Thursday, March 3, 2022

Remarried Empress (#310) / The Second Marriage


 


Chapter 310: Masa Kecil Heinley (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Begitu aku memasuki kamar perkawinan setelah makan malam, aku segera mengeluarkan buku catatanku dan menyesuaikan ‘Level Bahaya' para bangsawan yang berada di pesta teh.

Mereka yang tampak menyesal ketika melihat sikap tidak nyamanku, aku pindahkan dari Level 2 ke 1.

Mereka yang membuat komentar buruk aku naikkan ke Level 3, dan aku bermaksud untuk mengawasi mereka lebih ketat di masa mendatang.

Melakukan ini memang menyenangkan.

"Apa itu, Ratuku?"

Heinley bertanya, menjulurkan kepalanya melewati bahuku. Kemudian, dia berbicara lagi saat dia memeriksa nama-nama di buku catatan,

“Mereka adalah bangsawan yang memiliki hubungan buruk denganmu, kan?”

Tentu saja, nama-nama itu juga tidak asing baginya.

"Aku mencoba melakukannya sepertimu."

"Seperti aku?"

"Aku juga ingin pergi memancing."

Bagiku ini lebih seperti memasang jebakan daripada pergi memancing.

Setelah dia mengangguk, aku menjelaskan apa yang terjadi di pesta teh itu. Heinley mendengarkanku dengan ekspresi aneh dan menggigit bibir bawahnya dengan keras begitu aku selesai berbicara.

“Heinley?”

Ketika aku membelai sudut mulutnya dengan tanganku untuk menghentikannya menggigit bibirnya, dia mencium tiap jari-jariku dan tersenyum lebar.

Entah kenapa dia terlihat sangat bahagia. Begitu Heinley berhenti tersenyum, dia berkata,

"Aku ingin anak kita terlihat seperti Ratuku."

"Apa yang sedang kamu bicarakan?"

"Yah, aku hanya berpikir itu akan sangat lucu."

Tidak mungkin. Heinley tersenyum seperti itu karena aku imut? Terkadang aku memikirkannya, Heinley memiliki selera yang aneh. Justru dialah yang lucu.

Seorang bayi yang tampak seperti aku tidak akan lucu. Bahkan sebagai seorang anak aku tidak lucu.

Sebaliknya, bayinya akan lucu jika terlihat seperti Heinley. Ini mengingatkanku lagi pada bayi burung dari mimpiku. Meskipun ia jelas-jelas licik, ia bertindak seolah-olah ia tidak bersalah. Itu sangat lucu…

Setelah kupikir-pikir, aku sedikit khawatir. Bagaimana aku bisa membesarkan anak dengan kepribadian itu?

Anak seperti itu akan berpura-pura patuh di depanku dan menyebabkan masalah di belakangku.

Ketika seorang anak dari keluarga kekaisaran menyebabkan masalah, jumlah orang yang terpengaruh jauh lebih besar. Tapi ia bukan hanya pembuat onar, ia akan menjadi pembuat onar yang licik ... bukankah itu masalah besar?

“Heinley?”

"Ya, Ratuku."

"Bisakah kamu ceritakan tentang masa kecilmu?"

Heinley ragu-ragu sejenak sebelum bertanya dengan ekspresi cerah.

"Apakah kamu tertarik mengetahui lebih banyak tentang aku, Ratuku?"

"Ya. Kabarnya anak adalah cerminan dari orang tuanya. Anak kita mungkin terlihat sepertimu, jadi aku ingin bersiap-siap. Atau lebih tepatnya, untuk membayangkannya.”

Jika kepribadian anak kami seperti aku, dia tidak akan sulit untuk dibesarkan. Aku selalu menjadi anak yang sangat penurut.

Itu bukan untuk menyombongkan diri. Begitu juga yang dikatakan orang tuaku, orang tua Sovieshu, kepala pelayan, dan semua orang yang telah menyaksikan aku tumbuh dewasa.

Bagaimana dengan Heinley? Baik dan ceria di luar, tetapi sangat nakal dan tidak terduga-duga di dalam. Bahkan sekarang setelah dewasa…

Tidak, aku harus melihat sisi baiknya. Anak kami bisa nakal seperti Heinley di depanku, tapi penurut sepertiku di belakangku... Tidak, ini masih akan menjadi masalah.

Akan lebih baik mendengar tentang masa kecil Heinley terlebih dahulu untuk menilai.

"Heinley, ceritakan padaku."

Ketika aku akhirnya bertanya dengan sungguh-sungguh, penuh antisipasi dan gugup, Heinley menjawab dengan sedikit cemberut.

“Yah, aku pribadi tidak setuju kalau seseorang adalah cerminan dari orang tuanya.”

"Mengapa?"

“Aku sangat mandiri.”

Ah…

"Apakah kamu patuh saat masih anak-anak?"

"Aku tidak begitu ingat."

Dia jelas tidak patuh saat masih anak-anak.

"Tapi aku ingat pergi dengan McKenna ke mana-mana, Ratuku."

Saat aku melihat ke arah Heinley, yang sedikit tersenyum seolah sedang mengingat masa-masa indah, aku bisa melihat kepribadian putra kami yang belum lahir di matanya dan aku menjadi semakin gelisah.

Yah. Ini hanya pendapatku. Pendapatku karena aku pendiam di masa kecilku.

Mungkin Heinley lebih suka anak seperti dirinya.

“Heinley. Apakah kamu ingin anak kita memiliki kepribadianmu?”

“Ah, itu bisa saja terjadi. Ratuku, kamu kejam.”

Hmm… Apa yang dia maksud dengan itu?

***

Setelah aku hamil, McKenna mengambil alih sebagian besar pekerjaanku, jadi aku punya banyak waktu luang.

Terjadi pro dan kontra. Ini adalah salah satu kontra. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan bertambahnya waktu luang yang tiba-tiba. Aku punya begitu banyak waktu luang sehingga hal-hal aneh muncul di benakku.

Saat ini, aku tidak bisa menghilangkan topik kemarin dari pikiranku. Topik 'kepribadian anak kami yang belum lahir'.

Pada akhirnya, aku menyingkirkan buku yang belum kubaca dan mengunjungi McKenna. Dia tumbuh bersama Heinley, jadi dia bisa berbicara secara objektif tentang masa kecil Heinley.

Tetapi McKenna sedang bertemu dengan Heinley, jadi aku harus memanggilnya dengan diam-diam melalui pintu yang setengah terbuka.

“McKenna… McKenna…”

“Yang Mulia?”

Untungnya, McKenna memahami niatku dan cepat menghampiriku.

“Yang Mulia, mengapa Anda bersembunyi seperti ini? Anda tidak harus bekerja, jadi Anda tidak perlu bersembunyi.”

"Aku datang untuk menanyakan sesuatu padamu."

"Apa itu?"

"Kamu sudah dekat dengan Yang Mulia sejak kecil, kan?"

“Hah, ah, ya… kami selalu dekat.”

“Seperti apa Yang Mulia saat masih kecil?"

Ekspresi McKenna berkedut dalam waktu kurang dari setengah detik mendengar pertanyaanku. Kemudian dia menatap mataku, tersenyum lebar dan menjawab, “Dia ceria.”

Tapi tidak diragukan lagi ekspresinya benar-benar berbeda dari beberapa saat yang lalu. Jelas kalau dia tidak ingin membicarakannya,

"Aku hanya penasaran. Aku ingin tahu apakah anak kami yang belum lahir akan terlihat seperti aku atau Yang Mulia.”

Ini benar-benar berhasil. Setelah McKenna bergumam pada dirinya sendiri untuk sementara waktu, dia menoleh dengan cepat untuk memastikan kalau Heinley masih fokus pada pekerjaannya dan berbisik,

“Saya akan memberitahu Anda tentang Heinley dengan benar. Datanglah ke sini malam ini jam delapan.”

Tidak perlu seformal itu…

"Saya juga akan membawa beberapa potret Yang Mulia Heinley saat masih anak-anak."

Itu akan menyenangkan.

"Baiklah."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 309          

>>>             

Chapter 311

===

Daftar Chapters 


Sunday, February 27, 2022

Remarried Empress (#309) / The Second Marriage

 



Chapter 309: Ayah Asli (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Akan lebih baik berbicara dengan Sovieshu untuk menyelesaikan masalah ini, seperti yang dikatakan Roteschu. Tetapi belum dua jam berlalu sejak dia memihak Viscountess Verdi dan memerintahkannya untuk pergi.

Jika aku pergi sekarang dan memintanya untuk membantuku ... apakah dia akan membantuku? Dengan mengingatkannya kalau aku memiliki darah budak, bukankah dia akan menyingkirkan sang putri dan aku karena terlalu merepotkan?

Setelah merenung, Rashta memutuskan untuk mengunjungi Duke Elgy terlebih dahulu. Dia adalah pria yang paling dia percayai di dunia.

***

Bayi-bayi sukunya dipaksa berubah menjadi burung selama beberapa jam sehari. Itu sebabnya sarang diperlukan.

Ketika aku bertanya kepada McKenna apa yang akan terjadi jika mereka tidak menghabiskan beberapa jam sehari sebagai burung, dia menjawab dengan acuh tak acuh.

— Mereka bisa spontan menjadi burung kapan saja..

Aku meletakkan sendok di atas meja dan melihat perutku yang masih rata. Kemudian aku teringat burung yang aku lihat dalam mimpiku. Apakah itu berarti bayiku akan bisa berubah menjadi burung yang cantik? Seperti Heinley?

Saat bayi berubah menjadi burung, Heinley seharusnya bisa merawatnya lebih baik daripada aku. Bayi itu kecil, tetapi dalam bentuk burung akan lebih kecil lagi.

Aku membayangkan Heinley senang menggendong bayi burung, tidak lebih besar dari ukuran telapak tanganku, di dadanya. Aku pun langsung membayangkan bayi yang terbungkus selimut lembut dengan bagian wajahnya saja yang terbuka.

Apakah aku bisa menjaganya dengan baik? Meskipun aku gugup, sudut mulutku spontan naik.

“Yang Mulia?”

Mastas memanggilku karena bagaimana aku menggerakkan bibirku terasa aneh baginya.

"Apakah Anda baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja."

Aku langsung menjawab, dan tersenyum dengan penuh penyesalan.

Aku tahu kalau dayang-dayangku akan sangat senang jika aku memberi tahu mereka kalau aku akan memiliki anak. Maaf aku tidak bisa melakukannya.

Kehamilanku masih dirahasiakan. Aku telah memutuskan untuk menggunakan ini untuk memasang jebakan, jadi aku harus berhati-hati.

“Ah, Yang Mulia. Tentang Sir Koshar…”

Untungnya, Mastas mengubah topik pembicaraan.

"Dia jauh lebih lemah dari yang saya kira."

Apa?

Namun, topik baru itu ternyata sangat aneh. Apakah saudaraku lemah?

“Ketika saya melihat Sir Koshar, saya berpikir, 'Luar biasa. Jadi itulah artinya menjadi polos'.”

Juga… polos?

Itu tidak mungkin benar.

“… Kamu tidak salah orang kan, Nona Mastas?”

Atas pertanyaanku, Mastas tertawa dan menggoyangkan tangannya,

 “Tidak, Yang Mulia. Mustahil untuk salah mengenali wajah itu.”

Aku bingung… Apakah kakakku mulai menjaga citranya sekarang? Atau apakah dia bersikap luar biasa sopan di depan Masta?

***

Ketika hujan akhirnya berhenti setelah dua hari, aku membuka jendela untuk melihat pemandangan. Sekeliling dipenuhi dengan udara segar dalam waktu singkat. Tetesan hujan berkumpul di daun hijau dan kelopak kuning, berkilau seperti mutiara di bawah sinar matahari. Taman menjadi lebih indah.

Kemudian, aku mencoba berbicara dengan cara yang sama seperti Heinley.

"Ini hari yang baik untuk memancing."

... Aku tidak akan melakukannya lagi. Itu tidak begitu cocok untukku.

Kemudian, aku mengirim undangan kepada bangsawan untuk mengadakan pesta teh sederhana, bahkan kepada bangsawan yang memiliki hubungan buruk denganku.

Para dayang membantuku dengan surat-surat, memasukkannya ke dalam amplop dan menulis alamat di atasnya. Tetapi mereka mau tidak mau bertanya dengan bingung ketika mereka melihat beberapa nama,

"Apakah Anda juga akan mengundang orang-orang ini?"

"Yang Mulia, orang-orang itu sangat dekat dengan mantan ratu."

"Keluarga mereka sendiri berhubungan baik dengan keluarga mantan ratu."

Bahkan saat pesta teh, dayang-dayangku tampaknya khawatir mengundang bangsawan yang tidak memiliki hubungan baik denganku.

Dayang-dayangku menunjuk ke orang-orang yang dengan bercanda aku beri label sebagai 'Bahaya Level 2'.

Semakin tinggi levelnya, itu berarti semakin agresif mereka terhadapku. Di level 3 adalah Keluarga Ketron, Keluarga Liberty, dan Keluarga Zemensia. Di level 2 adalah mereka yang berpegang teguh pada keluarga ini seperti lintah, dan bangga akan hal itu.

Wajar jika dayang-dayangku bingung. Aku mengundang grup Bahaya Level 2 tanpa mengambil tindakan pencegahan apa pun.

Tetap saja, aku tidak berubah pikiran. Undangan ini adalah jebakan untuk semakin memperkuat rumor ketidaksuburanku. Bukankah tidak ada gunanya mengundang hanya mereka yang ada di pihakku?

Setelah undangan dikirim, aku memerintahkan untuk menyiapkan meja besar di taman dan menyiapkan makanan.

Setelah sekitar tiga jam, orang-orang yang menerima undangan mulai berkumpul. Mereka menyapaku dan duduk sambil juga saling menyapa.

Bahkan sambil minum teh dan makan, suasananya tetap ceria dan hangat. Orang yang diklasifikasikan di Bahaya Level 2 tidak menyebabkan masalah.

Jika suasana yang baik ini berlanjut sepanjang pesta teh, kelompok yang aku undang hari ini akan turun dari Bahaya Level 2 ke Level 1. Kemudian, aku akan mengundang kelompok bangsawan lain yang agresif terhadapku untuk menguji mereka.

"Apa Anda sudah dengar? Nona Imaru akan punya anak.”

Tapi sekitar tiga puluh lima menit kemudian, mereka akhirnya menunjukkan warna asli mereka.

Aku sengaja berpura-pura menyeka mulutku dengan sapu tangan untuk menyembunyikan senyumku.

“Ah, secepat itu? Bukankah Nona Imaru baru saja menikah sekitar tiga bulan?”

“Sudah hampir empat bulan sejak dia menikah. Dia pasti hamil tak lama setelah menikah.”

"Itu kabar baik!"

Ini mungkin tampak seperti berita biasa tentang seorang wanita muda yang menjadi wanita bangsawan dan hamil. Bahkan mungkin sesuatu untuk dirayakan.

Namun, Imaru adalah dayang favorit Christa. Dengan kata lain, mereka secara tidak langsung mengejekku karena belum hamil, sedangkan orang yang menikah belakangan akan melahirkan lebih dulu.

Mungkin aku harus memindahkan grup ini ke level 3.

“Ngomong-ngomong, Yang Mulia. Kapan kami bisa mendengar kabar baik seperti itu dari Anda?”

Setidaknya orang yang baru saja berbicara pasti akan naik ke level 3.

Aku memasang ekspresi serius sambil mencoba menahan tawa.

“Itu masalah Kaisar dan Permaisuri. Itu bukan urusanmu.”

Setelah kata-kata dingin Mastas, suasana nyaman dan ceria segera menghilang. Beberapa dari mereka yang termasuk dalam Bahaya Level 2 mulai melepas topeng mereka.

“Mengapa Anda begitu kesal, Nona Mastas?”

“Itu hanya sebuah pertanyaan. Anak Permaisuri mewakili masa depan negara kita.”

"Tepat sekali. Itu pertanyaan yang harus bisa ditanyakan.”

"Kehamilan Permaisuri bisa mengakhiri 'rumor' itu... kan?"

Saat orang-orang dari Bahaya Level 2 saling memandang dan tertawa, suasana menjadi dingin.

“Rumor apa? Saya belum mendengar apa-apa tentang itu.”

"Saya tidak tahu kalau rumor Permaisuri beredar?"

"Saya tidak tahu ada rumor yang beredar tentang Permaisuri?"

Situasi segera berubah menjadi perdebatan sengit antara mereka yang berada di pihakku dan para bangsawan di kelompok Bahaya Level 2.

Jika aku membiarkan ini berlanjut, situasinya bisa menjadi lebih buruk. Tidak sepatutnya seorang permaisuri membiarkan perkelahian pecah. Aku harus menghentikan mereka dengan cerdas.

Ketika aku merasa waktunya tepat, aku membuka tanganku untuk menjatuhkan cangkir tehku.

Secangkir teh pecah berkeping-keping dengan suara menggelegar saat menyentuh tanah.

Mata para bangsawan Bahaya Level 2 dan bahkan para bangsawan di pihakku terbelalak sepenuhnya.

"Ah. Aku tidak sengaja menjatuhkannya.”

Aku mengatakan kebohongan yang tidak masuk akal, tersenyum lebih dingin dari biasanya.

“Penerus itu penting, tetapi yang lebih penting saat ini adalah menstabilkan negara. Bukankah ada ketidaksepakatan yang rumit dengan Whitemond dan negara asing lainnya?”

Itu adalah perkataan yang kusiapkan yang dimaksudkan untuk membuat orang lain percaya kalau masalah penerus membuat aku tidak nyaman.

Itu bekerja dengan sangat baik sehingga beberapa bangsawan Bahaya Level 2 berbisik-bisik dengan jahat.

Aku harus menghafal nama-nama mereka.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 308          

>>>             

Chapter 310

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#308) / The Second Marriage

 



Chapter 308: Ayah Asli (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Begitu Viscountess Verdi juga pergi, Sovieshu dengan cemas bertanya kepada dokter istana,

“Bagaimana keadaan sang putri?”

“Dia sangat ketakutan, tapi untungnya tidak ada konsekuensi yang terjadi padanya. Jika dia jatuh langsung ke lantai, itu akan sangat mengerikan, Yang Mulia. Bayi itu rapuh, ia bisa menderita luka serius jika dilempar dengan sedikit kekuatan ke permukaan yang keras.”

Sungguh melegakan bahwa bayi itu terbungkus selimut tebal dan tempat dia jatuh adalah permadani yang lembut. Jika tidak, bayi itu bisa berakhir dengan cedera yang tidak dapat ditangani.

Saat keterkejutan mereda, kemarahan melanda Sovieshu.

Dia pikir Rashta menjadi licik untuk melindungi dirinya sendiri, tetapi dia sudah bertindak terlalu jauh dengan melemparkan bayi itu ke lantai.

Memikirkannya saja sudah membuatnya ingin menggulingkannya sekarang juga.

Namun, dia membayangkan jenis komentar yang akan dia terima jika dia mengusir wanita yang telah dinikahinya selama kurang dari setahun, selain fakta bahwa dia adalah ibu dari putrinya yang baru lahir.

Bahkan orang yang membenci Rashta akan merasa kasihan padanya. Orang-orang berubah pikiran terus-menerus. Mereka bisa membenci Rashta sekaligus mengasihaninya.

Jika dia mengumumkan apa yang telah dilakukan Rashta pada bayi itu, dia tidak hanya bisa menendangnya keluar, tetapi juga memenjarakannya seumur hidup, tetapi dia khawatir putri saat dewasa nanti akan terkejut mengetahui hal ini.

“Jika dia tetap diam, dia bisa hidup dikelilingi oleh kemewahan seperti mantan permaisuri selama sisa hidupnya. Bodoh sekali."

Sejauh ini, Sovieshu telah mendokumentasikan setiap kejahatan Rashta.

Dia mengabaikan semuanya untuk diam-diam menyusun daftar kejahatannya, ke titik di mana orang lain mungkin bertanya-tanya apakah dia tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.

Namun, dokumen-dokumen ini adalah kayu bakar.

Kayu bakar yang dia belum tahu apakah dia akan menggunakannya, tetapi jika dia melakukannya, itu akan menyala terang. Itu adalah jenis kayu bakar yang semakin banyak ditumpuk, semakin besar apinya. Pada akhirnya, kayu bakar itu akan berubah menjadi bola api besar.

Apa yang dilakukan Rashta pada bayi itu melampaui apa yang bisa diabaikan Sovieshu.

Sovieshu mengayun-ayunkankan bayi yang gelisah itu, mencoba mengendalikan amarahnya.

Tapi matanya berubah mengerikan.

‘Itu pasti tidak akan menjadi perceraian yang sederhana, Rashta.’

***

Sementara itu.

Rashta merasa dikhianati oleh Viscountess Verdi dan sangat terluka karena dia telah melemparkan bayi itu ke lantai. Kembali ke Istana Barat, Rashta berteriak dan mulai menghancurkan semua barang di kamarnya.

“Ahhh… Ahhhh! Anakku! Ibu tidak bermaksud melakukan itu!”

Saat dia terisak, dia lebih terpengaruh oleh apa yang dia lakukan pada bayinya daripada oleh pengkhianatan itu.

Kemudian, Rashta berlutut di permadani tempat bayi itu jatuh, dan meratap dengan tangan di pipinya.

"Anakku, Ibu benar-benar tidak bermaksud melakukan itu ..."

Meskipun dia merasa hancur karena telah melemparkan putrinya yang berharga ke lantai, sensasi menakutkan menggendong bayi yang sudah mati dalam pelukannya tetap begitu jelas dalam ingatannya sehingga dia tidak yakin dia tidak akan melakukannya lagi.

“Ah… Ah… sayang… sayangku. Anakku."

'Betapa menyakitkannya itu. Betapa ketakutannya dia.’

Rashta tampak seperti setengah gila saat dia memukul dadanya dengan sedih.

Pada saat itu, ada ketukan di pintu.

“Pergi! Aku tidak ingin ada yang masuk! Tidak ada yang boleh masuk!”

Rashta berteriak dengan marah, hanya mengangkat bagian atas tubuhnya.

Tetapi orang di sisi lain pintu segera masuk tanpa memedulikan teriakan Rashta.

Orang itu adalah Viscount Roteschu.

"Mengapa kamu di sini? Mengapa!? Keluar! Ini perintah! Aku bilang ini perintah!"

Terlepas dari teriakan Rashta, Viscount Roteschu mendekatinya dan berkata,

“Ini bukan waktunya untuk ini. Bangun. Ayah kandungmu telah datang ke ibu kota!”

Viscount Roteschu bisa masuk berkat para penjaga. Rashta telah mengunci diri di kamarnya sambil berteriak, jadi para penjaga yang ketakutan dengan sengaja membiarkan Viscount Roteschu masuk.

Para penjaga, yang percaya bahwa Viscount Roteschu dan Rashta memiliki hubungan yang baik, berpikir bahwa Viscount dapat menenangkan Rashta.

Para pelayan juga berpikiran sama. Belum lagi mereka adalah orang biasa. Bahkan jika Viscount Roteschu masuk tanpa izin, mereka bahkan tidak akan mempertimbangkan untuk menghentikannya.

Namun, bertentangan dengan apa yang mereka harapkan, Viscount Roteschu sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi pada Rashta.

Dia pikir masalah ayah kandung Rashta lebih penting daripada apa pun, jadi bukan hanya dia tidak menghibur Rashta, dia bahkan tidak peduli padanya.

Rashta terhuyung lemas dan ekspresinya menjadi kosong. Kemudian dia meraih kerah Viscount Roteschu dan mengguncangnya dengan sekuat tenaga sementara air mata mengalir di pipinya.

‘Andai saja bajingan ini tidak memberiku bayi yang sudah mati! Kalau saja aku tidak menggendong bayi yang sudah mati, yang aku yakini sebagai putra yang telah aku tunggu-tunggu selama sembilan bulan! Maka aku akan dapat dengan tenang memeluk putriku dalam pelukanku, menyanyikan lagu pengantar tidur untuknya, berbisik bahwa aku adalah ibunya dan mengatakan kepadanya bahwa aku senang melihatnya. Aku akan merajut topi untuk bayi itu, yang mirip denganku, dan aku akan membuatkan sulaman indah di syalnya yang baru-baru ini aku mulai pelajari.’

Begitu tubuh kecil yang hangat di pelukannya, jari-jari kecil meraihnya, mata hitam yang menggemaskan, dan aroma bayi yang segar muncul di benaknya, hati Rashta hancur. Dia merintih dan menampar Viscount Roteschu.

"Kamu bajingan! Kamu bajingan! Bajingan sialan! Matilah!"

Rashta menyerang Viscount Roteschu.

"Hentikan! Hentikan! Hentikan!"

Viscount Roteschu berteriak, tidak mampu melepaskan diri dari Permaisuri Rashta.

Tak lama, Rashta mengendurkan cengkeramannya dan melepaskannya tanpa daya, baru saat itulah Viscount Roteschu mendengus dan meluruskan pakaiannya yang acak-acakan.

"Permaisuri tidak boleh bertindak seperti ini."

"Diam!"

Rashta mencoba menamparnya lagi, tetapi kali ini Viscount dengan gesit menghindarinya dengan menarik tubuhnya ke belakang, dan mendecakkan lidahnya.

"Bagaimana aku bisa memberitahumu berita tentang ayahmu jika aku tetap diam?"

Akhirnya, sorot misterius muncul di mata Rashta yang dipenuhi amarah.

"Ayahku? Viscount Isqua?”

“Memangnya perlu berakting di depanku? Aku tidak berbicara tentang ayah palsumu. Aku sedang berbicara tentang ayahmu yang asli. Penipu itu.”

Mata hitamnya berkedut dengan cepat. Beberapa saat yang lalu dia sedikit tidak sadar, jadi dia tidak bisa mengerti kata-katanya. Baru sekarang dia bisa memahami Viscount dengan sempurna.

"Ayahku yang asli?"

Rashta bertanya dengan ekspresi bingung.

"Bagaimana bisa ada berita tentang ayahku?"

Viscount Roteschu mendecakkan lidahnya lagi.

"Itu normal, kurasa dia datang untuk sepotong kue setelah mengetahui bahwa kamu telah menjadi Permaisuri."

Wajah pucatnya tiba-tiba berubah.

"Beneran?"

“Yah, dia tidak datang langsung untuk meminta uang. Dia datang ke rumahku dan menunjukkan fotomu. Lalu dia berkata, 'Rashta kami telah berhasil'—"

“Mungkin… dia hanya datang padamu untuk itu.”

"Dia bilang dia akan kembali."

Rashta berbicara dengan dingin.

"Tidak mungkin bagiku memiliki darah budak yang kotor."

"Aku mencoba alasan itu juga, tapi dia tidak goyah."

"Singkirkan dia."

Rashta berbicara dengan tegas, dia memiliki tatapan penuh tekad.

Ayahnya telah meninggalkannya ketika dia adalah seorang budak, tetapi sekarang dia mencarinya. Sudah jelas, dia sepertinya tidak memiliki niat baik.

Namun, Viscount Roteschu acuh tak acuh.

"Mengapa kamu tidak meminta Yang Mulia?"

"Apa?"

“Bukankah Yang Mulia tahu semua tentang latar belakangmu? Namun dia menutup mata. Aku pikir masalah ini akan lebih baik diselesaikan jika kamu meminta Yang Mulia daripada aku, bukan begitu?”

"Apa yang kamu katakan? Bukankah kamu meminta uang untuk membantuku dalam kasus seperti ini?”

Ekspresi Viscount Roteschu segera berkedut,

"Sudah kubilang Rivetti menghilang."

“… Kamu masih belum menemukannya?”

“Itu benar, aku belum bisa menemukannya. Jadi selain menemukan putriku sendiri, aku harus menemukan putri asli dari orang tua palsumu seperti yang kau perintahkan kepadaku.”

Rashta menggigit bibirnya. 'Itu saja, tidak bisakah dia melakukan tiga hal sekaligus?'

Kata-kata, 'Tidak bisakah kamu menyingkirkannya sembari kamu mencarinya?' muncul di ujung lidahnya. Namun, Rashta bertanggung jawab atas hilangnya Rivetti, jadi dia tidak bisa membuka mulutnya.

“Bukannya itu merepotkan, tapi karena aku sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku hampir tidak bisa melihat wajah Alan.”

Viscount Roteschu menghela napas, dan mengangkat kepalanya untuk melihat jam dinding. Seolah mencoba memberi tahu dia bahwa dia sangat sibuk.

“Aku akan pergi malam ini dengan kereta untuk pergi ke seluruh Wilayah Parme. Jadi jangan mencariku bahkan jika itu mendesak.”

Di tengah-tengah ini, Viscount Roteschu mengambil segenggam perhiasan. Pasalnya, dia harus membayar banyak biaya perjalanan untuk berkeliling.

'Apa yang harus aku lakukan?'

Begitu Viscount Roteschu pergi, Rashta berdiri dan dengan gugup mondar-mandir di ruangan itu.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 307        

>>>             

Chapter 309

===

Daftar Chapters