Sunday, June 20, 2021

Remarried Empress (#207) / The Second Marriage

 


Chapter 207: Perjalanan Ke Kekaisaran Timur (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Ketika alisku terangkat dan aku menatapnya tidak percaya, Mullaney berbicara lagi, “Anda mungkin pernah mendengar bahwa saya bertengkar hebat dengan Christa. Karena itu, bahkan Yang Mulia Heinley mengucapkan kata-kata yang tidak terlalu baik kepada saya.”

Mullaney, yang wajahnya menjadi kaku seakan-akan dia merasa marah hanya dengan memikirkannya, menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, “Sejak itu, para bangsawan yang mengikuti Christa dengan berani bergerombol untuk mengintimidasi saya dan teman-teman saya.”

“…”

“Saya tidak tahu apakah itu atas perintah Christa atau apakah para bangsawan itu bertindak sendiri. Tapi dia adalah titik pusatnya, dan begitu dia meninggalkan istana kerajaan, kelompok itu akan bubar.”

Dia melanjutkan dengan tatapan penuh tekad, “Bagaimanapun, Christa seharusnya pergi ke Compshire's Mansion ketika mendiang raja meninggal. Bahkan jika dia tidak ingin pergi ke sana, dia harus meninggalkan istana kerajaan. Mengusirnya adalah hal yang wajar, Yang Mulia.”

"… Akan aku pikirkan."

Setelah Mullaney pergi, aku memanggil Rose dan Mastas untuk memberi tahu mereka tentang hal ini lantas menanyakan apakah hubungan antara Mullaney dan Christa seburuk itu.

Mastas tampaknya tidak tahu banyak tentang itu, tetapi Rose menjawab setelah merenung, “Mereka tidak bertengkar hebat, tetapi memang benar bahwa sejak rumor pertengkaran itu menyebar, ada perpecahan di dalam masyarakat kelas atas, Yang Mulia."

"Begitu…"

"Tapi menurut saya itu tidak hanya karena situasi di masyarakat kelas atas sehingga Miss Mullaney menjadi sangat tidak fleksibel."

Lalu apa alasannya?

Rose mengerutkan kening seolah dia berusaha keras untuk mengingat dan berkata, “Nona Mullaney adalah satu-satunya anak Marquis Amares. Sepengetahuan saya Marquis Amares mengadopsi keponakannya untuk menggantikannya. Rumor mengatakan bahwa Nona Mullaney ingin menggantikan Marquis secara langsung.”

"Ah."

"Sang keponakan adalah anak ketiga Duke Liberty, yang berpihak ke Christa."

"Aku tidak menduganya."

"Nona Mullaney ingin menyingkirkan Christa agar dia bisa menyingkirkan saudara angkatnya?"

 

"Yah, mungkin saja…"

Itu adalah sebuah kemungkinan.

Dia tampaknya memiliki harga diri yang tinggi, jadi dia mungkin memintaku untuk berurusan dengan Christa daripada meminta apa yang sebenarnya dia inginkan— untuk membantunya menjadi penerus.

Laura bertanya dengan gelisah, "Yang Mulia, apa yang ingin Anda lakukan?"

Aku bersandar di sofa alih-alih menjawab.

Dengan bergandengan tangan dengan Mullaney, aku semestinya dapat membawa separuh masyarakat kelas atas lebih dekat kepadaku.

Namun, itu berarti aku menjadi benar-benar memusuhi Christa.

Seperti yang telah kukatakan kepada dayang-dayangku sebelumnya, persahabatan palsu lebih baik daripada bermusuhan.

Haruskah aku melangkah maju atau berpura-pura berhubungan baik dengan Christa untuk saat ini?

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Aku telah memikirkan hal ini selama berhari-hari, tetapi tidak mudah untuk menemukan jawabannya.

Sementara itu, delegasi yang akan menghadiri pernikahan Sovieshu tengah dipersiapkan dengan matang, dan tanpa aku sadari hari keberangkatan kami telah tiba.

Rasanya aneh kembali ke tanah airku sebagai ratu negara lain.

Sebelum berangkat.

Aku menghirup napas dalam-dalam seraya melihat diriku di cermin berbalut pakaian perjalanan yang nyaman. Ketika aku melangkah keluar dengan ekspresi terpaksa di wajahku, kereta sudah menunggu.

Yang mengelilingi kereta bukanlah Kesatria Kerajaan Barat, melainkan Kesatria Supranasional.

Setelah menerima salam mereka, aku naik kereta.

Kereta ini nantinya akan bergabung dengan kereta dan pasukan kavaleri lainnya di dekat gerbang utama istana kerajaan.

... Kenapa dia tidak ada di sini?

Aku tidak melihat Mastas di dalam kereta. Para dayangku yang lain sedang mengatur barang bawaan mereka.

"Nona Laura, apakah kau melihat Nona Mastas?"

Ketika aku bertanya dengan cemas, Laura menggelengkan kepalanya. Rose dan Countess Jubel juga tidak tahu apa-apa.

Sudah waktunya untuk berangkat.

“Yang Mulia! Yang Mulia Ratu!”

Aku melihat Mastas melalui jendela mendekat dengan tergesa-gesa dari kejauhan, dengan tombak besar di punggungnya dan ditutupi jubah.

“Nona Mastas!”

Aku segera turun dari kereta, dan dalam sekejap, dia sudah ada di depanku. Lalu dia berkata, melompat-lompat, “Yang Mulia, apakah Anda sudah mendengarnya? Apakah Anda tidak mendengarnya? Tolong beri tahu saya bahwa Anda belum mendengarnya!”

“Aku tidak mendengar apa pun. Apa yang terjadi?"

"Saya dengar dari kakak saya!"

Kakaknya… ah. Kesatria yang tampak kasar itu.

Apakah namanya Sir April?

Saat aku mengangguk, dia tersenyum dan berkata, “Kakak saya juga berpartisipasi dalam Ekspedisi Kesatria, dan rupanya dia satu kelompok dengan kakak Yang Mulia!”

"Benarkah?"

"Iya. Dia Sir Koshar, bukan?”

"Betul sekali."

“Sir Koshar—”

Rose berkata dengan dingin di sampingku, “Nona Mastas, di mana barang bawaanmu?” Mastas berhenti bicara dan pergi mengemasi barang-barangnya.

Karena itu, mau tak mau aku menggoyangkan jari-jariku dengan cemas saat aku menunggunya di kereta untuk kembali.

Mastas kembali hampir setengah jam kemudian, naik kereta, dan menyelesaikan ucapannya, "Sir Koshar melakukan pekerjaan dengan baik dalam Ekspedisi 'Kesatria'."

“Maksudmu?”

Ketika aku bertanya terkejut dan senang pada saat bersamaan, Mastas berseru, “Ya!” dengan senyum lebar.

“Apakah Anda tahu bagaimana dia bisa populer?”

“?”

Itu membuatku gugup.

Pertanyaan itu... terdengar seolah-olah dia menjadi populer dengan cara yang berbeda dari yang lain.

Aku memandangnya dengan takut, tetapi dia menjelaskan dengan lebih antusias, “Biasanya jika seseorang mendengar tentang keadaan yang tidak adil, seseorang akan mengambil tindakan hukum setelah menyelidikinya. Tapi saudara Yang Mulia melepaskan tinjunya setelah menyelidiki!”

"!"

“Walaupun sanksi hukum itu bagus, dari posisi mereka yang terkena dampak itu tidaklah cukup. Mereka lebih suka para pelaku dihajar sepantasnya yang mereka dapatkan.”

Aku meletakkan tangan ke dahiku karena terkejut, tetapi Mastas bahkan mengayunkan tinjunya ke udara dengan gembira,

"Ini pertama kalinya hal seperti ini terjadi, jadi semua orang bersorak untuknya!"

“…”

Sementara aku tercengang, Mastas bertanya kepadaku dengan mata berbinar.

“Yang Mulia, kakak Anda orang yang seperti apa? Dia tampaknya sangat dikagumi.”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Pada awalnya, aku merasa khawatir ketika dia mulai berbicara tentang kakakku.

Namun, aku perlahan-lahan merasa lega karena Mastas terus mengatakan hal-hal baik.

Dia sedikit… berbeda dari yang lain, tapi yang penting dia dicintai sebagai kesatria oleh orang-orang. Selama orang-orang dari Kerajaan Barat senang dengan saudaraku, itu sudah cukup.

Aku menyandarkan lenganku di ambang jendela kereta dan melihat keluar.

Saat pikiran tentang kakakku berkurang, aku semakin memikirkan Kekaisaran Timur.

Perasaanku campur aduk. Aku ingin menunjukkan kepada orang tuaku seberapa baik aku hidup berkat Heinley. Tetapi pada saat yang sama, aku bertanya-tanya apakah masih akan terasa sakit melihat Sovieshu bersama Rashta.

Aku tahu aku tidak bisa memberi tahu siapa pun, tapi jujur ​​... aku juga berharap Sovieshu akan terkejut melihatku.

Aku ingin menunjukkan padanya. Aku ingin menunjukkan kepadanya betapa baiknya aku hidup tanpa dia.

Apakah itu pemikiran yang terlalu kekanak-kanakan?

Saat aku merenung, kereta berhenti.

Kami sudah sampai?

Tapi yang bisa kulihat dari jendela hanyalah jalan setapak di hutan. Menatap pintu dengan kebingungan, tiba-tiba aku mendengar suara panggilan, "Ratu" dari sisi lain pintu.

Begitu aku membuka pintu, Heinley berdiri di sana.

Dia tersenyum melihat dayangku dan bertanya, "Ratu, bisakah kita naik kereta berdua?"

Sebelum aku bisa menjawab, dayang-dayangku saling berpandangan dan buru-buru keluar.

Mereka menuju kereta lain yang disiapkan untukku. Alih-alih menghentikan mereka, aku dengan canggung menutup jendela.

"Hah? Mengapa kamu menutup jendela?"

Heinley naik ke kereta dan dengan cepat duduk di seberangku.

Setelah membuat dirinya nyaman, dia mengetuk dinding di belakangnya dan kereta yang berhenti mulai bergerak lagi.

Sebelum aku sempat bertanya kepadanya mengapa dia datang, Heinley menjawab terlebih dahulu, “Aku datang karena aku ingin bersamamu.”

"Oke."

Aku menjawab dengan tenang dan mengalihkan pandanganku ke jendela lagi. Tapi aku baru saja menutupnya, jadi aku tidak bisa melihat apa pun ke luar jendela.

Mengapa aku menutupnya?

Aku memarahi diriku sendiri, lalu meliriknya dan menyadari kalau dia tidak sedang memperhatikanku.

Aku membuka jendela lagi dan pura-pura merenungkan pemandangan.

"Haha."

"!"

Aku mendengar tawa rendah tertahan dari dalam kereta, tapi aku sengaja mengabaikannya.

Untungnya, tawa itu segera memudar.

Setelah beberapa saat, aku tiba-tiba merasa ingin melihat Queen.

Queen. Elangku yang cantik.

Itu sangat mengejutkan ketika aku mendapati Heinley telanjang saat dia menjadi Queen, bahwa aku malu untuk sekedar melihat Queen.

Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan itu mulai memudar

Aku ingin bertemu Queen lagi.

Memang benar bahwa Heinley telanjang saat menjadi Queen, tapi… dia memiliki bulu.

Kalau dipikir-pikir, bukankah bulu burung seperti pakaian manusia?

Itu membuatku semakin ingin melihat Queen.

Pada titik ini, aku merasa bahwa jika aku memeluk tubuh kecilnya dengan erat, pikiranku yang bingung akan menjadi tenang.

Melirik ke samping, Heinley tersenyum ketika dia melihatku.

Setelah ragu-ragu sejenak, aku bertanya kepadanya, "Bisakah kau menjadi Queen?"

"Sekarang?"

“Aku ingin memeluknya.”

Begitu kata-kata ini keluar dari mulutku, dia menjadi burung berbulu emas dalam sekejap dan terbang ke arahku.

 

Aku memintanya untuk menjadi Queen. Tetapi ketika Queen mendekatiku, jantungku mulai berdetak kencang.

Mungkin karena pakaiannya terbentang di depanku.

Tetapi setelah diamati lebih dekat, Queen hanyalah Queen.

Aku tidak merasakan ketelanjangan yang buruk. Tentu saja, itu tidak berarti tubuh telanjang Heinley jelek, bukan itu alasan aku tidak ingin melihatnya telanjang…

Lega, akhirnya aku mengulurkan tanganku. Ketika aku dengan lembut menyentuh bulunya, Heinley berkedip dan senyum terbentuk di matanya.

Aku tidak percaya dia tersenyum bahkan sebagai seekor burung. Tidak, itu adalah Queenku.

Mengumpulkan lebih banyak keberanian, aku mengulurkan kedua tangan dan mengangkat Queen.

Aku merasa senang dan bernostalgia saat Queen berada di pangkuanku lagi.

Perlahan aku memeluk Queen.

Aroma ini. Aku merindukan aroma ini.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 206                 

>>>             

Chapter 208

===

Daftar Chapters 


No comments:

Post a Comment