Chapter 216: Tampan (1)
Penerjemah: Shira Ulwiya
Sikap Heinley sedikit aneh setelah kami menghadiri acara pernikahan. Dia
tampak putus asa…
Dalam perjalanan ke acara pernikahan, dia
menikmati waktu kami bersama di kereta. Namun, dalam perjalanan pulang, dia
tampak tertekan. Meskipun kami berada di kereta yang sama, dia berusaha untuk
tidak menatap mataku.
Aku khawatir, jadi aku bertanya kepadanya ada
apa, tetapi tidak ada jawaban.
Dia hanya akan memegang tanganku sesekali, dan
pada satu titik dia bertanya, “Kamu akan selalu berada di sisiku, kan?”
"Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang
begitu jelas?"
Ketika aku menjawab dengan senyuman, dia
diam-diam meletakkan pipinya di tanganku, menutup matanya.
Dia bahkan sesekali mencium tanganku dengan
lembut.
“Heinley?”, tanyaku.
Itu lucu, tapi menggelitik. Kemudian, dia
menanyaiku pertanyaan yang mirip dengan yang sebelumnya.
“Kamu istriku, kan?”
Mengapa pangeran burungku mengatakan
hal-hal yang sudah jelas?
Aku pikir itu karena dia kelelahan dalam
perjalanan pulang. Namun, setelah kembali ke Kerajaan Barat, suasana hati
Heinley tetap sama.
Bahkan ketika dia datang mengunjungiku, dia
mondar-mandir dengan cemas dan menghela napas seolah-olah dia punya sesuatu
untuk dikatakan tetapi tidak bisa mengatakannya.
Dia masih tidak menjawab ketika aku bertanya ada
masalah apa.
Tidak ada yang berubah selama beberapa hari
sampai aku memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menyemangati Heinley.
Dia telah terluka oleh banyak hal selama di
Kekaisaran Timur.
Dia pergi ke Kekaisaran Timur demi aku, jadi
aku ingin membuatnya merasa lebih baik.
Tapi apa yang harus aku lakukan ... bagaimana aku
bisa menyemangati Heinley yang depresi lagi?
Aku bergumul dengan masalah ini untuk beberapa saat.
Saat aku terus berpikir, tanpa sadar aku
melihat Rose yang sedang merajut.
Sebuah bola benang kuning lembut dan jarum.
Ketika aku melihat dua benda itu, sebuah ide
bagus muncul di kepalaku.
Pakaian! Aku bisa membuatkan pakaian untuknya.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Heinley sedang duduk dalam posisi berbahaya di
ambang jendelanya, menatap ke langit.
Ada setumpuk kertas yang ditumpuk di mejanya
yang seharusnya dia kerjakan, tetapi sekarang bahkan itu tidak lagi dihiraukannya.
Hari resepsi pernikahan terakhir terbayang-bayang dengan menyakitkan di kepalanya sampai dia merasa di ambang kegilaan.
— Kembalilah.
— Aku tidak ingin kamu menjadi istri orang
lain.
— Kita adalah pasangan suami istri, Navier.
Bagaimana respons Ratu terhadap omong
kosong seperti itu? Heinley berharap dia bisa
menguping semuanya.
Suara Ratu begitu tenang dan rendah sehingga
dia tidak bisa mendengar jawabannya dari sisi lain pintu. Namun, dia percaya
bahwa dia menolaknya karena dia mendengar Kaisar Sovieshu berteriak kesal, 'Navier!'…
Namun, kecemasannya tidak kunjung hilang.
Dia memahami bahwa Ratu dan Kaisar Sovieshu telah tumbuh bersama.
Mereka pernah sedekat saudara kandung.
Bagaimana jika perasaan Ratu terhadap Sovieshu
adalah cinta-benci?
Bagaimana jika dia ingin memberinya kesempatan
lagi?
Heinley memiringkan kepalanya sedikit ke satu
sisi saat dia memikirkan semua hal buruk yang bisa terjadi.
Dia bahkan berpikir bahwa Ratu akan datang
menemuinya kapan saja dan membicarakan topik itu, berkata, 'Maaf, tapi—'
Pada saat itulah…
"Yang Mulia."
Seorang kesatria masuk dan memberitahunya
bahwa Rose, dayang Navier, ada di sini. Heinley kemudian bertanya, "Untuk
apa?"
"Yang Mulia Ratu punya sesuatu yang
istimewa untuk diberikan kepada Anda, beliau berkata untuk datang mengunjunginya ketika
Anda punya waktu."
Mata Heinley melebar.
"Apa yang Navier ingin berikan
padaku?"
“Saya hanya tahu itu adalah sesuatu yang beliau buat
sendiri. Yang Mulia, turun dari ambang jendela. Itu berbahaya.”
Apakah itu hidangan ...? Itu bukan surat
cerai, kan?
Kegelisahan dan antisipasi melonjak di seluruh
dirinya secara bersamaan.
Heinley bergegas turun dari ambang jendela.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Heinley muncul kurang dari lima menit setelah
Rose kembali.
"Aku bilang untuk datang ketika kamu
punya waktu," aku menegurnya sambil tertawa.
Heinley mencari alasan dan
tersenyum seolah malu, "Aku sedang beristirahat dengan santai."
Setelah dayangku diam-diam bergegas keluar,
Heinley bertanya padaku dengan binar di matanya, “Aku mendengar kamu ingin memberiku
sesuatu. Apa itu?"
Apakah dia benar-benar datang saat jam istirahatnya? Melihat
ekspresinya, dia sepertinya habis berlari karena penasaran dengan hadiahnya.
Sikapnya yang penuh harap membuatku tertawa.
Penampilannya yang tertekan sebelumnya telah sedikit
berkurang.
Aku segera membuka laci meja, mengeluarkan bungkusan kotak
kado, dan menyerahkannya kepadanya.
"Ini kecil."
Heinley bergumam tentang hadiah yang kuberikan
kepadanya,
memeriksa kotak itu dari semua sisi. Kurasa dia penasaran dengan apa yang ada
di dalamnya.
"Bukalah," kataku sambil
tersenyum.
Heinley menatapku dan menarik ujung pita.
Kotak itu terbuka sepenuhnya saat pita yang
mengikat bungkusnya dengan hati-hati terlepas.
Heinley dengan cepat membuka tutup kotak
seolah-olah dia tidak sabar untuk melihat apa itu.
"…Bagaimana menurutmu?"
Aku bertanya padanya saat dia melihat hadiah
itu dengan takjub. Dia sedikit terpana melihatnya.
Kemudian dia merogoh kotak itu, mengeluarkan
hadiah yang kuberikan padanya, dan mengangkatnya sedikit.
"Bagaimana menurutmu?" Aku bertanya
lagi padanya.
Di dalam kotak, ada pakaian yang aku rajut
untuk 'Queen'.
Aku dulu pernah mengatakan kepadanya bahwa aku
akan mendandaninya jika dia muncul di depanku lagi dalam wujud Queen.
Tiba-tiba, ketika aku melihat Rose merajut, aku
teringat kata-kata itu dan terpikir olehku untuk membuatkannya pakaian.
Meskipun saat itu aku mengatakannya sebagai
hukuman, Heinley sepertinya sangat menyukainya…
“Ini lucu. Apakah kamu membuatnya untuk aku
pakai ketika aku berubah menjadi burung?
Heinley tertawa terbahak-bahak ketika dia
melihat pakaian itu seolah-olah itu adalah pakaian bayi.
Seperti yang kuduga, dia terlihat sangat
bahagia. Kemurungannya beberapa hari terakhir memudar, dan wajahnya kembali cerah.
Syukurlah, karena suasana hatinya jauh lebih baik.
Aku memandang Heinley dan mengusulkan,
"Jika kamu menjadi Queen sekarang, aku akan
mendandanimu."
Heinley terkejut dan menatapku, matanya
bertanya, 'Serius?'
Untuk menunjukkan bahwa aku serius, aku duduk
di sofa dan dengan lembut menepuk pangkuanku.
Begitu aku melakukannya, Heinley menghilang,
dan aku melihat sesuatu bergerak di dalam pakaiannya di lantai.
Queen keluar dari pakaiannya dan bergegas ke
arahku.
Dia datang ke depan sofa dan melihat ke atas,
aku mengangkatnya dan meletakkannya di pangkuanku. Seperti hari-hari dulu.
Matanya melebar dan berkedut.
Berpura-pura tidak menyadarinya, aku mengambil
pakaian rajutan dan mengenakannya pada Queen.
"Imut."
Setelah aku selesai mendandaninya, aku
bernyanyi untuknya sambil membelai kepalanya.
Aku bernyanyi dengan lembut, bersenandung.
Dia tampak merasa sangat nyaman sehingga
matanya perlahan-lahan menyipit saat aku bernyanyi sampai akhirnya tertutup
sepenuhnya.
Melihat ke bawah setelah menyelesaikan lagu, aku
melihat Queen benar-benar terlelap.
Dadanya naik turun dengan teratur,
kelopak matanya sesekali berkedut seolah-olah sedang bermimpi.
"Lucunya."
Aku menatapnya dan mencium keningnya dengan
lembut.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
* * *
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment