Chapter 266: Berapa Lama Cinta Akan Bertahan (1)
Penerjemah:
Shira Ulwiya
Itu hanya ciuman kecil. Tetapi dalam sekejap
mata, dia mengendalikan situasi dengan liar.
Sebelum aku
sadar aku sudah berada di atas pahanya, Sebelum aku sadar aku sudah berbaring di atas meja dan Sebelum aku sadar Heinley sudah berada di bawahku…
Aku kehabisan napas. Melihat lehernya ditutupi
dengan tanda merah di
sana sini, aku pikir aku sudah gila.
Begitu Heinley memperhatikan ke mana arah
pandanganku, dia tersenyum dan menggodaku.
"Kupikir aku mendengar kalau kita
tidak seharusnya meninggalkan tanda di tempat yang bisa dilihat?"
Muridku, yang biasa meninggalkan seratus tanda
padaku sebelum dia menyadarinya pertama kali, tampak
sepenuhnya sadar meskipun dia menciumku dengan intens.
Saat dia membelai telingaku dengan nakal, aku
mencoba bangkit dari dadanya, tetapi dia melingkarkan lengannya di sekitarku
dan menarikku lebih dekat dengannya.
"Maaf. Kau dapat meninggalkan tanda, jadi
teruskanlah.”
Mengusap hidung, bibir, dan lehernya dengan
jari-jariku, aku menggelengkan kepalaku dan berdiri.
“Kita belum makan malam.”
"Apakah kamu ingin makan malam
sekarang?"
"Bangun."
Aku meraih tangannya untuk membantunya berdiri, Heinley berkata dia akan mencuci
wajahnya terlebih dahulu.
Heinley muncul setelah beberapa saat dengan
ekspresi sedih saat aku duduk di meja.
Aku menganggapnya lucu, tetapi aku tidak menggodanya. Aku agak bisa mengerti
bagaimana perasaan Heinley.
“Ratuku, terkadang kamu tampak seperti dewa
yang suka bermain-main yang memegangku di telapak tangannya hanya untuk melihat
reaksiku. Apakah kamu tahu itu?"
"Jika Imam Besar bisa mendengarmu, dia
akan datang saat ini juga untuk memutuskan pernikahan."
Meskipun itu bukan lelucon, Heinley tertawa
terbahak-bahak. Saat aku menyeka mulutku dengan serbet dan menatapnya, mau tak
mau aku merasa sedikit konyol.
Aku suka dia menertawakan leluconku. Hanya
sedikit orang yang mengerti dan bereaksi terhadap leluconku.
Merasa lebih baik, tanpa sadar aku tersenyum.
“Ratuku. Apa yang kamu katakan … sebelumnya,
bisakah kamu mengulanginya?”
"Jika Imam Besar bisa mendengarmu, dia
akan datang saat ini
juga untuk memutuskan pernikahan."
"Tidak, bukan itu."
Kali ini aku tidak benar-benar bercanda.
Heinley tertawa terbahak-bahak lagi. Bahunya bergetar saat dia menekankan
tinjunya ke bibirnya, dan matanya melengkung menjadi bentuk bulan sabit.
"Maksudku sebelum kita berciuman."
Kurasa yang dia maksud adalah saat aku
bergumam, 'Kamu milikku'. Aku buru-buru mengambil garpu dan mengaduk kacang
polong dengan pelan. Aku mengatakannya karena sedang
bersemangat saat itu. Aku malu untuk mengatakannya secara sadar.
“Ratuku?”
“Aku tidak ingat…”
"Kamu bilang aku
milikmu."
Oh, baik sekali dia. Heinley, yang secara sukarela
menyegarkan ingatanku, sekali lagi bersikeras.
"Sekarang aku sudah mengingatkanmu,
katakan padaku."
Seberapa sulitkah untuk mengulangi kata-kata
itu? Tapi melihat matanya begitu cerah, sangat sulit bagiku untuk
memberitahunya.
Saat aku mengaduk kacang polong lagi karena
malu, Heinley mengubah arah pertanyaan.
"Sekarang apakah kamu siap untuk menerima
hatiku?"
"Aku tidak yakin."
“…”
"Tapi aku pikir tidak baik untuk tetap menjalin
hubungan dengan seseorang yang tidak kamu inginkan ..."
Aku hendak
bilang aku sedang tidak enak badan.
Tapi sebelum itu, tatapan kami bertemu.
Heinley tampaknya senang dengan komentar ini saja. Dia tersenyum
lebar, dia pasti mengartikan kata-kataku sebagai pertanda positif.
Melihat ekspresi imut itu, aku benar-benar
penasaran. Aku bahkan tidak terlalu baik padanya. Bagaimana aku bisa mendapatkan
pria seperti itu sebagai
seorang suami?
Namun…
Aku tersenyum sedikit padanya dan mengalihkan
perhatianku kembali ke kacang polong.
Aku pikir Heinley mencintaiku. Mustahil untuk tidak memperhatikan dari cara
dia menatapku dan berperilaku.
Tetapi sulit bagiku untuk membayangkan
bahwa Heinley akan menerimaku
apa adanya selamanya. Maaf, tapi aku tidak percaya pada
cinta yang tak lekang
waktu, apalagi cinta abadi.
Akan mudah untuk menerima hati Heinley. Aku
sudah dipenuhi cintanya. Buket yang dia berikan padaku semakin besar setiap
hari sampai aku hampir tidak bisa melihat tebing di depanku.
Satu langkah. Hanya satu langkah lagi, dan aku
akan jatuh cinta padanya.
Tapi setelah itu apa yang akan terjadi
selanjutnya? Semakin tinggi, tidak diragukan lagi, semakin menyakitkan
jatuhnya. Cinta Heinley begitu manis sehingga akhirnya akan lebih pahit. Itu
akan jauh lebih menyakitkan daripada dengan Sovieshu.
Tidak baik untuk berpegang pada harapan bahwa dia hanya
akan mencintaiku selama sisa hidupnya. Lebih baik bersiap untuk yang terburuk.
Jadi lebih baik menjaga jarak sekarang.
Menjaga jarak akan membuatnya tidak terlalu menyakitkan jika kamu jatuh
cinta dengan orang lain.
Christa adalah contoh yang tepat. Dia
cukup pintar untuk mendapatkan dukungan dari banyak bangsawan, tetapi pada
akhirnya, dia akhirnya menghancurkan dirinya sendiri demi cinta.
Bahkan jika dia membenciku, Christa tidak akan
mengungkapkannya jika dia tidak mencintai Heinley. Daripada menjadikanku musuh
bebuyutan, dia akan menggunakan wasiat terakhir mantan raja sebagai perisai,
berpegang teguh pada posisi mantan ratu yang menyedihkan.
Aku tidak ingin melalui itu.
***
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment