Sunday, June 6, 2021

Remarried Empress (#205) / The Second Marriage (Ep. 107 part 2 - Ep. 108 part 1)

 


Chapter 205: Keterkejutan Sovieshu (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Sovieshu, yang telah menginstruksikan Marquis Karl terkait pernikahan, bertanya kepadanya bagaimana persiapan pernikahannya. Setelah mendiskusikan sutra apa yang akan digunakan, siapa yang akan diundang, dll., Dia pergi ke kamar Rashta.

Rashta sedang mencoba gaun saat itu.

Setelah melihat Sovieshu, Rashta tersenyum lebar dan berseru dengan manis, "Yang Mulia!"

Gaun baru itu hampir selesai dan dia sedang mencobanya, jadi dia terlihat sangat bahagia.

"Yang Mulia, bagaimana penampilan Rashta?"

Rashta turun dari kotak kecil dan dengan anggun berbalik di depan Sovieshu.

Gaun panjang itu perlahan bergoyang mengikuti ritme gerakan Rashta.

Dia tampak secantik putri dalam dongeng, yang membuat sang desainer merasa senang.

Karena desakan Rashta, sang desainer akhirnya membuat gaun glamor yang diinginkan Rashta.

Berbeda dengan dugaannya, Rashta juga terlihat cantik mengenakan gaun glamor ini, yang membuatnya bangga.

Tetapi begitu Sovieshu melihat gaun Rashta, dia berkata dengan tegas, "Itu terlalu glamor."

Mata Rashta membelalak dan dia bertanya, "Tapi bukankah ini indah, Yang Mulia?"

"Itu indah. Tapi aku ingin itu lebih polos."

Sovieshu berbicara seolah-olah dia sedang menjawab Rashta, tetapi dia sebenarnya berbicara kepada desainernya.

Perancang itu menundukkan kepalanya dan menjawab, "Saya mengerti."

Tatapan Rashta beralih dari Sovieshu ke sang desainer karena terkejut.

Kemudian, ketika Rashta menangis, Sovieshu dan desainer itu menatapnya dengan lebih terkejut.

Rashta terisak dan mengeluh kepada Sovieshu, "Saya ingin memakai gaun ini, Rashta yang mengenakan gaun ini akan terlihat sangat cantik di sisi Yang Mulia!"

Kamu bisa memakai gaun glamor lain kali. Kenakan gaun polos kali ini. Bukankah akan ada banyak pesta yang akan kau hadiri ke depannya?"

“Penting untuk mengenakan gaun ini pada hari yang paling spesial.”

Rashta menambahkan dengan ekspresi sedih, "Rashta ingin menjadi layak berdiri di sisi Yang Mulia."

Sovieshu ingin menolak, tetapi dia dengar membuat stres wanita hamil tidak baik untuk bayi di dalam rahimnya.

Melihat seluruh wajahnya memerah, Sovieshu akhirnya menghela napas dan setuju, "Tidak apa-apa. Kamu bisa memakainya.”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Aku selesai membaca catatan juru tulis Kerajaan Barat selama 20 tahun terakhir. Sekarang saatnya membaca catatan administrasi mantan ratu.

“Yang Mulia selalu membaca buku,” gerutu Mastas, dia sangat aktif dan tidak menyukai ini…

"Selalu begini, bahkan di Kekaisaran Timur."

“Benarkah, Laura?”

"Tentu saja. Selalu buku, buku, dan lebih banyak buku.”

“Ugh.”

Mastas dan Laura berbicara dengan antusias tentangku, sementara Countess Jubel berpura-pura tidak tertarik dengan percakapan itu, tetapi diam-diam bersimpati.

Di depan pintu, para kesatria Viscount Langdel bergantian berjaga.

Pemandangan itu membuatku mengenang hari-hariku di Kekaisaran Timur, yang membuatku tersenyum bersama mereka.

Pada saat itulah…

"Yang Mulia."

Rose, yang pergi untuk mengambil kopi, masuk dan berkata dengan ekspresi aneh, "Salah satu dayang Christa ada di sini."

"Dayang Christa?"

"Ya, dia membawa sekeranjang bunga."

Sekeranjang bunga…

Meskipun kelihatannya tidak masuk akal, aku tetap membiarkannya masuk.

"Nama saya Imaru, Yang Mulia."

Ini adalah pertama kalinya aku melihat dayang Christa ini.

Setelah menyapa dengan sopan, dia menyodorkan keranjang bunga yang dia pegang dengan kedua tangannya dan berkata, "Christa mendengar bahwa Yang Mulia telah mendapatkan kesatria pribadi, jadi dia meminta saya untuk menyerahkan ini kepada Anda sebagai ucapan selamat."

Ketika Rose melangkah maju dan menerima keranjang bunga itu, dayang Christa menambahkan, "Bunga-bunga ini beliau tanam sendiri."

“Tolong sampaikan rasa terima kasihku.”

Bunganya cerah dan indah, dan keranjangnya juga didekorasi dengan indah.

Tetapi begitu dayang Christa pergi, Rose mendengus, “Dia pasti tidak nyaman dengan para kesatria Sir Langdel. Dia telah mengabaikan Yang Mulia selama ini, tapi sekarang tiba-tiba dia mengirim hadiah.”

Countess Jubel juga bertanya dengan dingin, "Haruskah kita membuangnya?"

Rose menatapnya dengan heran, lalu tersenyum dan menambahkan, "Hanya bercanda," sambil menunjuk ke meja yang tidak dihias.

"Saya akan meletakkannya di sana, Yang Mulia."

"Baiklah."

Setelah berpikir sejenak, aku meminta Rose, “Nona Rose, kirimkan buket bunga akasia kepada Christa sebagai balasannya.”

Aku juga ingin mengiriminya bunga dari kebunku, tapi aku belum menanamnya.

“Itu adalah hadiah yang dia kirimkan agar terlihat baik. Apakah Anda harus mengirim balik sebagai balasannya? Bagaimanapun, saya tidak berpikir dia benar-benar senang mengirim hadiah ini.”

Mastas sepertinya tidak menyukai ide itu, tapi…

Tidak masalah apakah dia mengirimkannya dengan tulus atau tidak.

"Hah?"

"Persahabatan palsu jauh lebih baik daripada berada dalam konflik."

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Hari-hari berlalu, tetapi Christa tidak menunjukkan tindakan ramah sejak saat itu.

Namun, ada beberapa perubahan.

Sekarang dayang-dayangku rukun satu sama lain, dan aku terbiasa memiliki kesatria yang berjaga di pintu.

Nian datang dengan Viscount Langdel setiap dua atau tiga hari untuk menghabiskan waktu bersamaku, dan sangat menyenangkan melihat mereka bersama.

Mungkin karena sekarang aku tahu bahwa Viscount Langdel bukanlah seorang pemuda lugu yang jatuh cinta, tetapi komandan divisi 5 Kesatria Supranasional yang ditakuti.

Setiap kali aku melihatnya berkonsentrasi dan bereaksi terhadap kata-kata dan tindakan Nian, aku tidak bisa menahan tawa. Walau begitu aku mencoba untuk tidak tertawa karena mungkin terlihat tidak sopan.

Tetapi meski melewati hari-hari yang damai ini, aku merasa tidak nyaman setiap kali aku melihat laci mejaku.

Itu karena surat Sovieshu ada di laci itu.

Jika aku dapat membawa kembali Sovieshu dari masa kecilku, aku ingin duduk di depannya dan bertanya, “…Apa yang sebenarnya kau pikirkan?’”

Sovieshu yang itu lebih jujur ​​​​dalam mengekspresikan emosinya daripada yang sekarang.

Saat aku hendak membuka surat Sovieshu untuk membacanya lagi, seseorang mengetuk jendela.

Aku menoleh ke belakang dan melihat Heinley di jendela lagi!

Aku meninggalkan surat itu di laci, berjalan ke jendela, dan menutup tirai.

"Ratu?"

Suara kebingungan terdengar dari balik tirai, aku ingin melihatnya seperti ini setidaknya sekali.

Jika aku terus membuka jendela untuknya, dia tidak akan berhenti datang ke sini.

"Ratu? Maaf, Ratu?” Heinley memanggilku berulang kali seolah-olah dia benar-benar terkejut.

Aku sengaja menghitung sampai 30 detik dan membuka tirai.

Heinley sangat sedih sehingga dia berjongkok, meletakkan tangannya di ambang jendela.

Begitu aku membuka jendela, dia menatap mataku dan meminta maaf, “Maaf. Hanya saja aku sudah terbiasa menemuimu seperti ini ... "

“Aku hanya akan mengizinkan Queen masuk melalui jendela,” dia menambahkan, “Jadi, bolehkah aku datang sebagai Queen?”

“Jika kamu mau berpakaian.”

“…Maukah kamu memakaikanku pakaian?”

Apa yang dia harapkan? Dasar elang licik.

"Apa yang membawamu ke sini pada jam segini?"

Jelas-jelas, ini masih waktu kerja.

“Aku punya kabar baik dan kabar buruk. Aku hanya ingin memberitahukannya padamu.”

"Apa itu?"

“Kabar baiknya adalah… tanggal pernikahan kita akhirnya ditetapkan, Ratu.”

"!"

“Tidak lama, tak dapat disangkal lagi kita akan menjadi pasangan suami istri.”

“Kita sudah menikah dan tak dapat disangkal lagi adalah pasangan suami istri.”

“Apa yang sudah kita lakukan adalah bersumpah di hadapan Tuhan. Sekarang kita akan menyatakan di hadapan seluruh dunia bahwa aku adalah suamimu dan kamu adalah istriku.”

Melihat Heinley berbicara dengan puas, aku merasa ingin mencubit pipinya.

Cara dia berbicara… membuatku bingung. Aku ingat bagaimana aku salah mengira itu sebagai pengakuan cinta ketika dia mencoba memberi tahuku tentang proklamasi kekaisaran.

Tapi aku bersikap tenang, dan bertanya kepadanya, “Apa kabar buruknya?”

“Um, yah…”

Apa itu lebih buruk dari yang aku kira?

Heinley sedikit ragu-ragu dan berkata, "Kaisar Kekaisaran Timur mengirim undangan untuk menghadiri pernikahannya."

"!"

“Dia berharap kita bisa hadir. Seandainya aku tidak bisa, setidaknya dia ingin Ratu hadir."

Setelah dia selesai berbicara, Heinley menatap mataku, "Apakah kamu akan pergi?"

Dia memberitahuku bahwa ini adalah berita buruk, apakah karena Heinley tidak ingin aku hadir?

Tapi aku langsung menjawabnya tanpa ragu-ragu, "Aku akan pergi."

"Iya…"

“Aku ingin menemui orang tua dan teman-temanku.”

“…”

"Aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat orang yang aku cintai hanya karena dia ada di sana."

Begitu aku berbicara, Heinley dengan cepat berkata, "Aku akan pergi denganmu."

Aku langsung menolak, "Tidak perlu."

Itu bukan karena aku merasa tidak nyaman jika dia pergi denganku, tetapi karena terakhir kali kami ditahan saat berada di Kediaman Troby atas perintah Sovieshu.

Itu pasti masih menjadi kenangan yang tidak menyenangkan. Aku tidak ingin membuatnya pergi ke sana lagi.

Tapi Heinley menjawab sambil tersenyum, “Aku ingin pergi denganmu. Orang tuaku dan teman-temanku juga ada di sana.”

Orang tua Heinley ada di Kekaisaran Timur?

"Ah."

Kurasa yang dia maksud adalah orang tuaku.

Ketika aku membuka mulut karena terkejut, Heinley menggerutu dengan nada bercanda, “Mereka sepertinya merasa sangat tidak nyaman di dekatku ketika kami bertemu. Kali ini, aku akan memastikan mereka menerimaku sebagai menantu kesayangan mereka.”

“…Aku yakin mereka sekarang akan menyukaimu.”

Heinley telah menyelamatkan diriku sehingga aku tidak dipermalukan habis-habisan.

Dia terkekeh dan mendekatkan kepalanya.

Lalu dia mencium pipiku dengan lembut.

"!"

Aku sangat terkejut sehingga mata aku membelalak kaget.

Kemudian, dia menarik kepalanya sedikit ke belakang dan menatap mataku, melihat aku tetap tidak bergerak, dia mendekatkan kepalanya lagi dan menempelkan bibirnya ke pipiku.

Kali ini, bahkan lebih lama.

Dia akhirnya mundur dan tersenyum malu-malu.

“Kapan kamu akan menerimaku sebagai suamimu yang tercinta?”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 204                  

>>>             

Chapter 206

===

Daftar Chapters 


4 comments: