Showing posts with label Trash of the Count's Family. Show all posts
Showing posts with label Trash of the Count's Family. Show all posts

Monday, May 24, 2021

Trash of the Count’s Family (#53)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 53: Sedang Berpikir (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

Cale mulai berpikir.

‘Haruskah aku kabur?’

Tapi kedua mata Paus itu menatapnya dengan saksama. Dia juga tampak memberi kekuatan pada kedua tangannya, karena Cale dapat melihat Paus itu membenamkan jari-jarinya ke dalam tanah. Kekuatannya bukan main meskipun dia tampak hampir mati.

Dia punya satu pertanyaan di pikirannya.

‘Seorang anggota suku Paus terluka oleh racun duyung?’

Sebuah jawaban segera terlintas di pikiran Cale.

Darah campuran.

Hanya itu satu-satunya jawaban yang mungkin.

Cale segera mengingat isi novel ‘Kelahiran Pahlawan’. Tidak ada karakter berdarah campuran di Suku Paus yang jumlah anggotanya hampir sama sedikitnya dengan naga.

‘Tapi ada satu yang sudah meninggal.’

 Cale mulai mengerutkan dahi dan merasa khawatir.

“Ugh.”

Paus itu tidak mampu merangkak lagi. Tubuhnya mulai gemetar tanpa bisa melakukan apa pun lagi. Saat itulah, Cale mendengar suara Naga Hitam di kepalanya.

-    Manusia, apa kamu tidak akan membantunya?

Naga Hitam bertanya dengan ragu-ragu. Cale tidak merespon pertanyaan itu dan berdiri tegak. Dia benci memiliki perasaan yang tidak perlu dan mengulurkan bantuan tanpa alasan. Akan tetapi.

“Hei.”

Cale menghampiri Paus berdarah campuran itu dan berjongkok di hadapannya. Siluman Paus yang gemetaran di tanah perlahan-lahan mengangkat kepalanya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Laki-laki berambut panjang ini benar-benar sesuai dengan cerita tentang bagaimana para Paus sangat rupawan sampai-sampai membuat Elf terlihat seperti cumi-cumi. Laki-laki berparas elok itu menatap Cale.

“…Selamatkan-“

Cale menjawab tanpa emosi dalam suaranya.   

“Ya. Aku akan menyelamatkanmu.”

Siluman Paus berdarah campuran. Cale tahu bahwa lebih menyakitkan bagi Paus ini untuk hidup daripada mati tidak beberapa lama lagi. Dia yakin bahwa Paus ini juga mengetahui hal ini.

Cale teringat percakapan antara Raja Paus dan Lock di novel.

< “Kamu adalah Serigala berdarah murni.”

“Kenapa Anda berkata seperti itu?”

“Anakku tidak berdarah murni.”

“Hmm? Noona bukan Paus berdarah murni?”

“Bukan dia. Aku punya anak laki-laki yang berdarah campuran. Itu sebabnya…. dia banyak mengalami kesulitan. Dia terlalu lemah untuk hidup di lautan.”

“Lalu apa dia hidup di darat?”

“Tidak. Anak laki-lakiku itu meninggalkan dunia ini sebelum aku.” >

Raja Suku Paus sekaligus mediator dunia laut adalah seseorang dengan rambut dan mata berwarna biru. Meskipun Cale tidak bisa mengatakan dengan pasti karena saat itu gelap, wajah Paus yang sekarang sedang menatapnya itu agak mirip dengan wajah Raja Paus seperti yang digambarkan di novel.

Cale menatap ke arah sepasang mata berwarna biru laut dan mulai berbicara.

“Tidurlah sejenak. Semuanya akan baik-baik saja saat kamu bangun nanti.”

Kedua mata biru itu mengerjap beberapa kali sebelum perlahan-lahan menutup. Cale mengamati Paus berdarah campuran yang tidak sadarkan diri itu, sebelum menghampirinya dan memeriksa kedua kakinya.

“Bagaimana menurutmu?”

Naga Hitam menampakkan dirinya ketika Paus berdarah campuran itu jatuh tak sadarkan diri dan segera medekati Paus itu. Dia kemudian membuat bola cahaya kecil dengan sihir agar mereka dapat melihat kakinya lebih baik.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Lukanya parah.” 

Kulit Suku Paus sangat tebal dan keras. Sekalipun terlihat tanpa cela dan elok, kulit mereka juga sangat keras. Sayangnya, Paus berdarah campuran ini tidak memiliki keistimewaan itu. Itu sebabnya tubuhnya terpengaruh oleh serangan duyung dan terkena racun. Naga Hitam memandang Cale dengan ekspresi aneh di wajahnya sementara Cale mengamati Paus itu.

“…Kamu benar-benar manusia yang aneh. Kamu sangat lemah dan aneh.”

“Hentikan omong kosongmu.”

Cale menunjuk ke arah Paus itu dan memberi perintah kepada Naga Hitam.

“Celupkan tubuhnya ke dalam air.”

 “…Apa kamu membohonginya?”

Naga Hitam tampak benar-benar terkejut. Ekspresi terkejut pada wajah reptil ini terlihat cukup serius.

“Manusia, kamu bilang kamu akan menyelamatkannya! Kamu memang lemah, tapi kamu selalu menepati janjimu sampai saat ini! Jadi mengapa kamu menyuruhku mencelupkannya ke dalam air?! Apa kamu mencoba membuatnya mati lemas?!”

Haaahhh.

Cale menghela napas panjang. Dia lalu meraih bola cahaya yang mengapung di udara. Bola itu tidak terasa panas.

“Aku melakukan ini untuk menolongnya.”

Dia kemudian menambahkan.

“Setelah kamu memasukkannya ke dalam air, kamu ingat mayat yang kamu lihat sebelumnya, kan?”

“…Sebenarnya kamu mencoba menyuruhku melakukan apa?”

“Tidak banyak. Pergi dan bawakan aku sebuah lengan.”

Naga Hitam tercengang. Cale tidak memedulikannya dan berjalan ke dalam gua. Itu karena Naga Hitam tidak membantah perintahnya, meskipun dia benar-benar tampak kaget.

“…Aku akan melakukan apa yang kamu suruh untuk saat ini.”

Naga Hitam itu benar-benar penurut. Cale tidak menoleh ke belakang dan terus berjalan ke depan. Dia perlu menyelesaikan urusannya dan kembali sebelum penduduk desa menjadi gaduh.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Gua itu tidaklah dalam, dan Cale berhasil mencapai ujung gua dengan cepat.  

‘Ketemu.’

Benda berharga yang Toonka temukan adalah sebuah “Genangan Air Kecil’. Cale mengeluarkan salah satu benda yang dia bawa bersamanya. Benda itu adalah sebuah alarm. Alarm itu akan memberitahu Cale jika ada orang lain yang mendekati lokasi ini.

‘Aku hanya perlu mengambilnya sebelum aku pergi.’

Cale menciduk sedikit air genangan itu ke dalam sebuah botol kecil.

‘Air Pemadam-Api.’

Air selalu lebih kuat dari api, tapi kekuatan air ini sedikit berbeda. Jika Cale mencelupkan benda yang akan didapatkan Lock untuknya ke dalam air ini, ini akan menjadi benda yang sangat berharga.

Ini akan menjadi barang berharga yang akan menyelamatkan hutan yang sekarat.

Cale kembali ke pintu masuk gua. Naga Hitam sepertinya sudah kembali dengan membawa sebuah lengan, dia menyerahkan lengan itu kepada Cale dengan ekspresi tak menentu. Cale melihat tubuh Paus berdarah campuran yang basah kuyup itu.

“Mari kita pulang.”

Naga Hitam mendesah lantas mengangkat Paus berdarah campuran, sebuah lengan duyung, dan Cale ke udara lalu terbang kembali ke rumah.

Cale mendapat sambutan yang tidak biasa dari On dan Hong setibanya di kamar.

“Kau pulang tepat waktu!”

“Kepala pelayan itu menggendor pintu dari tadi!”

Cale sudah tahu bahkan tanpa kedua bayi kucing itu memberitahukannya. Dia dapat mendengar suara Hans di luar pintu. Hans terdengar seperti akan menangis.

“Tuan muda, saya tidak berani masuk karena Anda bilang Anda akan membunuh saya jika saya membangunkan Anda. Itu sebabnya saya hanya akan terus menggendor pintu. Bisakah Anda membuka pintunya tuan muda?”

Cale melepas pakaian selam dan melemparnya ke sudut kamar sebelum mengeluarkan sebuah alat dari kotak sihir dan melemparkannya ke arah Naga Hitam. Dia kemudian mengenakan mantel mandinya dan membuka pintu.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Tuan muda, nona muda Amiru meminta saya untuk memastikan bahwa Anda aman. Jadi tolong bangun dan buka-“

“Kamu mau apa?”

“Oh! Tuan muda! … Apa Anda sedang mandi?”

Cale menyapu rambut basahnya ke belakang dan dengan santai menjawab pertanyaan Hans.

“Aku tidak bisa tidur, jadi aku berendam di pemandian air laut.”

“Ah, Anda tadi berada di kamar mandi. Berarti saya tidak perlu mengkhawatirkan nyawa saya, karena Anda tidak sedang tidur.”

“….Entahlah.”

“Maafkan saya, tuan muda.”

Ahem, hem. Hans berdehem lantas mengamati Cale dan mulai berbicara.

“Apa Anda baik-baik saja? Keadaan di luar sedang kacau saat ini. Ledakan keras terdengar beberapa kali tadi. Saya rasa sesuatu telah terjadi di laut.”

Cale melihat keluar jendela yang dia masuki tadi. Desa itu kini sudah sepenuhnya terang oleh cahaya, meskipun ini masih tengah malam. Dia juga dapat melihat beberapa cahaya bergerak ke arah laut.

Tampaknya Amiru  telah membuat keputusan berani untuk mengirim orang ke laut, meskipun adanya bahaya pusaran air, karena rencana pengembangan sudah di depan mata.

 “Ada suara keras, tapi mereka belum memastikan penyebabnya?”

“Nona muda Amiru mengatakan orang-orang akan pergi ke laut. Saya yakin penyebabnya pasti akan segera diketahui cepat atau lambat.”

Menurut pendapat Cale, Amiru akan merasa senang karena puasaran air di pulau tengah telah lenyap. Hal itu saja akan meningkatkan nilai pesisir pantai ini secara melonjak.

“Benarkah?”

“Ya, tuan.”

“Kalau begitu kamu bisa pergi sekarang.”

Hans membungkuk dengan hormat kepada Cale sebelum segera keluar dari ruangan. Pada saat yang sama, Naga Hitam mematikan alat tak kasatmata, menampakkan dirinya dan Paus berdarah campuran yang masih tak sadarkan diri, begitu juga dengan lengan duyung di atas tubuhnya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

On dan Hong tidak bergerak dari sudut ruangan setelah melihat lengan duyung itu. Kedua bayi kucing ini merasa takut terhadap banyak hal konyol.

Cale pergi ke kamar mandi dan menyendok air laut dari bak mandi. Naga Hitam mengamatinya dengan rasa penasaran saat Cale mencelupkan satu sisi lengan duyung itu ke dalam air laut.

Ssssshhhh-

Bunyi seperti sesuatu terbakar dapat terdengar, tapi kenyataanya, lengan yang mengering itu justru kembali ke bentuk semula dengan cepat. Perubahan mendadak mayat itu membuat On dan Hong lari dan bersembunyi di bawah tempat tidur. Lengan mayat itu sepenuhnya kembali normal tidak lama kemudian. Cale melihat ke arah kaki manusia Paus itu. Tidak seperti sebelumnya, cairan hijau itu bercampur dengan air laut.

Cale mengeluarkan sebuah pisau.

Pada saat itu, kelopak mata laki-laki yang tidak sadarkan diri itu mulai berkedut dan tubuhnya mulai bergerak.

“Sepertinya dia akan segera bangun. Manusia, singkirkan pisau itu!”

Naga Hitam berteriak dan laki-laki itu membuka matanya. Hal pertama yang dilihat laki-laki itu adalah Cale yang sedang mengangkat pisau di atas kepalanya. Cale tersenyum kepada manusia Paus itu untuk memberitahunya agar rileks saat keduanya membuat kontak mata. Mata manusia Paus itu mulai bergetar ketika pisau itu bergerak.

Jleb.

Pisau itu menikam lengan duyung dan merobek kulitnya. Cairan mulai mengalir keluar dari lengan yang terpotong itu. Itu adalah darah duyung. Ketika lengan itu kembali normal, begitu juga dengan darahnya.

Cale mulai berbicara kepada laki-laki yang gemetar itu,

“Bagus.”

Darah mengucur keluar dan jatuh ke kaki laki-laki itu.

Sssshhhhh.

Cairan hijau di kaki laki-laki itu mulai mengeluarkan suara seperti desisan ketika bersentuhan dengan darah duyung itu.

Cale menyerahkan lengan berdarah kepada laki-laki itu.

“Minum darah ini sebelum kering. Itu cara terbaik.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Jilid ke-5. Ini adalah metode penyembuhan yang Rosalyn temukan untuk mengobati Lock, yang terluka setelah bertarung melawan seekor duyung. Metode ini masih belum diketahui di dunia ini.

Mata laki-laki ini, yang terlihat berumur awal 20-an, kembali bergetar. Begitu juga dengan On, Hong dan Naga Hitam.

Pada akhirnya, laki-laki itu terlihat lebih baik. Dia memutuskan untuk meminum darah itu setelah melihat darah yang menetes tadi berhasil menyembuhkan kakinya secara perlahan.

Cale lanjut berbicara sambil melihat ekspresi kebingungan di wajah Paus berdarah campuran itu

“Apa? Bukannya kamu yang telah membunuh duyung ini?”

Ekspresi laki-laki itu mengeras. Cale mencemooh setelah melihat ekspresi itu. Sangat aneh melihat Paus itu menjadi sangat gugup setelah ditanya jika dia telah membunuh seekor duyung.

Cale lalu kembali menuang sisa darah ke atas kaki siluman Paus itu, sebelum menaruh lengan itu kembali ke dalam air. Lengan itu mulai luruh di dalam air di bawah pandangan Cale.

Cale terus memperhatikan lengan itu meluruh saat dia mulai berbicara kepada siluman Paus itu.

“Jika kamu seekor Paus, kamu mungkin perlu kembali ke laut sebelum pagi agar bisa sembuh sepenuhnya. Tidurlah sebentar dan kembalilah sendiri ke tempat asalmu.”

Wajah laki-laki itu berubah aneh. Itu adalah tatapan garang yang berbeda dari Choi Han. Ini adalah seseorang yang selalu diremehkan, seseorang yang selalu diingatkan bahwa dia tidak sebaik anggota sukunya yang lain. Ini adalah tatapan garang yang hanya mungkin dimiliki oleh seseorang seperti itu.

“Bagaimana kamu tahu aku seekor Paus?”

“Siapa lagi yang bisa membunuh tiga duyung?”

“…Aku harus segera pulang.”

Cale merasa dia akan berakhir mendengarkan cerita yang tidak penting, jadi dia segera melambaikan tangannya.

“Aku tidak ingin mendengar cerita tidak pentingmu.”

Itu sebabnya Cale tidak menanyakan nama Paus itu atau membiarkan Hans melihat Paus itu.

“Aku hanya menyelamatkanmu karena aku bilang begitu ketika kamu memintaku menolongmu.”

Cale berbaring di atas tempat tidur. Dia perlu mandi, tetapi saat ini dia terlalu lelah.

“Aku akan tidur. Jangan berisik saat kau pulang nanti.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale menutup matanya. Tidak ada hal yang dia perlu khawatirkan karena naga itu ada bersamanya. Dia kemudian teringat kata-kata terakhir Raja Paus yang dia ucapkan kepada Lock di dalam novel.

< “Itu sebabnya aku tidak mau kehilangan anggota keluarga lagi.” >

Ini alasan mengapa kali ini Kim Rok Soo memilih untuk mengambil langkah ini. Dia sendiri telah mengalami kehilangan seluruh anggota keluarganya. Tentu saja, dia tidak punya rencana menderita kerugian dari pengalaman ini.

< ”Jika anak itu masih hidup, aku akan menyerahkan takhta kepada putriku dan hidup di dunia manusia bersamanya. Aku merasa anak itu akan senang jika kami melakukannya.”

“Mm, aku juga berpikir noona akan menjadi Ratu yang baik. Tetapi karena noona adalah orang yang juga penuh kasih sayang, bukannya dia juga akan ingin hidup bersama Anda, Tuan?”

“Tentu saja. Dia mencari di sepanjang lautan ketika putraku menghilang.”

“Aku yakin seluruh lautan akan kacau balau jika noona yang melakukan pencarian. Hei tuan, siapa nama putramu?”

“…Nama putraku adalah Paseton.” >

Penyelamat putra raja. Baik Raja Paus yang sekarang maupun Ratu Paus di masa depan, bukankah dia akan bisa memanfaatkan hal ini nantinya?

Tetapi, yang paling penting, Suku Paus harus memenangi perang melawan para duyung. Cale jatuh tertidur dengan pikiran tenang. Ketika dia terbangun keesokan paginya, Paseton sudah menghilang.

Kucing merah Hong memberi laporan.

“Dia bilang dia akan kembali malam nanti.”

“Sama sekali tidak ada alasan baginya untuk melakukan-.”

Cale hanya mengangkat bahu tanpa menyelesaikan kalimatnya. Tetapi, beberapa saat kemudian, perasaan ‘apakah ini benar-benar perlu’, yang lebih besar memenuhi pikirannya.

“Tuan muda Cale! Saya minta maaf karena datang sepagi ini, tapi saya perlu memberitahu Anda sebuah berita yang sangat luar biasa!”

Nona muda Amiru tersenyum cerah. Sangat jarang melihat Amiru yang biasanya tenang seperti ini. Dia sepertinya langsung datang dari laut, melihat dia masih mengenakan jas hujan dan beberapa orang datang bersamanya.

“Apa Anda tahu apa itu?”

“Sama sekali tidak.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Dibandingkan dengan Amiru yang bersemangat, Cale justru tenang. Tidak, dia hampir tanpa emosi.

“Pusaran air, pusaran air di depan pulau tengah telah lenyap! Ia lenyap dalam semalam tanpa menyisakan jejak sedikitpun!”

‘Aku yang membuatnya begitu.’

Cale tidak dapat memberitahunya bahwa dialah yang telah melakukannya, jadi dia hanya mengalihkan pandangan. Di dekat Amiru adalah nelayan veteran dan beberapa kesatria, termasuk Toonka.

Seperti yang digambarkan di novel, Toonka memiliki rambut cokelat panjang seperti surai singa. Laki-laki dengan penampilan berbahaya ini yang tampaknya dia bisa dan akan mengirim orc terbang dengan satu tamparan, mendecak lidahnya dan mulai berbicara sendiri.

“Mengecewakan. Aku ingin mencoba melompat ke dalam pusaran air itu. Haruskah aku melompat ke pusaran yang lain sebagai gantinya?”

Dia benar-benar b*jingan gila.

Pada saat itu, Amiru mulai berbicara dengan bersemangat kepada Cale sekali lagi.

“Tuan muda Cale! Sebagai ganti investasi keluarga Henituse, saya ingin menunjukkan pada Anda pemandangan laut Ubarr yang tenang. Maukah Anda pergi ke pulau tengah bersama saya?”

Cale perlu menunjukkan ketulusan dalam proyek ini sampai seseorang tiba dari wilayah Henituse. Cale tersenyum lembut kepada Amiru dan bertanya.

“Apakah semua orang di sini akan pergi?”

“Ya.”

Ujung bibir Cale gemetar mendengar jawaban pendek Amiru.

Amiru, yang tidak melihat itu dan hanya melihat senyum lembutnya, menunjuk Toonka dan terus berbicara.

“Ah, ini pertama kalinya Anda bertemu orang ini, kan? Orang ini adalah orang yang hampir terjebak di pusaran air itu. Tuan Bob, ini adalah tuan muda Cale Henituse.”

‘Bob?’

Cale menunjukkan ekspresi aneh di wajahnya.

Toonka berusaha tersenyum dengan seringainya yang mengerikan. Itu bahkan lebih menakutkan daripada melihat ogre tersenyum.

“Senang bertemu denganmu. Namaku Bob.”

Bob. Toonka benar-benar menggunakan nama yang cocok sebagai alias. Nama itu sama konyolnya dengan dirinya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 52                   

>>>             

Chapter 54 

===

Daftar Isi 


 

Monday, May 17, 2021

Trash of the Count’s Family (#52)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 52: Ke Dalam Pusaran Air (3)

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

“Ini bahkan terlihat lebih buruk saat malam hari.”

Cale menatap pusaran air terbesar di bawahnya dan berkomentar. Dia kemudian mulai berpikir.

‘Toonka benar-benar bajingan gila.’

Bagaimana Toonka akhirnya memperoleh Suara Angin di novel? Kapalnya karam dan dia sampai di pulau ini, kemudian mulai menunjukkan minat pada pusaran air ini ketika kondisinya lebih baik.

Gunung berapi, lapisan es, gurun, b*jingan ini yang senang menerjang elemen-elemen alam semata-mata dengan badannya mau tidak mau tertarik pada pusaran air laut ini.

Toonka menyukai situasi berbahaya. Tidak, dia terobsesi dengan hal itu. Itu sebabnya Cale menyebutnya b*jingan gila.

 < ”Ini pertama kalinya aku di lautan, tapi ini kelihatannya menyenangkan.” >

Toonka mengatakan itu sebelum melompat ke dalam pusaran air tanpa persiapan apa pun. Tentu saja, Cale tidak berencana untuk melakukan hal yang sama.

Cale telah menyiapkan semua yang dia butuhkan di kantong peralatan selamnya.

“Apakah disini?”

Cale mengangguk untuk menjawab pertanyaan Naga Hitam dan melihat sekelilingnya. Mungkin karena ini adalah desa pinggiran, seluruh desa gelap gulita saat malam hari.

Lautan malah lebih gelap lagi. Tetapi lebih bising daripada di desa akibat suara dari pusaran air. Fakta bahwa suara ini akan menjadi jauh lebih keras tidak akan menarik perhatian. Mereka hanya akan mengira ada yang aneh dengan pusaran air dan melupakannya.

Cale berpaling dari lautan dan melihat ke arah Tebing Angin.

< Toonka menemukan gua tersembunyi di bawah Tebing Angin dan memasukinya dengan penuh rasa penasaran. Dia menemukan sesuatu di ujung gua dan terbahak.

“Aku tidak menduga akan menemukan benda sebagus ini di tempat ini.”

Itu adalah pertemuan takdir yang tidak pernah disangka-sangka Toonka. >

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale mengesampingkan informasi dari novel itu dan berbicara kepada Naga Hitam.

“Ayo mulai.”

“Oke, manusia.”

Mana hitam mulai keluar dari kaki depan Naga Hitam yang pendek.

Oooooong.

Bom sihir bereaksi terhadap mana itu dan mulai bergetar.

Bom sihir di dalam dekapan Cale bukanlah bom sihir yang dipakai oleh organisasi rahasia di novel jilid ke-1 dan 2.

‘Ini adalah bom sihir yang jauh lebih baik.’

Di sekitar paruh kedua novel jild ke-3, para mage dari Kerajaan Whipper yang tersudut mulai mengembangkan alat baru untuk melawan para non-mage.

Salah satu alat tersebut mirip dengan bom sihir di tangan Cale.

Mana yang dipadatkan, yang merupakan bahan utama dari bom sihir, bereaksi terhadap mana penciptanya dan terpecah-pecah menjadi sejumlah bola mana yang lebih kecil lantas meledak.

Ledakannya tidaklah terlalu kuat, tetapi rentetan ledakan itu mampu membunuh lebih banyak musuh.

“Kamu hebat sekali bisa mencipatakan benda seperti ini.”

“Ya. Aku naga yang hebat dan kuat.”

Lebih banyak mana dari sebelumnya mengalir keluar dari kaki pendek itu dan menghilang ke dalam bom.

Oooooooong.

Cale dapat merasakan bom sihir bergetar di lengannya. Cale menunggu momen saat bulan telah tenggelam tetapi matahari belum terbit.

“Hati-hati, jangan sampai terluka.”

Naga Hitam terbang lebih tinggi di udara sembari memasang perisai di sekitar Cale dan mengucapkan selamat tinggal.

Klik.

Sebuah bunyi pelan terdengar dari dalam bom sihir.

Cale melepaskan bom sihir dari tangannya dan memasang masker selam. Itu adalah alat sihir yang memungkinkannya bernapas di dalam air selama 5 menit.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Beberapa saat kemudian.

Boom! Boom! Boooooooom!

Bom itu meledak dan Cale memanggil perisai peraknya sebelum jatuh lurus ke bawah. Angin malam menyapu wajahnya dengan kencang.

Ketika puluhan ledakan yang lebih kecil terjadi, pusaran air itu kehilangan kekuatannya dan tidak lagi dapat berputar sebagaimana mestinya. Cale merentangkan sayap perisainya. 

Byuuuuuuurrrr!

Perisai itu berbenturan dengan laut ketika Cale menyelam di bawah air. Dia memakai kacamata selam dan berenang menuju dasar laut. Berkat perisainya, tubuh Cale dengan cepat tenggelam layaknya sebuah panah.

Boom, boom! Lebih banyak ledakan terdengar dan membuat pusaran semakin kehilangan kekuatannya. Gelombang kejut yang dihasilkan dari ledakan mencapai perisai dan sayap perak Cale, tetapi Cale berhasil tiba dengan selamat di dasar laut.

Boom!

Cale menggunakan perisainya sekali lagi untuk menahan ledakan terakhir, sebelum mulai berjalan di dasar laut.

Pulau tengah kecil dan pusaran air besar di depannya.

Pusaran air itu diakibatkan oleh gasing kecil yang terletak di bawah sebuah batu besar.

Gasing ini telah terus-menerus berputar selama ratusan tahun tanpa henti.

Cale dapat melihat batu besar di depannya. Batu itu sangatlah besar sampai-sampai Cale berpikir batu itu dapat meremukkan seseorang dengan mudah.

< Toonka menyadari bahwa pusaran air itu bermula dari bawah batu besar ini dan mencengkeram batu besar itu. Itu karena ukuran batu itu lebih kecil dari batu besar yang pernah dia angkat di utara dulu. Akan tetapi, dia tidak bisa mengangkat batu besar ini. >

< ‘Kalau begitu akan aku hancurkan saja. >

< Itu sebabnya Toonka menghancurkan batu besar itu. >

Cale menatap batu besar itu dan mulai berpikir.

‘Toonka, dasar b*jingan gila. Kamu menghancurkan benda ini?’

Cale menggeleng-gelengkan kepalanya di bawah air dan bergerak menuju gasing yang menyerupai Sun Wukong di bawah batu besar itu.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Pada saat itu, sama seperti saat dia memperoleh kekuatan kuno yang lain, suara dari mantan pemilik kekuatan itu terdengar.

Dasar kalian bajingan!

Oh. Pemilik kekuatan kali ini ternyata bermulut kasar.

Kenapa mencuri sesuatu yang mereka buat dengan mengorbankan orang-orang adalah dosa? Terlebih lagi ketika aku akan mengembalikannya kepada orang-orang tersebut? Kalian b*jingan sampah! Kenapa b*jingan seperti kalian punya wewenang seperti itu?!

Pemilik Suara Angin adalah pencuri yang sama yang kabarnya telah mencuri sesuatu dari dewa. Dia tidak benar-benar mencuri benda milik dewa. Pada kenyatannya, dia hanya mencuri sesuatu dari sebuah kuil.

Dia mati lemas setelah terperangkap di bawah batu besar ini. Pencuri senyap dengan kaki tercepat menemui ajalnya dengan cara seperti ini.

Kekuatan super untuk mengendalikan angin berbeda dengan mana. Dia sendiri adalah angin. Setelah kematiannya, dia menjadi sebuah gasing yang memuntahkan pusaran air tanpa henti.

Air bodoh ini! Jika cahaya temanku ada di sini, dia akan membakar semuanya!

Ekspresi Cale menjadi aneh saat dia sedang mengeluarkan benda untuk membebaskan gasing ini.

‘Cahaya? Jangan-jangan?’

Apa kamu tahu kenapa petir sangat menakutkan? Itu karena hanya dibutuhkan satu sambaran, HANYA SATU SAMBARAN!

Cale mulai berpikir tentang kekuatan kuno terakhir dalam daftarnya, ‘Api Penghancuran’. Dia harus melewati api untuk mendapatkannya, dan juga harus membawa uang yang banyak.

Sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benak Cale.

Perisai Anti-Hancur, kayu. Vitalitas Jantung, angin. Suara Angin, air. Api Penghancuran, api.

Cale punya firasat buruk tentang ini. Dia bahkan memperdebatkan apakah dia perlu mengambil kekuatan ini atau tidak. Akan tetapi.

Bip – bip – bip –

Alarm di dalam pakaian selam memberitahunya bahwa dia hanya punya sisa waktu tiga menit. Cale memutuskan untuk memikirkan tentang hal ini lain waktu.

‘Ayo cepat keluarkan benda ini.’

Dia mulai menggali dengan sebuah cangkul. Dia berusaha menyingkirkan penghalang yang menahan batu besar dan gasing itu. Cangkul ini, yang diperkuat dengan sihir, sangatlah tajam membuat dasar laut hancur dengan mudahnya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

‘Tidak ada alasan menjadi orang idiot seperti Toonka dan menghancurkan batu besar ini.’

Dia cuma perlu menggali. Cale mulai menyeringai. Dia akhirnya dapat melihat keseluruhan gasing setelah menggali sedikit lebih lama. Cale menjangkau gasing itu dan menggenggamnya dengan tangannya.

Sssssshhhhhhh.

Cale mundur beberapa langkah dengan gasing yang berputar di tangannya.

Boooom.

Batu besar yang selama ini berdiri dengan keseimbangan sempurna bersama gasing itu mulai condong ke satu sisi.

Jika aku mencurinya adalah sebuah dosa, kenapa mereka menganggap diri mereka tidak berdosa ketika mereka membohongi orang-orang? Dunia ini telah rusak. Ini adalah dunia busuk di mana mereka yang berkuasa dapat melakukan apa pun yang mereka mau!

‘Dunia memang dari dulu sudah rusak.’

Cale tidak menghiraukan ocehan si pencuri dan menaruh gasing itu di tanah.

Hanya ada satu hal yang diinginkan pemilik Suara Angin.

Kebebasan. Satu-satunya cara untuk mengabulkan hal itu adalah dengan menghancurkan gasing itu.

Krek.

Gasing itu hancur berkeping-keping di bawah kaki Cale.

Aaaaaaaahhhhhhhhhhhhh –

Suara tajam yang terdengar seperti lengkingan menggema di bawah air saat gasing itu hancur. Angin yang menderu keluar dari gasing yang hancur itu mengelilingi Cale.

Kamu memiliki kekuatan pemulihan. Jangan sampai tertangkap seperti aku. Mengerti?

‘Kekuatan pemulihan? Apa dia sedang membicarakan tentang Vitalitas Jantung?’

Cale mengerutkan dahi saat pencuri itu mengucapkan kata terakhirnya.

Bebaslah.

Wuuuuussssss.

Angin berwarna putih mengelilingi tubuh Cale dan bergerak ke atas hingga kepalanya lantas kembali turun. Harusnya angin itu akan bergerak turun sampai kakinya dan berhenti di sana.

‘Hmm?’

Tetapi angin itu malah berkeliaran di sekitar jantungnya.

Bum. Bum. Bum.

Jantung Cale tiba-tiba berdebar kencang.

‘Ugh.’

Jantung Cale berdenyut keras sekali hingga terasa sakit. Cale menepuk-nepuk dada kirinya dengan tangan kanannya ketika gelembung udara keluar dari mulutnya yang terbuka paksa oleh rasa sakit.  

‘Apa yang terjadi?’

‘Ugh.’

Cale merintih tertahan dan membungkukkan badannya. Pada saat itulah, angin itu melintas cepat, sebelum serta merta bergerak turun ke kakinya dan membentuk sebuah gambar di pergelangan kakinya. Cale dapat melihat gambar pusaran air pada celah antara pakaian selam dan sepatu selamnya.

Pusaran air ini juga berwarna perak.

Ketika gambar pusaran air itu selesai terbentuk, Cale akhirnya dapat merasakan debaran jantungnya mereda.

‘Apakah Vitalitas Jantung juga memperkuat Suara Angin?’

Dia penasaran, tapi tidak punya waktu untuk memikirkannya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Bip, bip-

Alarm itu sekali lagi berbunyi untuk memberitahunya bahwa tidak banyak waktu tersisa.

Akan tetapi, dia masih punya cukup waktu.

Cale mengaktifkan Suara Angin dan embusan angin mulai berputar-putar di kakinya.

Cale menggerakkan kakinya ke depan dengan ringan.

Wuuuusssss!

Tubuh Cale serta merta menerobos air laut. Meskipun pusaran air yang besar di depan pulau tengah sudah lenyap, pusaran air yang lain masih ada. Tetapi, Cale melewatinya dengan mudah tanpa ada kendala.

‘Pusaran air yang lain akan menghilang dalam waktu seminggu.’

Akan tetapi, Cale berencana mempertahankan pusaran-pusaran air itu selama sekitar satu tahun. Pusaran-pusaran air itu mengenali Suara Angin, simbol dari pemilik mereka, dan memberi jalan kepada Cale.

Tujuannya adalah Tebing Angin.

Cale memelesat cepat ke arah tebing itu dan menendang tanah sebelum dia menjadi terlalu dekat ke tebing. Akibatnya, tubuhnya meluncur ke atas.

 Wuuusssssss-

Semilir angin laut menyambut Cale saat dia muncul di permukaan air. Cale segera melepas masker selamnya dan melemparnya ke samping.

Bip-

Alarm berbunyi menandakan waktu lima menit telah habis.

Cale memandang desa di kejauhan dan melihat cukup banyak cahaya mulai dinyalakan.

“Aku harus bergegas.”

Hans mungkin tidak akan datang membangunkannya karena dia mengatakan untuk tidak mengganggunya kecuali untuk urusan yang sangat mendesak, tapi akan lebih baik jika dia bisa kembali secepatnya.

Cale berenang menuju Tebing Angin dan memperhatikan batu besar dan kecil di bawah tebing itu. Batu-batu ini adalah alasan mengapa siapa saja yang tewas karena jatuh dari tebing berakhir dengan bekas cedera parah di tubuhnya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale memutar pandangannya untuk mencari batu yang menyerupai kepala singa. Batu itu mudah ditemukan karena itu adalah batu terbesar di area itu.

Cale lalu mulai tersenyum setelah melihat gua kecil di belakang batu besar itu.

‘Ketemu.’

Toonka menemukan sesuatu yang berharga di gua ini setelah mendapatkan Suara Angin. Itu adalah sesuatu yang tidak berguna bagi Toonka, tetapi itu adalah ‘bahan’ yang akan Cale manfaatkan di masa depan.

Jika bahan ini dikombinasikan dengan bahan yang akan Lock dapatkan untuk Cale di masa depan, Ratu Hutan Rimba tidak punya pilihan selain membuat kesepakatan dengan Cale.

‘Sang ratu ingin menyelamatkan hutan rimba.’

Cale berenang dengan hati-hati melewati batu-batu besar dan memasuki gua. Pintu masuk gua gelap karena bulan telah tenggelam, tapi itu bukanlah masalah. Cale memasuki gua itu dan dengan cepat melompat keluar dari air.

Dia kemudian mendongak ke langit di luar.

‘Hampir waktunya dia sampai.’

Naga Hitam segera berbicara, seolah-olah dia dapat membaca pikiran Cale. Tetapi, Naga Hitam justru berbicara di dalam kepala Cale.

-Manusia lemah, kamu tidak terluka.

Hanya ada satu alasan mengapa Naga Hitam berbicara di dalam kepala Cale. Cale mulai merinding. Dia memutar kepalanya dengan perlahan ke arah bagian dalam gua.

Naga Hitam hanya berbicara ke dalam kepala Cale ketika ada seseorang tidak dikenal di sekitar mereka.

-Ada seorang makhluk hidup di dalam gua ini. Meskipun dia hampir mati, untungnya, itu bukan mayat yang kamu takuti.

Sreeeetttt. Sreeeetttttttt.

Cale dapat mendengar sesuatu bergerak terseret-seret di dalam gua dan mulai merenungkan pilihannya.

‘Lompat kembali ke dalam air? Atau minta si naga untuk membawaku pulang saat ini juga?’

Sreeeetttt. Sreeeetttttttt. Sreettt.

Tapi suara seretan itu terdengar semakin mendesak dan makhluk hidup itu menampakkan dirinya sebelum Cale memutuskan pilihannya. Cale meletakkan satu kakinya kembali ke dalam air.

Makhluk hidup yang menampakkan dirinya mulai berbicara dengan suara yang bergetar.

“T, tolong selamatkan aku.”

Ah. Sebuah helaan napas keluar dari mulut Cale. Dari diri makhluk hidup itu tercium aroma garam. Itu adalah aroma laut.

‘Tidak mungkin.’

“Ada sesuatu yang harus kulakukan. Aku, tidak boleh, m, mati di sini!”

Makhluk yang terlihat seperti manusia, dengan menyeret kakinya yang terluka parah, menghampiri Cale.

Ada cairan hijau pada luka goresan di kakinya yang membuat makhluk itu terus-menerus memuntahkan darah. Tidak salah lagi itu pasti perbuatan seekor duyung.

“T, tolong-.”

Dia adalah seekor paus.

Manusia elok dengan rambut berantakan ini yang merangkak mendekati Cale dengan kedua tangannya, adalah seekor paus.

-Manusia lemah, apa kamu kena flu? Wajahmu pucat.

Naga Hitam berbicara di dalam benak Cale, tapi Cale tidak dapat mendengarnya. Cale merasa dia seolah-olah sedang melihat adegan dari sebuah film horor.

Seorang anggota Suku Paus yang terluka, hampir mati, menampakkan dirinya di hadapan Cale.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

 ***

 Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 51                   

>>>             

Chapter 53 

===

Daftar Isi 


 

 

 

Friday, May 14, 2021

Trash of the Count’s Family (#51)

 





Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 51: Ke dalam pusaran air

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

Cale melihat keluar melalui sebuah jendela kecil di perahu. Warna air laut yang bergejolak sama sekali tidak jernih. Warnanya putih dan biru karena merefleksikan dasar laut, dan warna birunya semakin gelap semakin dekat ke titik pusat pusaran air.

‘Kamu mungkin bisa mati jika terseret ke dalamnya.’

Cale memikirkan tentang bom sihir baru di kotak sihir yang berada di kediamannya. Dia kemudian memalingkan pandangannya ke depan dan melihat pulau terkecil dari gugusan pulau di depannya.

“Tuan muda, pulau di sana itu! Pusaran air di depan pulau itu adalah yang terburuk. Anda mungkin akan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia seketika jika terseret ke dalamnya! Hahaha!”

Nelayan itu sangat berani. Dia bahkan tidak melihat wajah Wakil Kapten berubah semakin pucat saat dia terus berbicara.

Cale menahan keinginannya untuk muntah dan memperhatikan kata-kata nelayan tersebut.

“Ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa pusaran air itu muncul karena ulah seorang pencuri yang mencuri sesuatu dari dewa, tapi, aiya!”

Kapal itu oleng ke satu sisi. Cale menelan ludah setelah melihat ombak menabrak jendela kapal.

“Aigoo, kapal ini hampir terguling. Hei nak, kayuh yang benar!”

“Maaf, ayah!”

Pasangan ayah dan anak ini benar-benar berani.

“Oleh karena itu, tuan muda.”

“Hei.”

Pada akhirnya, Cale mengangkat tangannya untuk menghentikan orang tua itu dan dengan tegas mulai berbicara.

“Mari bicara setelah kita sampai di pulau itu.”

“Itulah yang nona Amiru juga katakan! Kita hampir sampai.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Orang tua itu mulai mengayuh dengan cekatan. Kapal yang sedang bergerak saat dia terus mengayuh entah bagaimana berputar dan berbelok menghindari semua pusaran air. Cale memperhatikan setiap pusaran air yang mereka lewati.

‘Jejak angin yang dimuntahkan oleh Suara Angin.’

Kekuatan kuno yang disebut, ‘Suara Angin’, menciptakan angin, ‘gasing’, dan memutarnya sekuat mungkin. Dan, seiring berjalannya waktu, gasing-gasing itu menciptakan gasing baru, menghasilkan banyak pusaran air yang terlihat saat ini.

“T, tuan muda, saya, saya seharusnya melindungi Anda… Ugh.”

Cale tidak menghiraukan kata-kata Wakil Kapten dan mencengkeram pegangan perahu. Dia tidak ingin mati tenggelam.

Akhirnya, kapal itu sampai di sebuah pulau dan Cale sekali lagi dapat merasakan tanah di bawah kakinya.

“Kita sudah sampai. Perjalanan tadi lebih mudah dari biasanya.”

Anak lelaki si nelayan mengangguk, menyetujui kata-kata ayahnya. Cale menatap ke belakang kedua orang itu untuk melihat Wakil Kapten yang sedang bersandar.

“Huuueeekkk.”

Wakil Kapten menderita mabuk laut yang parah sampai-sampai Cale bertanya-tanya dalam hati jika dia mungkin berakhir sekarat. Cale menepuk lengan Beacrox saat Beacrox berjalan melewatinya dan menunjuk Wakil Kapten. Beacrox mengernyitkan dahi sebelum mengeluarkan sepasang sarung tangan putih dari sakunya dan memakainya seraya menuju ke arah Wakil Kapten.

Cale sedikit tersentak saat dia melihat sarung tangan itu.

‘Bukankah itu sarungan tangan yang dia pakai saat menyiksa seseorang untuk menjaga dirinya tetap bersih?’

Beacrox tampaknya mempunyai persediaan sarung tangan yang tidak terbatas. Setelah mengamati keberadaan sarung tangan ini untuk pertama kalinya, Cale berhenti menatap Beacrox dan Wakil Kapten lalu melihat-lihat sekeliling pulau.

Tidak ada pasir di pulau ini, sebagai gantinya, pulau ini dikelilingi oleh bebatuan. Jika kamu melihat sedikit lebih jauh dari bibir pantai, kamu juga dapat melihat sebuah hutan kecil. Mungkin lebih tepat untuk menyebutnya sebagai taman daripada hutan karena mereka mengatakan kamu dapat berjalan mengelilinginya kurang dari satu jam.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Pak tua.”

“Ya, tuan muda.”

“Lanjutkan ceritamu sebelumnya, tentang pencuri itu.”

Orang tua itu berhenti memandangi anaknya yang menjangkarkan kapal dan menunjuk ke arah jalan kecil yang mereka lewati untuk sampai ke sini. Dia sedang menunjuk ke arah pusaran air besar di depan pulau ini.

“Dahulu kala, ada seorang pencuri yang lebih cepat dari siapa pun juga. Langkah-langkah si pencuri sangatlah ringan dan berhati-hati sehingga, kabarnya, dia dapat berjalan di atas air tanpa menciptakan riak-riak air.”

Itu benar-benar Suara Angin. Tentu saja, berjalan di atas air agak dilebih-lebihkan.

“Pokoknya, pencuri itu mencuri sesuatu milik dewa. Legenda mengatakan bahwa pencuri itu melompat dari Tebing Angin bersama benda tersebut. Anda tahu tebing yang mana itu, kan? Itulah bagaimana benda milik dewa dan pencuri tersebut menghilang dari dunia ini, begitu juga bagaimana pusaran-pusaran air ini terbentuk.”

Orang tua itu tersenyum selembut keriput kecoklatan di lengannya.

 “Oleh sebab itu dahulu di masa lalu ada pengorbanan untuk benda milik dewa tersebut.”

“Tapi tidak lagi?”

“Jika itu memang benda milik dewa, kenapa dewa menyusahkan manusia dan bukannya mengambil kembali benda miliknya?”

Cale setuju dengan orang tua itu.

Itu bukanlah benda milik dewa. Itu adalah kekuatan manusia. Itu sebabnya dewa tidak bisa mengambilnya.

“Kalau begitu aku akan pergi berkeliling pulau dulu.”

“Ya, tuan. Saya akan menunggu Anda di sini.”

Orang tua itu berjalan menuju anaknya saat Wakil Kapten melompat muncul.

“Tuan muda, saya juga, ugh.”

Dia lalu kembali meringkuk. Cale mendecak lidahnya dan memberi isyarat kepada Beacrox untuk mendekat. Begitu Beacrox sampai, Cale berbisik di telinga Beacrox.

“Karena kamu adalah anaknya Ron, aku yakin kamu juga tidak normal.”

“Lalu?”

Cale menepuk pundak Beacrox yang bahkan tidak gugup sama sekali dan lanjut berbicara.

“Tahan Wakil Kapten di sini.”

“…Apa Anda akan baik-baik saja sendirian?”

“Memangnya apa yang berbahaya di sini? Aku juga punya perisaiku.”

“Tolong berhati-hatilah.”

Beacrox setuju untuk mengikuti perintah Cale tanpa banyak bertanya. Ini sebabnya Cale membawa Beacrox bersamanya. Dia butuh seseorang di sekitarnya untuk sementara waktu, seseorang yang kuat, tetapi tidak terlalu bertekad untuk melindunginya. Juga seseorang yang bisa dia perintah.

Itulah alasan mengapa Beacrox adalah pilihan yang tepat.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Aku akan segera kembali.”

Cale berjalan menuju ke arah hutan di tengah-tengah pulau.

“Tolong tembakkan perisai Anda ke udara jika Anda berada dalam bahaya.”

“Tuan muda, saya akan berada tepat di belakang, ugh.”

Cale tidak sepenuhnya mendengarkan Beacrox dan Wakil Kapten saat dia berjalan ke dalam hutan. Dia kemudian berbicara dengan pelan segera setelah dia berada cukup jauh dari yang lain.

“Bagaimana menurutmu?”

Naga Hitam menjawab.

“Seperti yang kau bilang, ada sesuatu di bawah pusaran air di depan pulau ini. Ini mirip dengan kekuatan dari gua waktu itu.”

Naga Hitam sedang membicarakan tentang saat Cale memperoleh Vitalitas Jantung. Cale masuk ke dalam hutan dengan langkah santai. Tidak ada alasan untuk melihat ke dalam hutan. Dia datang hanya untuk melihat pusaran air itu.

‘Aku memang perlu sedikit mencari tahu tentang medan di sini, karena kami akan terbang kembali ke sini malam hari nanti.’

Cale menanyakan satu hal lagi.

“Tidak ada seorang pun di sini, kan?”

“Tidak ada.”

Tidak ada seorang pun selain rombongan Cale di pulau ini. Cale akhirnya dapat bernapas lega. Dia mengkhawatirkan gerombolan paus yang dilihatnya kemarin.

“Tapi ada mayat.”

“Apa?”

Cale langsung membeku. Dia mulai mengernyitkan dahi dan melihat ke atas. Naga Hitam menyingkirkan sihir tak kasatmatanya dan muncul di depan Cale.

“Ketika tadi aku melihat ke bawah, ada tiga mayat di sisi lain pulau.”

Cale sama sekali tidak menduga akan adanya mayat. Cale mundur tiga langkah ke arah kapal. Dia punya perasaan buruk bahwa sesuatu yang naas akan terjadi jika dia terus berjalan ke arah sisi lain pulau. Akan tetapi, Naga Hitam terus berbicara.

“Tapi itu bukanlah mayat manusia.”

Cale mengangkat kedua tangannya untuk menutupi matanya. Jika bukan manusia, artinya mereka memiliki ciri yang unik. Tetapi, mereka juga tidak menyerupai binatang.

“Jadi mereka mirip dengan manusia, tapi berbeda.”

Maka hanya ada satu jawaban yang tersisa.

“Apakah tangan dan kaki mereka terlihat aneh?”

Naga Hitam menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.

“Itu benar! Tangan dan kaki mereka tampak aneh. Terlihat seperti sirip!”

Sirip. Itu adalah ciri khas dari seekor duyung.

Gerombolan paus dan duyung. Cale merasa khawatir dan diliputi keraguan. Paus dan duyung harusnya belum muncul saat ini.

‘Tidak.’

Cale segera memperbaiki pola pikirnya. Perang antara Suku Paus dan para duyung memiliki sejarah yang bahkan lebih panjang dari sejarah tertua perang manusia. Akan tetapi, momen ketika hal ini terungkap di novel adalah ketika Choi Han terlibat dengan Suku Paus.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale memanggil Naga Hitam.

“Hei, kamu.”

“…Jangan memanggilku kamu.”

“Terus aku harus panggil kamu apa?”

“Kau akan segera tahu.”

‘Apa sih yang dia bicarakan?’

Cale berpikir Naga Hitam yang tengah mempelajari bahasa manusia belakangan ini akan memilih nama untuk dirinya sendiri, jadi dia menunjuk ke arah sisi lain pulau dengan dagunya.

“Apa kamu yakin tidak ada siapa pun di sana?” 

“Tidak ada keberadaan makhluk hidup. Begitu juga di dalam air.”

“Kalau begitu tunjukkan jalannya.”

Dia harus pergi melihat mayat duyung-duyung itu. Hanya untuk memastikan dan melindungi dirinya dari bahaya.

“Kamu harus berada di depanku.”

Cale mendorong Naga Hitam di depannya sembari berjalan menuju sisi lain pulau. Dia kemudian mulai mengerutkan dahi segera setelah sampai di sisi lain hutan dan melihat mayat-mayat itu.

“…Dugaanku benar.”

Seperti yang diduga, itu adalah mayat duyung. Lebih jelasnya, ada tiga mayat, semuanya dengan kondisi leher patah. Selain itu, kaki dan lengan mereka juga terpelintir. Cale semakin mengerutkan dahinya setelah melihat penampakan duyung-duyung itu dengan mata kepalanya sendiri alih-alih teks dalam novel.

Mayat-mayat itu benar-benar kering, seperti layaknya mumi. Tetapi, duyung memang terlihat berbeda dari manusia.

Terdapat sirip di kaki dan tangan mereka, sementara kulit mereka tampaknya tertutupi sisik. Dan alih-alih telinga, mereka justru memiliki insang.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Kenapa kau tidak mendekat?”

Naga Hitam bertanya dengan rasa penasaran kepada Cale, yang sedang mengamati dari kejauhan. Cale segera menjawab si Naga Hitam.

“Ini mengerikan.”

“…Betul juga. Aku lupa kalau kau manusia yang lemah.”

Naga Hitam mengangguk dan terbang mendekati mayat-mayat duyung tersebut. Dia lalu mulai berbicara sendiri.

“Sepertinya mereka dihajar sampai tewas. Mereka juga tampaknya tewas baru-baru ini. Selain itu, aku bisa melihat darah merah di bawah sirip-sirip mereka. Kurasa telah terjadi pertempuran.”

‘Itu pasti paus. Pasti seekor paus yang membunuh duyung-duyung ini.’

Suku Paus memiliki sedikit populasi, sama seperti naga, tetapi mereka adalah makhluk terkuat di lautan. Itulah bagaimana mereka dapat melindungi lautan dari para duyung.

Para duyung ingin membuat kerajaan di dalam laut. Akan tetapi, Suku Paus tidak setuju membagi wilayah mereka dengan yang lain. Itu karena mereka adalah spesies yang perlu bermigrasi mengikuti cuaca.

‘Suku Paus berjumlah sedikit, tetapi mereka terlalu kuat bagi para duyung untuk bertingkah semau mereka. Tetapi, para duyung mendadak menjadi lebih kuat.’

Para duyung mulai menjadi lebih kuat, menempatkan Suku Paus dalam situasi yang sulit. Itulah saat Choi Han muncul dan membantu para paus. Setidaknya, itulah isi novel pada akhir jilid ke-5.

Cale memberitahu Naga Hitam bahwa mereka harus segera kembali dan berpaling dari mayat duyung tersebut.

“Tidak apa-apa membiarkan mereka seperti ini?”

“Ya.”

Mayat duyung tidak akan luruh di darat, sebaliknya, ia akan mengering seutuhnya. Agar bisa luruh, ia harus berada di dalam air. Ketika itu terjadi, bau dari mayat itu akan menyebar ke seluruh lautan, memberi sinyal kepada duyung lain untuk mengambil mayat itu.

Karena alasan itulah Suku Paus dengan sengaja membiarkan mereka di darat seperti ini.

‘Aku juga harus segera menyelesaikan urusanku dan pergi dari sini.’

Kemungkinan hanya ada satu anggota Suku Paus yang bertarung melawan duyung-duyung ini. Jika mereka ada dua, mereka tidak tidak akan meninggalkan mayat-mayat ini di darat. Mereka akan melemparnya ke dalam laut untuk memancing lebih banyak duyung dan bertempur dengan mereka. Dia memilih bersikap seperti ini karena dia sendirian.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale kembali ke kapal dan berbicara kepada yang lain.

“Ayo kembali. Tidak banyak hal yang bisa dilihat di sini.”

Wakil Kapten, yang baru saja mulai pulih dari mabuk lautnya, kembali menjadi pucat, tapi Beacrox terlihat membeli banyak ikan dari si nelayan dan menjawab dengan riang.

“Tuan muda Cale, kita akan makan ikan bakar untuk makan malam.”

“Ide bagus.”

Setelah kembali ke kediamannya, Cale tengah menunggu waktu berlalu dengan perut kenyang oleh ikan bakar. Ketika gelap akhirnya menghinggapi desa kecil itu, dia mengeluarkan peralatan selam dari kotak sihir yang dia dapatkan dari Billos.

Cale berdiri di ambang jendela menghadap Tebing Angin dan lautan Timur Laut saat dia mulai berbicara kepada On dan Hong.

“Jaga rumah baik-baik.”

“Kami tidak akan membiarkan siapa pun masuk.”

“Hati-hati di jalan.”

Cale menganggukkan kepalanya untuk merespons para bayi kucing sebelum melihat ke arah Naga Hitam.

Naga Hitam melihat ke arah Cale dengan percaya diri dan melafalkan sebuah mantra sambil lalu.

“Terbang.”

Saat itulah, tubuh Cale mengambang di udara.

“Ayo pergi.”

Naga Hitam memimpin di depan dan Cale mengikuti di belakangnya. Cale tengah membawa bom sihir saat mereka terbang tinggi di udara untuk menghindari orang-orang.

Rencana Cale hari ini adalah untuk menyerang pusaran air dengan tepat lalu kabur. Saat orang-orang berhamburan keluar karena terkejut, Cale sudah menghilang layaknya angin tanpa suara.

Bom sihir versi Naga Hitam ini dijadwalkan meledak sepuluh menit kemudian.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

 

 ***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 50                   

>>>             

Chapter 52 

===

Daftar Isi