Thursday, July 8, 2021

Remarried Empress (#219) / The Second Marriage

 


Chapter 219: Kapmen dan Heinley (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

“Yang Mulia!”

Marquis Karl membuka mulutnya karena terkejut.

Surat yang dikirim oleh penguasa negara tetangga seharusnya disimpan. Namun, dia meremasnya menjadi bola dan kemudian melemparkannya ke lantai.

Penting untuk menyimpannya demi generasi mendatang.

Sovieshu berdiri dengan dingin dan mulai menginjak surat itu.

“Yang Mulia!”

Marquis Karl memanggilnya lagi dalam upaya untuk menghentikannya. Tapi dia langsung terdiam dan membiarkan Sovieshu melakukan apa yang dia mau.

Kalau dipikir-pikir, generasi mendatang yang mungkin membaca surat ini akan belajar tentang hubungan antara Kaisar Sovieshu dan Raja Heinley… Setidaknya mereka akan berpikir begitu.

Sovieshu baru kembali ke tempatnya setelah menginjak surat itu beberapa kali lagi. Namun, dia masih marah.

Ketika dia melihat surat Heinley, dia ingat Navier memegang tangan Heinley dengan erat.

Begitu dia duduk, dia bersandar di kursinya.

Saat dia memejamkan mata dan mulai memijat pelipisnya, dia mendengar suara Navier.

- Tidak.

Suara yang tegas dan dingin.

- Tidak.

Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak.

Suaranya yang tak henti-hentinya berulang membuat kepalanya semakin sakit.

Sovieshu membuka matanya lagi dan baru kemudian suara itu menghilang.

“Yang Mulia?”

Marquis Karl memanggil Sovieshu dengan cemas.

Tapi Sovieshu tidak menjawab, dia hanya menghela napas berat.

Pada hari resepsi pernikahan terakhir, dia secara impulsif pergi mengunjungi Navier. Ketika dia melihatnya berdiri di depan pintu Raja Heinley, dia tiba-tiba menyesali segalanya.

Ia merasa semuanya salah. Rasa takut muncul di dalam dirinya seolah-olah dunia akan runtuh jika dia tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki keadaan.

Saat itu dia tidak tahu kenapa. Bahkan hingga saat ini. Tetapi pada saat itu, rasa takut itu begitu kuat sehingga Sovieshu tidak ada pilihan selain mendekati Navier dan berkata,

- Kembalilah. Aku tidak ingin kamu menjadi istri orang lain. Kita adalah pasangan suami istri, Navier.

Dilihat dari wajahnya, Navier tampak sedikit terkejut.

Matanya terbelalak dan Navier menatapnya seolah berkata, 'Apa yang kamu bicarakan?'

Kemudian, dia mengangkat alisnya dan berkata dengan senyum tipis,

- Tidak.

Jawaban sederhana itu membuatnya marah.

Ketakutan yang tidak diketahui digantikan oleh kemarahan. Jadi alih-alih bersikeras, dia berbalik dan pergi.

Tapi kenapa sekarang aku mengingatnya dengan kesedihan seperti itu? Mengapa perasaan hampaku lebih besar daripada perasaan marahku?

“Yang Mulia?”

Marquis Karl memanggil Sovieshu lagi. Sovieshu akhirnya mengesampingkan pikirannya dan berkata, menatap surat yang rusak di atas lantai, "Navier sepertinya ingin memprovokasiku."

"Apa?"

“Jelas dia berpura-pura memiliki hubungan yang baik dengan Raja Heinley di depanku.”

“…”

"Mari kita simpan undangannya untuk saat ini."

Sovieshu memejamkan matanya lagi setelah menunjukkan bahwa dia bisa pergi. Namun, Marquis Karl mengambil surat yang rusak itu dan ragu-ragu beranjak.

Sovieshu membuka matanya dan menatapnya.

Ada apa?

Ketika mata mereka bertemu, Marquis Karl dengan hati-hati menyatakan, "Yang Mulia, saya ingin mengomentari sesuatu mengenai sumbangan Permaisuri."

"Navier?"

“… Rashta.”

"Ah. Rashta.”

Sovieshu mengerutkan kening dan berkata, "Ada apa dengan Rashta?"

"Dia berkata di resepsi pernikahan bahwa dia akan menyumbangkan 20 juta krang, kan?"

"Ya, itu betul."

"Apakah mungkin baginya untuk menyumbangkan sejumlah itu?"

“Aku sudah mengkonfirmasi bagian itu dengan Baron Lant. Itu akan melalui surat perjanjian pendanaan kekaisaran. ”

"Surat perjanjian pendanaan kekaisaran?"

Marquis Karl bertanya dengan bingung, dan Sovieshu menjawab seolah itu normal, "Itu pasti ditinggalkan oleh Navier."

"Ratu Navier?"

Mata Marquis Karl melebar karena terkejut.

Jadi Permaisuri Rashta bertindak seperti orang baik sementara menggunakan uang Ratu Navier!

"Kalau begitu, bukankah Anda harus mendapatkannya kembali, Yang Mulia?"

Tapi Sovieshu dengan tenang menjawab, “Sudah terjadi. Bagaimanapun, tidak akan ada masalah kecuali aku melaporkannya. Mari kita lupakan itu.”

"Tapi…"

"Ini juga akan membantu meningkatkan citra Rashta."

'Apakah itu akan baik-baik saja?' Marquis Karl khawatir.

Bukan tentang masalah ini, tetapi tentang Sovieshu.

Meskipun dia sepertinya merindukan Navier, dia masih melindungi Rashta.

Bagaimana jika tindakannya saat ini membawanya ke penyesalan yang lebih besar di masa depan? Itulah yang benar-benar membuat Marquis khawatir.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Sementara itu, Rashta sekarang menikmati kebahagiaan terbesarnya.

Dia perlahan melihat sekeliling Istana Barat, merasa bangga.

Tangga melengkung yang elegan, kamar untuk pengawalnya, serambi yang luas, ruang tamu yang indah, dan kamar tidur yang megah…

Semua ini adalah miliknya.

Di istana kekaisaran, bangunan ini khusus untuk permaisuri.

Di sini dia nantinya akan melahirkan anaknya dan hidup dengan nyaman. Setelah waktu yang lama, anaknya akan naik takhta.

Ketika anaknya menjadi kaisar baru, dia akan menjadi ibu kaisar.

'Aku akan melahirkan dan membesarkan penguasa kekaisaran yang luas ini!'

Rashta menggigil ketika dia melihat ke luar jendela, diliputi oleh emosinya.

Dia naik dari bawah sendirian. Dia berbeda dari mereka yang cukup beruntung dilahirkan dalam keluarga kaya dan berkuasa.

Mereka dengan malas mengikuti jalan yang telah ditentukan sepanjang hidup mereka, tapi tidak dengannya.

Dia turun dari tebing dan mendaki medan terjal ke puncak.

Rasta tersenyum.

Sekarang dia telah menjadi Permaisuri, dia pikir semuanya sudah berakhir.

Dia menganggapnya sebagai kemenangannya, akhir yang bahagia.

Permaisuri Rakyat jelata? Dia tidak pernah ingin menjadi seperti itu sejak awal.

Memangnya apa yang dilakukan rakyat jelata untuk diri mereka sendiri? Dia membenci para bangsawan, tetapi dia juga membenci rakyat jelata.

Jika dia harus memilih salah satu ... dia akan memilih budak.

'Sekarang terserah aku!' Kekuatan Permaisuri sangat besar.

Rashta menekankan tinjunya ke dadanya. Kalau tidak, dia merasa hatinya akan meledak seketika.

Adegan resepsi pernikahan.

Memikirkan momen itu saja sudah membuatnya merinding.

Sorak sorai dari yang hadir…

“Semua orang menyukai Rashta.”

Begitu desas-desus menyebar bahwa dia telah menyumbangkan 20 juta krang, popularitasnya akan semakin meningkat.

Masa depan yang dikelilingi oleh bunga, sutra, dan permata akan tersedia untuknya.

Rashta berbalik, senang. Namun, dayangnya satu-satunya, Viscountess Verdi, tidak menunjukkan ekspresi kegembiraan.

"Ada apa?"

Rashta mendekatinya dengan tenang, dan bertanya,

“Kenapa kamu tidak tersenyum?”

Viscountess Verdi menjawab dengan bingung, "Apa?"

Rashta menatapnya dengan cermat, memiringkan kepalanya sedikit.

“Kenapa kamu tidak tersenyum? Apakah karena kamu tidak suka Rashta berada di sini?"

Viscountess Verdi terkejut dan dengan cepat menyangkalnya, "Tidak, tentu saja tidak."

“Apakah itu karena kamu ingat permaisuri yang digulingkan? Apakah datang ke sini membuatmu merindukannya?”

"Tidak, tidak sama sekali," sang Viscountess buru-buru membantah. Rashta menatapnya curiga dengan tangan tersilang.

Ketika dia adalah seorang selir, dia harus waspada terhadap orang lain.

Seorang selir tidak memiliki kekuatan. Bahkan secara hukum tidak akan ada masalah jika seseorang mengintimidasinya.

Para bangsawan hanya baik padanya karena Kaisar.

Tapi sekarang dia adalah Permaisuri. Jika seseorang mengganggunya, orang itu harus menerima konsekuensinya.

Dia ingin mencobanya sesegera mungkin.

"Ini benar-benar tidak seperti itu, Yang Mulia."

"Kalau begitu aku ingin penjelasan."

Rashta tersenyum dan mengangkat dagu Viscountess Verdi.

"Mengapa kamu terlihat muram di hari yang begitu membahagiakan ini?"

"!"

Viscountess Verdi ragu-ragu, tetapi suasana hati Rashta sedemikian rupa sehingga jika dia tidak mengatakan yang sebenarnya, dia akan berada dalam masalah besar, jadi dia akhirnya mengaku, "Ruang tamu seharusnya diisi dengan hadiah dari para bangsawan."

Rashta panik dan menjawab, "Apa?"

Hadiah?

Dia berada di kamar tidurnya sekarang, tetapi dia baru saja melewati ruang tamu.

Ruang tamunya bersih dan dilengkapi perabotan, tetapi dia tidak melihat hadiah apa pun.

Rashta kembali ke kamar tamu untuk memeriksanya.

Seperti yang sudah dia duga, tidak ada hadiah.

"Benarkah harusnya ada hadiah?"

Ketika Rashta bertanya dengan curiga, Viscountess Verdi menjawab, "Saya hanya mengalami ini sekali di masa lalu, tetapi jelas setengah ruangan dipenuhi dengan hadiah ketika Permaisuri Navier pertama kali datang ke sini."

"!"

“Butuh beberapa hari baginya untuk membuka semua hadiah dan menulis surat ucapan terima kasih. Saya mengingatnya dengan jelas.”

Rashta membeku sepenuhnya mendengar perkataan Viscountess Verdi.

Dia merasa seolah-olah darah sedang dikeringkan dari wajahnya, tiba-tiba menjadi dingin.

Apa artinya ini?

Selama resepsi pernikahan, semua pria ingin berdansa dengannya, dan semua wanita berbicara dengan ramah kepadanya.

Semua orang, tanpa memandang usia atau jenis kelamin, memujinya.

Lalu mengapa? Mengapa tidak ada yang mengirimi hadiah?

Akhirnya, wajahnya berubah tajam.

Jawabannya sudah jelas.

Navier.

Apa yang dilakukan permaisuri yang digulingkan itu saat berada di Kekaisaran Timur?

Orang-orang mengabaikannya dan para bangsawan baik kepada Rashta. Itu pasti mengapa dia menyebarkan desas-desus buruk tentang aku di mana-mana. Selain itu, dia cukup pintar untuk melakukan itu.

Sungguh tercela …”

Rashta bergumam, menggertakkan giginya.

Melihat reaksinya, Viscountess Verdi mundur selangkah dengan bingung.

"Aku akan melakukan hal yang sama."

"!"

"Aku akan pergi ke pernikahannya dan melakukan hal yang sama."

Pada saat itu, dia melihat hadiah kecil. Itu adalah hadiah yang sulit untuk dibedakan karena berada di atas permadani yang lembut.

Rashta dengan cepat berlari dan mengambil hadiah itu.

Lalu dia bersumpah.

Tidak peduli siapa yang mengirim hadiah ini, aku akan menawarkan persahabatan tulus kepada orang itu.

Saat membuka hadiah, dia menemukan sebuah cincin kecil tapi dengan permata besar.

Nama Duke Elgy tertulis di dalamnya.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 218                  

>>>             

Chapter 220

===

Daftar Chapters 










Remarried Empress (#218) / The Second Marriage

 


Chapter 218: Kapmen dan Heinley (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Aku berjalan ke arahnya sambil tersenyum. Namun, saat aku melihat wajahnya yang resah, aku mundur selangkah.

Efek dari ramuan itu masih belum hilang?!

Ekspresinya semakin berubah saat aku melangkah mundur. Sekarang, aku benar-benar yakin. Efek dari ramuan itu pasti belum hilang.

Tapi kenapa? Sudah lama sekali, bukan?

Selagi aku memikirkan itu, Grand Duke Kapmen sepertinya ingin lewat sini.

Tidak mungkin.

Aku melangkah mundur lagi.

Ekspresi Grand Duke Kapmen menjadi muram, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Cara Grand Duke berbicara di bawah pengaruh ramuan itu sangat aneh sehingga siapa pun akan salah memahaminya.

“Yang Mulia?”

Setelah memanggilku, Mastas, yang mengikutiku, bertanya, “Ada apa?”

“Ayo pergi ke arah lain. Sepertinya ada banyak orang di sekitar sini.”

Aku segera berbalik ke sisi lain, berpura-pura tenang.

***

'Ah…'

Kapmen tanpa sadar menjulurkan tangannya, seolah hendak meraih seseorang. Kemudian, dia menutup tangannya dan menurunkannya, berdiri di sana dengan linglung, melihat rok gaunnya saat dia berjalan pergi.

Layaknya kupu-kupu yang terbang menjauh, terbang terbawa angin.

"Grand Duke?"

Prajurit yang menemaninya dari Rwibt, sedang memberikan instruksi agar barang bawaan dikeluarkan dari kereta ketika dia memanggil Kapmen.

"Apa yang sedang terjadi?"

"Navi..." (TL/N: Navi adalah romanisasi dari '나비', yang berarti 'Kupu-kupu'.)

“Kupu-kupu?”

Pengawal itu melihat sekeliling dengan bingung.

Tidak ada bunga di dekatnya, apalagi kupu-kupu.

[Apakah Grand Duke melihat hal-hal aneh lagi?]

Suara bingung pengawal itu bergema di kepala Kapmen.

"…Tidak."

Kapmen berbalik dengan enggan.

“Hm, kemana aku harus pergi?” Dia kemudian bertanya, dan pejabat yang datang untuk menyambutnya dengan cepat menjawab, “Ke Aula Bintang. Saya akan menunjukkan Anda jalannya.”

Kapmen mengangguk dan mengikutinya.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

'Aula Bintang' adalah tempat yang sesuai dengan namanya. Sesampainya di aula di bawah tuntunan si pejabat, Kapmen menatap langit-langit berwarna hitam.

Berbagai jenis permata yang tak terhitung jumlahnya bersinar bagaikan bintang-bintang di langit.

Apakah untuk menunjukkan kekayaan negara tempat di mana tamu terhormat diterima seperti ini?

Di tengah, karpet merah panjang membentang di lantai, dengan para pejabat berdiri di kedua sisi.

Raja Heinley juga berdiri di dekat takhta di ujung lain karpet.

“Maafkan saya, Grand Duke. Anda harus meletakkan pedang Anda,” bisik pejabat yang membawanya ke sini.

Kapmen menarik pedang dari pinggangnya dan menyerahkannya kepadanya, lalu berjalan ke arah Raja Heinley.

Berhenti sekitar enam langkah darinya, dia menundukkan kepalanya sedikit untuk memberi salam.

"Selamat atas penobatan Anda, Yang Mulia."

Heinley tersenyum dan menjawab, "Terima kasih."

Untuk sesaat, keduanya saling menatap tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Kapmen teringat saat terakhir mereka bertemu. Hari itu dia telah menyerang Kaisar Sovieshu, tetapi konfrontasi itu bermula dengan Heinley, seorang pangeran pada saat itu.

Sudut bibir Kapmen terangkat.

Dia bisa mendengar apa yang orang lain pikirjan, jadi dia menyadari bahwa Raja Heinley sedang memikirkan kembali kejadian yang sama persis dengan dirinya.

Namun, pada saat itu Raja Heinley menyeringai dan berkata, "Saya juga ingin mendengar ucapan selamat atas pernikahanku."

Kapmen mengerutkan kening, senyum tipis di wajahnya sepenuhnya lenyap.

Orang biasa dalam situasi ini akan merasa canggung dan terbawa oleh kata-kata itu.

[Apa yang bisa aku lakukan jika dia terlalu dekat dengan Ratu?]

Tetapi Kapmen dengan jelas mendengar pikiran Heinley.

Terlebih lagi, begitu dia mendengar 'Ratu', ada badai ketenangan di dalam dirinya. Begitu dirinya tersapu badai, mulutnya terbuka sendiri.

“Selamat atas pernikahannya.”

"Terima kasih."

"Rasanya seperti mimpi melihatnya mengenakan gaun pengantin."

“?”

Mengerutkan kening, Heinley berteriak, "Apa yang Anda coba katakan?!" Suaranya terdengar ke seluruh aula.

“Jangan khawatir. Lupakan kata-kata saya,” tambah Kapmen dengan canggung.

Dia tidak ingin menimbulkan masalah lagi dan pergi seolah-olah dia diusir dari Kerajaan Barat.

Betapa besar penyesalannya memukul Kaisar Sovieshu saat itu? Rasanya menyenangkan pada saat itu, tetapi perasaan itu tidak bertahan lama.

Pada akhirnya, itu menjadi masalah besar. Perdagangan tidak terwujud dan dia tidak bisa tinggal di sisi Permaisuri Navier lebih lama lagi.

Dia tidak bisa mengulangi hal yang sama kali ini.

Namun, Heinley terlanjur tampak tersinggung.

[Aku harus menahan diri. Aku harus menahan diri. Aku harus menahan diri.]

Kata-kata ini diulangi oleh Heinley yang menyeringai dalam hati, mengungkapkan pikirannya yang sebenarnya.

[Aku berbeda dari Kaisar Sovieshu. Aku tidak akan terdorong oleh rasa cemburu. Ratu bilang aku imut.]

Tapi penyesalan Kapmen menghilang lagi saat Heinley menyebut 'Ratu' dalam pikirannya.

"Itu adalah kata-kata kosong."

Efek dari ramuan, yang tampaknya telah stabil untuk sesaat, tiba-tiba melonjak.

"…Barusan Anda bilang apa?"

"Terima kasih atas undangannya."

"Bukan itu."

“Selamat atas per—”

Kapmen menggigit bibirnya.

Dia mengatakannya sebelumnya tanpa masalah, tapi kali ini dia tidak bisa mengucapkan selamat atas pernikahannya.

Melihatnya bereaksi seperti itu, ekspresi Heinley menjadi muram.

***

Sementara itu, ekspresi Sovieshu juga muram.

Dia sedang membaca undangan yang dikirim oleh Heinley untuk menghadiri pernikahan mereka di Kerajaan Barat.

"Apakah dia waras?"

Sovieshu bergumam ketika dia melihat surat yang dihias dengan mewah, dengan detail berwarna gading.

Bahkan ada kalimat dalam surat yang berbunyi— 'Untuk persahabatan kita.'

Sovieshu meremas surat itu dan membuangnya ketika dia menyadari itu tidak ditulis oleh Navier.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 217                  

>>>             

Chapter 219

===

Daftar Chapters 




 






 

Remarried Empress (#217) / The Second Marriage

 


Chapter 217: Tampan (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

‘Apa dia bipolar*?’

Heinley, yang mengalami depresi sepanjang pagi, menghabiskan sepanjang sorenya dengan tersenyum.

McKenna menatapnya curiga.

Tidak sekadar tersenyum, tetapi dia juga cekikikan ketika menyentuh dahinya.

Dalam perjalanan ke ruang konferensi, dia menatap pilar yang memantulkan wajahnya dan dia berkata, "Aku imut."

McKenna menatap Heinley dengan cemas.

Lebih baik melamun daripada depresi.

Heinley selalu mempertahankan sikap percaya diri yang mutlak, jadi dia khawatir kalau-kalau emosinya sekarang sangat tidak stabil.

Pada saat itu.

Heinley, yang sedang berjalan dengan penuh semangat, tiba-tiba berhenti dan menutup mulutnya dengan satu tangan. Kemudian dia menatap ruang kosong dengan serius, sorot mata yang dalam, mengerutkan kening.

Dia tampak terkejut karena terlambat menyadari sesuatu.

“Yang Mulia? Ada apa?"

McKenna bertanya dengan bingung, Heinley melihat sekeliling dan akhirnya berbisik, "Jika aku segera menikah ..."

Tapi, Heinley tidak bisa mengatakannya, jadi dia menutup mulutnya.

“Yang Mulia?”

Kenapa memangnya jika dia segera menikah?

McKenna ingin tahu lanjutannya, dan bertanya, "Apa yang hendak Anda katakan?"

Tapi Heinley tetap diam, tidak menjawab.

McKenna bertanya berulang kali, “Yang Mulia? Yang Mulia?”

Baru saat itulah Heinley berbicara dengan prihatin, “McKenna. Bagaimana citra diriku?”

Citra Yang Mulia? Yang Mulia, Anda mungkin tidak terlihat begitu, tetapi Anda cerdas, bermartabat, dan romantis…”

“Bukan citra yang kamu lihat. Citra luarku.”

"Kalau begitu, Anda tidak pintar, Anda tidak bermartabat, Anda juga tidak romantis."

Heinley menghela napas, menggelengkan kepalanya, mulai berjalan lagi.

Bukan itu jawaban yang dia inginkan.

Sebenarnya yang ingin dia tanyakan adalah tentang malam pertama setelah akad nikah.

Setelah malam itu, pertemuan berikutnya akan diadakan dengan mempertimbangkan keinginan masing-masing, tetapi malam pengantin akan tetap diadakan terlepas dari itu.

Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi hanya memikirkan hari itu membuat jantungnya berdetak semakin lama semakin cepat.

Rasanya sangat menyenangkan  menyentuh orang yang kau cintai. Bagaimana rasanya ketika aku benar-benar memeluknya?

Dia bahkan tidak bisa membayangkannya.

Tapi tiba-tiba sebuah pikiran muncul di benaknya.

Dia ... Dia tidak punya pengalaman dalam hal 'itu'.

Masalahnya adalah citra playboynya.

Meskipun Navier tampaknya tidak berpikir dia bergaul bebas seperti yang lain, dia percaya sampai batas tertentu bahwa Heinley adalah seorang playboy.

Bukankah Navier akan berpikir aku pandai dalam hal 'itu' jika aku seorang playboy?

Tentu saja, dia pasti akan melakukannya dengan baik begitu dia belajar dan membiasakan diri.

Tetapi jika dia tidak bisa melakukannya dengan benar pada malam pengantin, apakah akan ada malam kedua?

Heinley ingin menjadi pria yang sempurna untuk Navier.

“Yang Mulia?”

McKenna memanggilnya dengan ekspresi tegas; dia benar-benar khawatir.

Heinley melambaikan tangannya untuk menunjukkan bahwa dia baik-baik saja, lalu mengganti topik pembicaraan.

"Kapan semua orang akan tiba dari Ekspedisi Kesatria?"

‘Aku pikir dia tidak sedang memikirkan hal itu,' pikir McKenna dan menjawab dengan tenang, "Itu perjalanan yang panjang, tetapi mereka akan tiba hari ini."

"Kemudian upacara penyambutan dijadwalkan besok."

"Tepat sekali. Ah! Aku harus memberi tahu Ratu untuk menyiapkan saputangan.”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

“Saputangan?”

McKenna datang mengunjungiku dan memberitahuku bahwa aku harus menyiapkan saputangan.

"Ya, semua kesatria yang berpartisipasi dalam 'Ekspedisi Kesatria' akan tiba hari ini."

“Akan ada acara.”

"Benar sekali. Tepatnya, hari ini mereka akan berkumpul di pinggiran ibukota, dan besok mereka akan berangkat dari sana ke Istana Kerajaan dengan kostum upacara yang sesuai. Biasanya banyak orang berdatangan untuk melihat mereka.”

"Ah."

“Setelah parade selesai, setiap wanita menaruh saputangan di saku kesatrianya. Saya pikir akan lebih baik jika Yang Mulia Ratu bergabung dengan kami saat itu.”

Memikirkan keheningan yang aku terima dari orang-orang di Kekaisaran Timur, aku sedikit khawatir.

"Anda tidak perlu terlalu khawatir, Yang Mulia."

Seolah-olah dia tahu apa yang aku pikirkan, McKenna tersenyum lembut dan meyakinkanku, "Sir Koshar adalah salah satu kesatria paling populer dalam ekspedisi ini."

***

Keesokan paginya.

Aku mengenakan gaun formal dan menyanggul rambutku dengan elegan tanpa meninggalkan sehelai rambut pun.

Itu bukan pesta, tapi hari ini aku akan bertemu dengan para kesatria yang berpartisipasi dalam ekspedisi serta para wanita muda dan wanita bangsawan yang terkait dengan mereka.

Kami tidak akan makan bersama, tapi setidaknya kami akan saling menyapa sambil menunggu para kesatria.

Aku belum begitu berpengaruh di masyarakat kelas atas, jadi aku pasti tidak boleh menganggap enteng kesempatan itu.

Setelah memeriksa diri di cermin beberapa kali untuk memastikan diriku terlihat baik, aku naik kereta dan keluar dari gerbang istana pada waktu yang dijadwalkan.

Heinley pergi sebelum aku, jadi hanya Rose, Mastas, dan Kesatria Supranasional yang mengikutiku.

Saat aku melangkah keluar dari kereta, para wanita bangsawan yang datang lebih dulu menyapaku dengan sopan.

"Merupakan suatu kehormatan untuk bertemu Yang Mulia Ratu."

"Salam untuk Yang Mulia Ratu."

Karena kami tidak memiliki hubungan dekat, mereka tidak dapat memulai percakapan terlebih dahulu, jadi mereka hanya menatapku diam-diam setelah menyapa.

Ketika orang-orang yang tidak dekat berada di tempat yang sama, orang dengan status tertinggi seharusnya memulai percakapan.

Tetapi alih-alih berbicara dengan mereka, aku bertanya kepada Rose, “Kapan ini akan dimulai?”

"Ini akan segera dimulai, Yang Mulia."

Begitu dia selesai berbicara, suara terompet pertempuran terdengar di kejauhan. Namun, karena gerbang ibu kota tidak dapat terlihat dari sini, begitu suaranya memudar, semuanya menjadi sunyi kembali.

Ada keheningan yang canggung untuk sesaat. Tapi tidak lama kemudian, sorakan keras mulai terdengar di kejauhan.

Para kesatria sepertinya datang ke sini. Aku bisa merasakan sorakan itu semakin lama semakin dekat.

Kadang-kadang aku bisa mendengar nama-nama, tetapi suaranya sangat hiruk-pikuk karena sorakan yang kencang sehingga sulit untuk memahami apa yang dikatakan.

Lambat laun sorak-sorai itu semakin menguat, layaknya ombak laut.

Akhirnya, para kesatria bisa terlihat dari sini. Mereka datang dengan menunggang kuda dalam barisan tiga orang.

Orang-orang bersorak untuk mereka dan menaburkan kelopak bunga dari keranjang mereka.

Secara mengejutkan, kakakku adalah salah satu dari tiga orang di barisan depan.

Dan, bertentangan dengan kekhawatiranku, tidak ada yang mengabaikannya.

Aku juga bisa mendengar beberapa orang berteriak, “Koshar.”

Saat aku menyaksikan dengan takjub, Mastas berkata kepadaku dari samping, “Tiga kesatria paling populer ada di barisan depan, Yang Mulia. Di belakangnya, tiga orang berikutnya. Setelah itu, barisannya hanya sesuai urutan kedatangan.”

Kakakku tersenyum dan melambai kepada mereka yang hadir seolah-olah dia merasa canggung.

Melihat pemandangan itu, perasaanku membuncah bangga. Aku bangga sekaligus terharu.

Akhirnya, para kesatria dengan disiplin berhenti saat mereka mendekati kami, dan atas isyarat McKenna, mereka turun dari kuda mereka.

Di antara para kesatria itu adalah kakakku.

Kakakku maju beberapa langkah dan tersenyum saat dia menatapku dalam diam.

Kupikir kami akan pergi bersama untuk menaruh saputangan, atau mengantre. Namun, saat kakakku terus bergerak maju, tidak ada orang lain yang bergerak selain dia.

'Apakah aku harus menjadi yang pertama menaruhnya?'

Melihat Heinley, dia mengedipkan mata padaku dan mengangguk. Jadi, aku mengeluarkan saputanganku dan berjalan ke arah kakakku.

Tiba-tiba aku perhatikan di baris kedua adalah Sir April, kakak Mastas.

Setelah mengangguk sedikit ke arahnya sebagai salam, aku menaruh saputangan itu di saku dada baju upacara kakakku seolah-olah itu adalah aksesori.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Waktu pertemuan dengan kakakku untuk pertama kalinya setelah sekian lama begitu singkat. Setelah kembali dari ekspedisi, para kesatria yang berpartisipasi harus melaporkan detailnya di ruang konferensi.

Aku lega melihatnya canggung dan malu, tapi bisa menyesuaikan diri dengan baik.

Aku berharap kakakku dapat secara bertahap menyingkirkan reputasi buruk yang dia miliki di Kekaisaran Timur …

Malam itu, aku mengunjungi kuil dan berdoa sebentar.

Tetapi keesokan harinya, aku terkejut mengetahui bahwa citra kakakku jauh lebih baik daripada yang aku kira.

"Apa ini?"

Sekitar tengah hari, Rose membawa setumpuk surat. Surat-surat ini datang dari pengirim dari keluarga yang berbeda.

Membuka satu untuk dibaca, isinya sederhana tapi bersahabat.

Begitu juga dengan surat-surat lainnya.

Mengapa mereka tiba-tiba mengirim surat-surat ini?

Ketika aku memandang Rose dengan bingung, dia berkata sambil menatap Mastas, "Para wanita muda di upacara penyambutan kemarin pasti jatuh cinta pada Sir Koshar."

Dengan kakakku?

"Benarkah?"

Aku memintanya untuk memberitahuku lebih banyak tentang itu, kata Rose, melihat lagi ke Mastas, “Sir Koshar seindah lukisan. Dia memberikan penampilan yang hebat kali ini, jadi saya yakin di mata para wanita muda dia luar biasa.”

Mastas menambahkan dengan bersemangat, tidak menyadari bahwa Rose sedang menatapnya.

“Selain itu, dia adalah penerus keluarga berpengaruh di Kekaisaran Timur dan saudara Ratu satu-satunya.”

"Iya…"

Ketika aku mengangguk dengan canggung, mereka berdua menatapku dengan aneh.

“Bukankah selalu begitu?”

"Sir Koshar pasti populer di Kekaisaran Timur juga, bukan?"

Tidak juga.

Kakakku memiliki reputasi buruk. Sejak usia tujuh tahun, popularitas kakakku telah anjlok.

Namun, tidak mungkin mereka berdua dan para nona muda tidak tahu tentang rumor kakakku.

Karena desas-desus tentang kakakku tidak berasal dari Kerajaan Barat, apakah desas-desus tentangnya dianggap berlebihan di sini?

Mungkin.

Keesokan harinya.

Aku menerima lebih banyak surat daripada kemarin, yang mengkonfirmasi kecurigaanku.

Orang-orang di Kerajaan Barat menganggap reputasi buruknya dilebih-lebihkan.

Pada awalnya, aku merasa situasi ini canggung.

Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya itu hal yang cukup bagus.

Mungkinkah Nian dan kakakku bisa memberiku tempat di masyarakat kelas atas tanpa bantuan Mullaney?

Bergabung dengan Mullaney akan menjadi cara mudah untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat kelas atas Kerajaan Barat. Namun, jika aku mengambil jalan ini, aku akan kehilangan separuh lainnya yang mendukung Christa, yang tidak baik dalam jangka panjang.

Tidak semua orang harus menyukaiku, tetapi juga tidak perlu mengubah separuh masyarakat kelas atas menjadi musuhku pada saat yang sama.

Meskipun aku harus berhati-hati dalam memilih pembantu dekatku, aku tidak keberatan sedikit dekat dengan Christa jika itu adalah persahabatan yang moderat.

Untuk saat ini, aku akan pergi menemui Christa lagi.

Apakah ada kemungkinan sekecil apa pun bahwa kami akan menjadi dekat? Setelah mengambil keputusan, aku berganti pakaian dan meninggalkan istana terpisah.

Saat aku berjalan menyusuri koridor, aku melihat kereta kuda asing dan orang-orang yang sedang menuju ke istana utama.

Pola di kereta itu tampak familier.

Apakah mereka terlihat seperti kereta Rwibt?

Begitu aku memikirkan itu, aku melihat Grand Duke Kapmen.

Dia menerima undangan itu.

Grand Duke Kapmen, yang berjalan tenang dengan ekspresi muram, menoleh ke arah sini.

Apakah dia merasakan tatapanku padanya?

***

* Bipolar: gangguan mental di mana penderitanya mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem. McKenna menyebut Heinley bipolar karena moodnya berubah dengan cepat dari depresi menjadi ceria kembali.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/


<<<

Chapter 216                  

>>>             

Chapter 218

===

Daftar Chapters