar itu.
Apakah
namanya Sir April?
Saat aku
mengangguk, dia tersenyum dan berkata, “Kakak saya juga berpartisipasi dalam
Ekspedisi Kesatria, dan rupanya dia satu kelompok dengan kakak Yang Mulia!”
"Benarkah?"
"Iya. Dia
Sir Koshar, bukan?”
"Betul
sekali."
“Sir
Koshar—”
Rose
berkata dengan dingin di sampingku, “Nona Mastas, di mana barang bawaanmu?” Mastas
berhenti bicara dan pergi mengemasi barang-barangnya.
Karena itu,
mau tak mau aku menggoyangkan jari-jariku dengan cemas saat aku menunggunya di
kereta untuk kembali.
Mastas
kembali hampir setengah jam kemudian, naik kereta, dan menyelesaikan ucapannya,
"Sir Koshar melakukan pekerjaan dengan baik dalam Ekspedisi 'Kesatria'."
“Maksudmu?”
Ketika aku
bertanya terkejut dan senang pada saat bersamaan, Mastas berseru, “Ya!” dengan
senyum lebar.
“Apakah Anda
tahu bagaimana dia bisa populer?”
“?”
Itu membuatku
gugup.
Pertanyaan
itu... terdengar seolah-olah dia menjadi populer dengan cara yang berbeda dari
yang lain.
Aku
memandangnya dengan takut, tetapi dia menjelaskan dengan lebih antusias,
“Biasanya jika seseorang mendengar tentang keadaan yang tidak adil, seseorang
akan mengambil tindakan hukum setelah menyelidikinya. Tapi saudara Yang Mulia melepaskan
tinjunya setelah menyelidiki!”
"!"
“Walaupun
sanksi hukum itu bagus, dari posisi mereka yang terkena dampak itu tidaklah
cukup. Mereka lebih suka para pelaku dihajar sepantasnya yang mereka dapatkan.”
Aku
meletakkan tangan ke dahiku karena terkejut, tetapi Mastas bahkan mengayunkan
tinjunya ke udara dengan gembira,
"Ini
pertama kalinya hal seperti ini terjadi, jadi semua orang bersorak
untuknya!"
“…”
Sementara aku
tercengang, Mastas bertanya kepadaku dengan mata berbinar.
“Yang
Mulia, kakak Anda orang yang seperti apa? Dia tampaknya sangat dikagumi.”
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Pada
awalnya, aku merasa khawatir ketika dia mulai berbicara tentang kakakku.
Namun, aku
perlahan-lahan merasa lega karena Mastas terus mengatakan hal-hal baik.
Dia
sedikit… berbeda dari yang lain, tapi yang penting dia dicintai sebagai kesatria
oleh orang-orang. Selama orang-orang dari Kerajaan Barat senang dengan
saudaraku, itu sudah cukup.
Aku
menyandarkan lenganku di ambang jendela kereta dan melihat keluar.
Saat
pikiran tentang kakakku berkurang, aku semakin memikirkan Kekaisaran Timur.
Perasaanku
campur aduk. Aku ingin menunjukkan kepada orang tuaku seberapa baik aku hidup
berkat Heinley. Tetapi pada saat yang sama, aku bertanya-tanya apakah masih akan
terasa sakit melihat Sovieshu bersama Rashta.
Aku tahu aku
tidak bisa memberi tahu siapa pun, tapi jujur ... aku juga berharap Sovieshu
akan terkejut melihatku.
Aku ingin
menunjukkan padanya. Aku ingin menunjukkan kepadanya betapa baiknya aku hidup
tanpa dia.
Apakah itu
pemikiran yang terlalu kekanak-kanakan?
Saat aku
merenung, kereta berhenti.
Kami sudah sampai?
Tapi yang
bisa kulihat dari jendela hanyalah jalan setapak di hutan. Menatap pintu dengan
kebingungan, tiba-tiba aku mendengar suara panggilan, "Ratu" dari sisi
lain pintu.
Begitu aku
membuka pintu, Heinley berdiri di sana.
Dia
tersenyum melihat dayangku dan bertanya, "Ratu, bisakah kita naik kereta berdua?"
Sebelum aku
bisa menjawab, dayang-dayangku saling berpandangan dan buru-buru keluar.
Mereka
menuju kereta lain yang disiapkan untukku. Alih-alih menghentikan mereka, aku
dengan canggung menutup jendela.
"Hah?
Mengapa kamu menutup jendela?"
Heinley
naik ke kereta dan dengan cepat duduk di seberangku.
Setelah
membuat dirinya nyaman, dia mengetuk dinding di belakangnya dan kereta yang
berhenti mulai bergerak lagi.
Sebelum aku
sempat bertanya kepadanya mengapa dia datang, Heinley menjawab terlebih dahulu,
“Aku datang karena aku ingin bersamamu.”
"Oke."
Aku
menjawab dengan tenang dan mengalihkan pandanganku ke jendela lagi. Tapi aku
baru saja menutupnya, jadi aku tidak bisa melihat apa pun ke luar jendela.
Mengapa aku
menutupnya?
Aku memarahi
diriku sendiri, lalu meliriknya dan menyadari kalau dia tidak sedang memperhatikanku.
Aku membuka
jendela lagi dan pura-pura merenungkan pemandangan.
"Haha."
"!"
Aku
mendengar tawa rendah tertahan dari dalam kereta, tapi aku sengaja
mengabaikannya.
Untungnya,
tawa itu segera memudar.
Setelah
beberapa saat, aku tiba-tiba merasa ingin melihat Queen.
Queen.
Elangku yang cantik.
Itu sangat
mengejutkan ketika aku mendapati Heinley telanjang saat dia menjadi Queen, bahwa
aku malu untuk sekedar melihat Queen.
Namun,
seiring berjalannya waktu, perasaan itu mulai memudar
Aku ingin
bertemu Queen lagi.
Memang
benar bahwa Heinley telanjang saat menjadi Queen, tapi… dia memiliki bulu.
Kalau
dipikir-pikir, bukankah bulu burung seperti pakaian manusia?
Itu
membuatku semakin ingin melihat Queen.
Pada titik
ini, aku merasa bahwa jika aku memeluk tubuh kecilnya dengan erat, pikiranku yang
bingung akan menjadi tenang.
Melirik ke
samping, Heinley tersenyum ketika dia melihatku.
Setelah
ragu-ragu sejenak, aku bertanya kepadanya, "Bisakah kau menjadi Queen?"
"Sekarang?"
“Aku ingin
memeluknya.”
Begitu
kata-kata ini keluar dari mulutku, dia menjadi burung berbulu emas dalam
sekejap dan terbang ke arahku.
Aku memintanya
untuk menjadi Queen. Tetapi ketika Queen mendekatiku, jantungku mulai berdetak
kencang.
Mungkin
karena pakaiannya terbentang di depanku.
Tetapi
setelah diamati lebih dekat, Queen hanyalah Queen.
Aku tidak
merasakan ketelanjangan yang buruk. Tentu saja, itu tidak berarti tubuh
telanjang Heinley jelek, bukan itu alasan aku tidak ingin melihatnya telanjang…
Lega,
akhirnya aku mengulurkan tanganku. Ketika aku dengan lembut menyentuh bulunya,
Heinley berkedip dan senyum terbentuk di matanya.
Aku tidak
percaya dia tersenyum bahkan sebagai seekor burung. Tidak, itu adalah Queenku.
Mengumpulkan
lebih banyak keberanian, aku mengulurkan kedua tangan dan mengangkat Queen.
Aku merasa
senang dan bernostalgia saat Queen berada di pangkuanku lagi.
Perlahan
aku memeluk Queen.
Aroma ini.
Aku merindukan aroma ini.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment