Sunday, June 20, 2021

Remarried Empress (#208) / The Second Marriage

 


Chapter 208: Bertemu Sovieshu Lagi (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Queen mengedipkan mata ungunya.

Navier memeluk tubuhnya dengan kedua tangan, tidak bergerak sedikit pun.

Queen, yang bergeming bak boneka, mendongak diam-diam.

Dia bisa melihat dagu Navier. Lalu hidungnya, diikuti oleh bulu matanya yang lentik.

Matanya tertutup.

Tubuh Navier berayun sebentar.

Dia tertidur.’

Mata Queen menyipit. Dia memeriksa Navier sekilas dan dengan lembut menarik salah satu sayapnya dari pelukannya.

Kemudian dia memeriksa lagi bahwa Navier masih tertidur dan berusaha membebaskan sayap yang satunya.

Queen, setelah memeriksa untuk terakhir kali bahwa Navier masih benar-benar tertidur, berkicau gembira ketika kedua sayapnya terlepas.

Tentu saja, dia harus berhati-hati agar tidak mengeluarkan suara.

'Gu! Gu!’ Queen berkicau di dalam hati dan segera membungkus Navier dengan sayap lembutnya.

Meskipun telah menyelimutinya dengan sayapnya, Navier hampir tidak bisa merasakan sentuhannya. Namun, dia akan merasa sangat nyaman karena bulunya

Queen tetap berada di dada Navier, juga memejamkan matanya.

Dia ingin tidur di sebelahnya seperti ini. Jika ada yang namanya kebahagiaan, kebersamaan seperti ini akan menjadi—.

- Bruk!

Akan tetapi, sebuah sentakan tiba-tiba menyebabkan tubuh Navier jatuh ke samping.

Queen melebarkan sayapnya untuk mencoba melindunginya, tetapi sayapnya tidak cukup besar untuk menutupi seluruh tubuh bagian atas Navier.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Aku merasakan rasa sakit yang tajam di sisi kepalaku.

Aku membuka mata karena terkejut mendapati diriku ambruk di lantai kereta dan menindih Queen.

"Queen!"

Apakah sayapnya terluka?

Karena panik, aku segera bangun dan memeriksanya.

Untungnya, dia tampak baik-baik saja. Dia bahkan merentangkan kedua sayapnya dan menyentuh kepalaku dengan pelan.

"Aku baik-baik saja."

Sebenarnya, sisi kepalaku sangat sakit, tapi aku berbohong untuk menyembunyikan rasa maluku.

Kemudian, dia mulai melihat sekeliling tanpa sebab.

"Ada apa?"

Heinley telah menjadi Queen, jadi tentu saja dia tidak bisa mengatakan apa-apa.

Setelah memeriksanya dengan cermat, aku menyadari bahwa keretanya miring.

Sesuatu pasti telah terjadi.

Saat aku membuka jendela, aku mendengar suara Yunim datang dari luar.

"Yang Mulia Heinley, apakah Anda baik-baik saja?"

Tapi Heinley, yang seharusnya menjawab, sedang dalam wujud burungnya.

"Yang Mulia baik-baik saja."

Ketika akhirnya aku menjawab sebagai gantinya, Yunim terdiam sejenak sebelum berbicara lagi,

"Yang Mulia Heinley, saya pikir Anda harus keluar untuk melihat ini."

Saat aku mendengarkan dengan saksama, aku juga bisa mendengar suara roda kereta.

Kemudian, Queen menatapku.

"Kembalilah ke wujud manusiamu."

Aku berbisik cepat, menyingkirkan pakaiannya dan memejamkan mata.

Tak lama aku mendengar suara lembut berkata, "Jangan khawatir."

Dengan mata tertutup, aku tersenyum pelan dan mengangguk.

Suamiku adalah seekor burung. Bukankah itu menggemaskan?

Tiba-tiba, kereta tersentak sekali lagi. Terkejut, aku secara refleks membuka mata dan mencoba untuk berpegangan ke samping.

Namun, hampir pada saat yang bersamaan, sesuatu yang besar menekanku ke lantai.

Setelah melambaikan tangan dengan bingung, aku menyadari bahwa Heinley kehilangan keseimbangan saat sedang berpakaian dan terpeleset.

Tubuh Heinley-lah yang menekanku. Mataku terbelalak kaget.

Wajah Heinley berada tepat di depan wajahku. Dia tampak malu dan juga kaget.

"Aku- aku minta maaf."

Heinley tergagap, wajahnya memerah dan dia mencoba meletakkan tangannya di lantai kereta. Namun, dia justru meletakkan tangannya di atas tanganku.

"Maafkan aku. Aku tidak melakukannya dengan sengaja, Ratu.”

Aku menoleh ke samping dan berbisik,

"Tidak apa-apa ... Kamu bisa turun dariku."

Sangat memalukan mengetahui bahwa tubuh telanjangnya berada di atasku.

Untungnya, wajah kami sangat dekat sehingga aku tidak bisa melihat apa pun. Tapi itu tidak berarti aku tidak sadar bahwa dia telanjang.

"Iya. Segera, segera.”

Heinley bergumam dan bergegas untuk bangun, menghindari tanganku.

Tapi kali ini dia tergelincir oleh rokku.

Hidung kami hampir bersentuhan. Kami bahkan bisa saja terluka, tetapi Heinley menjulurkan tangannya untuk menahan dirinya dari lantai dan menghindari tabrakan.

Di sisi lain pintu, Yunim berteriak lagi, “Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?”

"Aku baik-baik saja!"

"Apakah Anda ingin saya masuk?"

"Tidak!"

Heinley berkata dengan tegas kepada Yunim dan mencoba bangun, tetapi terpeleset lagi.

Tubuh kami menjadi semakin terbelit.

Karena malu, aku mencoba mendorongnya. Tapi aku malah menyentuh tubuh telanjangnya.

Hangat dan kokoh…

Aku semakin malu, jadi aku menarik tanganku dari tubuh telanjangnya dan mencoba menarik diri. Karena keretanya miring dan rokku terbentang di lantai, jika Heinley mencoba berdiri dia akan terpeleset lagi.

Tapi Heinley mengerang begitu aku mulai menjauh, jadi aku bertanya dengan cemas,

"Ada apa?"

Apakah aku melukainya? Apakah perhiasanku menusuknya?

Mengangkat tubuhnya sedikit, Heinley bergumam sambil wajahnya memerah,

“Jangan bergerak, kumohon. Ini sedikit… merangsang.”

Jangan bergerak?

Tertegun, aku melihat ke bawah.

Aku lebih suka bahwa Heinley tidak terpisah dariku. Ketika Heinley mengangkat tubuhnya sedikit, aku bisa langsung menyadari mengapa dia menyuruhku untuk tidak bergerak.

"Ah!"

Aku berseru kaget, dan Heinley terkesiap. Aku buru-buru melihat ke atas, tetapi sekali lagi melakukan kontak mata dengan Heinley.

Lalu aku mengalihkan pandanganku, kewalahan. Aku bahkan tidak bisa meminta bantuan dari luar dalam situasi ini. Itu tidak akan ada gunanya.

Aku hanya bisa memikirkan satu cara.

"Pegangan yang kuat."

"Apa?"

Setelah itu, aku menurunkan tanganku dan mengambil rok yang membentang di lantai kereta.

Aku mendengar Heinley bergumam dengan suara yang sangat lirih, “Tuhan, Tuhan ….”

“Selesai.”

Begitu aku selesai, Heinley berdiri menyandarkan satu tangan ke lantai dan tangan yang satunya ke dinding untuk menghindari pakaianku.

Aku menolehkan kepalaku ke arah dinding. Wajahku panas dan telingaku berdenging.

Jika ada lubang di sini, aku akan mengubur Heinley di dalamnya saat ini juga.

Aku mendengar dia mengenakan pakaiannya, tetapi tetap tidak membuka mataku.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka. Baru kemudian aku membuka mata dan melihatnya.

Pakaian Heinley berkerut, leher dan wajahnya benar-benar memerah.

Ya Tuhan. Aku tidak menyadarinya sebelumnya karena aku terlalu malu, tetapi ada bekas lipstik di lehernya.

Rose, yang melongo melihat Heinley, menoleh ke arahku.

Dengan panik, aku buru-buru menutup pintu.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 207                  

>>>             

Chapter 209

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#207) / The Second Marriage

 


Chapter 207: Perjalanan Ke Kekaisaran Timur (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Ketika alisku terangkat dan aku menatapnya tidak percaya, Mullaney berbicara lagi, “Anda mungkin pernah mendengar bahwa saya bertengkar hebat dengan Christa. Karena itu, bahkan Yang Mulia Heinley mengucapkan kata-kata yang tidak terlalu baik kepada saya.”

Mullaney, yang wajahnya menjadi kaku seakan-akan dia merasa marah hanya dengan memikirkannya, menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, “Sejak itu, para bangsawan yang mengikuti Christa dengan berani bergerombol untuk mengintimidasi saya dan teman-teman saya.”

“…”

“Saya tidak tahu apakah itu atas perintah Christa atau apakah para bangsawan itu bertindak sendiri. Tapi dia adalah titik pusatnya, dan begitu dia meninggalkan istana kerajaan, kelompok itu akan bubar.”

Dia melanjutkan dengan tatapan penuh tekad, “Bagaimanapun, Christa seharusnya pergi ke Compshire's Mansion ketika mendiang raja meninggal. Bahkan jika dia tidak ingin pergi ke sana, dia harus meninggalkan istana kerajaan. Mengusirnya adalah hal yang wajar, Yang Mulia.”

"… Akan aku pikirkan."

Setelah Mullaney pergi, aku memanggil Rose dan Mastas untuk memberi tahu mereka tentang hal ini lantas menanyakan apakah hubungan antara Mullaney dan Christa seburuk itu.

Mastas tampaknya tidak tahu banyak tentang itu, tetapi Rose menjawab setelah merenung, “Mereka tidak bertengkar hebat, tetapi memang benar bahwa sejak rumor pertengkaran itu menyebar, ada perpecahan di dalam masyarakat kelas atas, Yang Mulia."

"Begitu…"

"Tapi menurut saya itu tidak hanya karena situasi di masyarakat kelas atas sehingga Miss Mullaney menjadi sangat tidak fleksibel."

Lalu apa alasannya?

Rose mengerutkan kening seolah dia berusaha keras untuk mengingat dan berkata, “Nona Mullaney adalah satu-satunya anak Marquis Amares. Sepengetahuan saya Marquis Amares mengadopsi keponakannya untuk menggantikannya. Rumor mengatakan bahwa Nona Mullaney ingin menggantikan Marquis secara langsung.”

"Ah."

"Sang keponakan adalah anak ketiga Duke Liberty, yang berpihak ke Christa."

"Aku tidak menduganya."

"Nona Mullaney ingin menyingkirkan Christa agar dia bisa menyingkirkan saudara angkatnya?"

 

"Yah, mungkin saja…"

Itu adalah sebuah kemungkinan.

Dia tampaknya memiliki harga diri yang tinggi, jadi dia mungkin memintaku untuk berurusan dengan Christa daripada meminta apa yang sebenarnya dia inginkan— untuk membantunya menjadi penerus.

Laura bertanya dengan gelisah, "Yang Mulia, apa yang ingin Anda lakukan?"

Aku bersandar di sofa alih-alih menjawab.

Dengan bergandengan tangan dengan Mullaney, aku semestinya dapat membawa separuh masyarakat kelas atas lebih dekat kepadaku.

Namun, itu berarti aku menjadi benar-benar memusuhi Christa.

Seperti yang telah kukatakan kepada dayang-dayangku sebelumnya, persahabatan palsu lebih baik daripada bermusuhan.

Haruskah aku melangkah maju atau berpura-pura berhubungan baik dengan Christa untuk saat ini?

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Aku telah memikirkan hal ini selama berhari-hari, tetapi tidak mudah untuk menemukan jawabannya.

Sementara itu, delegasi yang akan menghadiri pernikahan Sovieshu tengah dipersiapkan dengan matang, dan tanpa aku sadari hari keberangkatan kami telah tiba.

Rasanya aneh kembali ke tanah airku sebagai ratu negara lain.

Sebelum berangkat.

Aku menghirup napas dalam-dalam seraya melihat diriku di cermin berbalut pakaian perjalanan yang nyaman. Ketika aku melangkah keluar dengan ekspresi terpaksa di wajahku, kereta sudah menunggu.

Yang mengelilingi kereta bukanlah Kesatria Kerajaan Barat, melainkan Kesatria Supranasional.

Setelah menerima salam mereka, aku naik kereta.

Kereta ini nantinya akan bergabung dengan kereta dan pasukan kavaleri lainnya di dekat gerbang utama istana kerajaan.

... Kenapa dia tidak ada di sini?

Aku tidak melihat Mastas di dalam kereta. Para dayangku yang lain sedang mengatur barang bawaan mereka.

"Nona Laura, apakah kau melihat Nona Mastas?"

Ketika aku bertanya dengan cemas, Laura menggelengkan kepalanya. Rose dan Countess Jubel juga tidak tahu apa-apa.

Sudah waktunya untuk berangkat.

“Yang Mulia! Yang Mulia Ratu!”

Aku melihat Mastas melalui jendela mendekat dengan tergesa-gesa dari kejauhan, dengan tombak besar di punggungnya dan ditutupi jubah.

“Nona Mastas!”

Aku segera turun dari kereta, dan dalam sekejap, dia sudah ada di depanku. Lalu dia berkata, melompat-lompat, “Yang Mulia, apakah Anda sudah mendengarnya? Apakah Anda tidak mendengarnya? Tolong beri tahu saya bahwa Anda belum mendengarnya!”

“Aku tidak mendengar apa pun. Apa yang terjadi?"

"Saya dengar dari kakak saya!"

Kakaknya… ah. Kesatria yang tampak kasar itu.

Apakah namanya Sir April?

Saat aku mengangguk, dia tersenyum dan berkata, “Kakak saya juga berpartisipasi dalam Ekspedisi Kesatria, dan rupanya dia satu kelompok dengan kakak Yang Mulia!”

"Benarkah?"

"Iya. Dia Sir Koshar, bukan?”

"Betul sekali."

“Sir Koshar—”

Rose berkata dengan dingin di sampingku, “Nona Mastas, di mana barang bawaanmu?” Mastas berhenti bicara dan pergi mengemasi barang-barangnya.

Karena itu, mau tak mau aku menggoyangkan jari-jariku dengan cemas saat aku menunggunya di kereta untuk kembali.

Mastas kembali hampir setengah jam kemudian, naik kereta, dan menyelesaikan ucapannya, "Sir Koshar melakukan pekerjaan dengan baik dalam Ekspedisi 'Kesatria'."

“Maksudmu?”

Ketika aku bertanya terkejut dan senang pada saat bersamaan, Mastas berseru, “Ya!” dengan senyum lebar.

“Apakah Anda tahu bagaimana dia bisa populer?”

“?”

Itu membuatku gugup.

Pertanyaan itu... terdengar seolah-olah dia menjadi populer dengan cara yang berbeda dari yang lain.

Aku memandangnya dengan takut, tetapi dia menjelaskan dengan lebih antusias, “Biasanya jika seseorang mendengar tentang keadaan yang tidak adil, seseorang akan mengambil tindakan hukum setelah menyelidikinya. Tapi saudara Yang Mulia melepaskan tinjunya setelah menyelidiki!”

"!"

“Walaupun sanksi hukum itu bagus, dari posisi mereka yang terkena dampak itu tidaklah cukup. Mereka lebih suka para pelaku dihajar sepantasnya yang mereka dapatkan.”

Aku meletakkan tangan ke dahiku karena terkejut, tetapi Mastas bahkan mengayunkan tinjunya ke udara dengan gembira,

"Ini pertama kalinya hal seperti ini terjadi, jadi semua orang bersorak untuknya!"

“…”

Sementara aku tercengang, Mastas bertanya kepadaku dengan mata berbinar.

“Yang Mulia, kakak Anda orang yang seperti apa? Dia tampaknya sangat dikagumi.”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Pada awalnya, aku merasa khawatir ketika dia mulai berbicara tentang kakakku.

Namun, aku perlahan-lahan merasa lega karena Mastas terus mengatakan hal-hal baik.

Dia sedikit… berbeda dari yang lain, tapi yang penting dia dicintai sebagai kesatria oleh orang-orang. Selama orang-orang dari Kerajaan Barat senang dengan saudaraku, itu sudah cukup.

Aku menyandarkan lenganku di ambang jendela kereta dan melihat keluar.

Saat pikiran tentang kakakku berkurang, aku semakin memikirkan Kekaisaran Timur.

Perasaanku campur aduk. Aku ingin menunjukkan kepada orang tuaku seberapa baik aku hidup berkat Heinley. Tetapi pada saat yang sama, aku bertanya-tanya apakah masih akan terasa sakit melihat Sovieshu bersama Rashta.

Aku tahu aku tidak bisa memberi tahu siapa pun, tapi jujur ​​... aku juga berharap Sovieshu akan terkejut melihatku.

Aku ingin menunjukkan padanya. Aku ingin menunjukkan kepadanya betapa baiknya aku hidup tanpa dia.

Apakah itu pemikiran yang terlalu kekanak-kanakan?

Saat aku merenung, kereta berhenti.

Kami sudah sampai?

Tapi yang bisa kulihat dari jendela hanyalah jalan setapak di hutan. Menatap pintu dengan kebingungan, tiba-tiba aku mendengar suara panggilan, "Ratu" dari sisi lain pintu.

Begitu aku membuka pintu, Heinley berdiri di sana.

Dia tersenyum melihat dayangku dan bertanya, "Ratu, bisakah kita naik kereta berdua?"

Sebelum aku bisa menjawab, dayang-dayangku saling berpandangan dan buru-buru keluar.

Mereka menuju kereta lain yang disiapkan untukku. Alih-alih menghentikan mereka, aku dengan canggung menutup jendela.

"Hah? Mengapa kamu menutup jendela?"

Heinley naik ke kereta dan dengan cepat duduk di seberangku.

Setelah membuat dirinya nyaman, dia mengetuk dinding di belakangnya dan kereta yang berhenti mulai bergerak lagi.

Sebelum aku sempat bertanya kepadanya mengapa dia datang, Heinley menjawab terlebih dahulu, “Aku datang karena aku ingin bersamamu.”

"Oke."

Aku menjawab dengan tenang dan mengalihkan pandanganku ke jendela lagi. Tapi aku baru saja menutupnya, jadi aku tidak bisa melihat apa pun ke luar jendela.

Mengapa aku menutupnya?

Aku memarahi diriku sendiri, lalu meliriknya dan menyadari kalau dia tidak sedang memperhatikanku.

Aku membuka jendela lagi dan pura-pura merenungkan pemandangan.

"Haha."

"!"

Aku mendengar tawa rendah tertahan dari dalam kereta, tapi aku sengaja mengabaikannya.

Untungnya, tawa itu segera memudar.

Setelah beberapa saat, aku tiba-tiba merasa ingin melihat Queen.

Queen. Elangku yang cantik.

Itu sangat mengejutkan ketika aku mendapati Heinley telanjang saat dia menjadi Queen, bahwa aku malu untuk sekedar melihat Queen.

Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan itu mulai memudar

Aku ingin bertemu Queen lagi.

Memang benar bahwa Heinley telanjang saat menjadi Queen, tapi… dia memiliki bulu.

Kalau dipikir-pikir, bukankah bulu burung seperti pakaian manusia?

Itu membuatku semakin ingin melihat Queen.

Pada titik ini, aku merasa bahwa jika aku memeluk tubuh kecilnya dengan erat, pikiranku yang bingung akan menjadi tenang.

Melirik ke samping, Heinley tersenyum ketika dia melihatku.

Setelah ragu-ragu sejenak, aku bertanya kepadanya, "Bisakah kau menjadi Queen?"

"Sekarang?"

“Aku ingin memeluknya.”

Begitu kata-kata ini keluar dari mulutku, dia menjadi burung berbulu emas dalam sekejap dan terbang ke arahku.

 

Aku memintanya untuk menjadi Queen. Tetapi ketika Queen mendekatiku, jantungku mulai berdetak kencang.

Mungkin karena pakaiannya terbentang di depanku.

Tetapi setelah diamati lebih dekat, Queen hanyalah Queen.

Aku tidak merasakan ketelanjangan yang buruk. Tentu saja, itu tidak berarti tubuh telanjang Heinley jelek, bukan itu alasan aku tidak ingin melihatnya telanjang…

Lega, akhirnya aku mengulurkan tanganku. Ketika aku dengan lembut menyentuh bulunya, Heinley berkedip dan senyum terbentuk di matanya.

Aku tidak percaya dia tersenyum bahkan sebagai seekor burung. Tidak, itu adalah Queenku.

Mengumpulkan lebih banyak keberanian, aku mengulurkan kedua tangan dan mengangkat Queen.

Aku merasa senang dan bernostalgia saat Queen berada di pangkuanku lagi.

Perlahan aku memeluk Queen.

Aroma ini. Aku merindukan aroma ini.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 206                 

>>>             

Chapter 208

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#206) / The Second Marriage

 


Chapter 206: Perjalanan Ke Kekaisaran Timur (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Pertanyaan Heinley membuat pikiranku kacau balau.

Kapan aku akan menerimanya sebagai suami tercinta? Bukankah dia sudah menjadi suami yang manis?

Aku pikir bukan itu yang dia maksud.

Apakah dia ingin aku memberinya cinta?

Aku bingung.

Aku memikirkan tentang hubunganku dengan Sovieshu, tetapi aku tidak pernah melakukan percakapan seperti ini dengannya. Pengalaman-pengalaman itu sama sekali tidak berguna.

Sambil ragu-ragu, Heinley menghela napas dan bergumam,

"Matamu terlihat seperti mata kelinci yang tercengang."

"Aku…?"

"Jawab aku lain kali, Ratu."

***

Setelah itu Heinley pergi.

Berdiri di dekat ambang jendela, aku lantas bersandar. Ini membuatku merasa jauh lebih baik.

Aku tidak menyadarinya, tetapi wajahku tampaknya memanas. Ketika aku meletakkan telapak tangan di pipiku, pipiku terasa sangat hangat.

Apakah karena Heinley… lebih muda dariku? Atau karena dia seorang playboy? Dia mengatakan hal-hal manis itu dengan terlalu santai.

Aku tidak membencinya, tapi…

Saat aku sedang memikirkannya, terdengar ketukan di pintu.

Aku bergegas membuka pintu untuk melihat apakah itu Heinley lagi, tapi yang masuk adalah Rose dan Countess Jubel.

Mereka sudah pergi ke mana? Mereka membawa sekeranjang penuh buah.

"Kalian habis dari mana?"

"Kami pergi ke sebuah kebun yang ada di Istana Kerajaan, Yang Mulia."

"Saya akan mengupasnya untuk Anda."

Saat keduanya duduk di sofa, mengupas buah-buahan dan menyajikan makanan ringan di piring, aku menatap ke luar jendela lagi.

Akhirnya, terlintas dalam pikiranku apa yang dikatakan Heinley tentang undangan ke pernikahan Sovieshu.

Karena aku akan pergi ke Kekaisaran Timur, dayang-dayangku akan menemaniku, jadi tentu saja aku harus memberi tahu mereka.

"Yang Mulia Raja barusan kemari."

Yang Mulia?

Rasanya saya tidak melihat beliau tadi …”

“Dia datang melalui jendela. Dia hanya ingin memberi tahuku beberapa berita.”

Rose, yang telah selesai mengupas buah, meletakkan pisaunya dan menatapku. Countess Jubel meletakkan piring makanan ringan di atas meja teh dan juga menunggu kata-kataku.

"Tanggal pernikahan kami sudah ditentukan."

Wajah mereka berbinar mendengar kata-kataku.

"Akhirnya…!"

"Desainer McLinnan akan jadi lebih sibuk, Yang Mulia."

Namun, wajah mereka menjadi murung begitu aku memberi tahu mereka tentang pernikahan Sovieshu.

"Dan Heinley dan aku telah secara resmi diundang ke pernikahan Yang Mulia Kaisar Kekaisaran Timur."

Seakan-akan mereka telah meminum segelas air asin.

“Aku telah memutuskan untuk pergi.”

Ketika mereka mendengar jawabanku atas undangan itu, raut wajah mereka menjadi lebih murung.

Keduanya saling bertukar pandang dalam diam.

Ketidakpuasan terlihat dalam ekspresi mereka. Tapi akhirnya mereka menghela napas dan menerimanya.

Ketika aku hendak berbicara lebih banyak tentang hal itu, terdengar ketukan lagi di pintu.

Rose beranjak untuk membuka pintu, sementara aku duduk di sofa melihat ke arah pintu.

Sang tamu adalah seorang pria berpakaian rapi dengan janggut besar beruban.

Siapa dia?

Saat aku melihat wajahnya yang benar-benar asing, dia membungkuk ke arahku.

Setelah aku mengangguk, pria itu memasuki ruangan dan memperkenalkan dirinya,

"Saya Kepala Pelayan Keluarga Amares, Yang Mulia."

Keluarga Amares?

Nama itu terdengar tidak asing?

Ah. Aku ingat.

Nama itu muncul beberapa kali dalam catatan yang telah aku baca.

Sejauh yang aku tahu, keluarga itu menyandang gelar Marquis.

Mengapa keluarga itu mengirim Kepala Pelayan mereka ke sini?

Ketika aku memandangnya dengan bingung, kepala pelayan itu berkata dengan sopan,

"Yang Mulia, saya datang atas nama Nona Mullaney."

Mullaney! Dia salah satu bawahan Mullaney.

Aku ingin bertemu dengannya dengan maksud untuk membuatnya berada di pihakku, karena dia memiliki pengaruh besar dalam masyarakat kelas atas Kerajaan Barat.

Aku mengangguk dan dia melanjutkan.

“Nona Mullaney merasa sangat terhormat bahwa Yang Mulia Ratu ingin bertemu dengannya. Dia akan dengan senang hati mengunjungi Anda begitu Anda memberi tahu tanggal dan waktunya.”

Tidak perlu menetapkan tanggal yang jauh.

"Katakan padanya untuk datang mengunjungiku besok pukul satu siang."

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Mullaney tiba setengah jam sebelum waktu yang ditentukan.

Aku telah mempertimbangkan kemungkinan itu, jadi teh dan makanan ringan sudah dipersiapkan.

“Nama saya Mullaney, Yang Mulia Ratu.”

Aku memperhatikan Mullaney dengan cermat sementara dia menyapaku dengan sopan.

Dia adalah seorang wanita muda dengan mata abu-abu, dengan postur tegak dan tegap. Dia memiliki ekspresi yang bermartabat dan cara bicaranya anggun.

"Saya merasa terhormat bahwa Anda ingin bertemu dengan saya, Yang Mulia."

"Aku ingin bertemu denganmu sejak aku mendengar tentangmu."

“Saya, juga, telah menantikan momen ini sejak saya mendengar bahwa Yang Mulia Ratu telah tiba. Saya bertanya-tanya kapan Anda akan menghubungi saya."

Bukan hanya ekspresinya yang memancarkan kepercayaan diri, kata-katanya yang berani dan tulus membuatku tersenyum.

Meski auranya berbeda, aku merasa seperti sedang melihat Nian muda.

Alih-alih bertele-tele, aku bertanya langsung padanya,

"Begitu rupanya. Jika Anda menungguku untuk menghubungi Anda, itu karena Anda menginginkan sesuatu dariku, kan?”

Nona Mullaney sedikit tersenyum, dan bertanya sebagai balasan,

"Yang Mulia memanggil saya untuk membantu Anda berintegrasi ke dalam masyarakat kelas atas Kerajaan Barat, kan?"

Dia pintar. Itu justru lebih baik.

Ketika aku mengangguk dengan senang, dia bertanya kali ini lebih hati-hati daripada sebelumnya.

"Apa yang akan saya dapatkan dengan membantu Yang Mulia Ratu?"

Pada pertanyaannya yang berani namun cerdas, Laura, yang berdiri di dekat pintu, mengangkat kepalanya dengan mengancam.

Dari raut wajahnya dia tampak berpikir,

'Apa-apaan dia ini!?'

Menahan keinginan untuk tertawa, aku menjawab,

"Apa yang kamu inginkan sebagai balasannya?"

Dari pertanyaannya sebelumnya, aku tahu dia sedang mencari sesuatu yang khusus, tetapi permintaan Mullaney benar-benar tidak terduga,

"Tolong usir Christa keluar dari Istana Kerajaan!"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 205               

>>>             

Chapter 207

===

Daftar Chapters