Chapter 261: Bisakah Kau Menanganinya? (2)
Penerjemah:
Shira Ulwiya
Naik kuda
itu menyenangkan. Sinar matahari menembus dedaunan dari pohon-pohon tinggi, dan
terpantul lembut di rambut Heinley. Setiap kali Heinley tersenyum, dia
mengeluarkan aroma seperti alam.
Aku
menyukai rambutnya yang berkibar tertiup angin. Setiap kali tatapan kami
bertemu, dia akan tersenyum sampai matanya melengkung. Pada saat-saat itu, aku
merasakan hatiku tergelitik seolah-olah aku sedang dibelai dengan bulu.
Setelah
beberapa saat, Heinley tiba-tiba bergerak maju dengan cepat dan berkata,
"Hah?
Ada sesuatu di sana, Ratuku.”
Aku
mengikutinya meskipun bingung, tetapi Heinley menghentikan kudanya dan
tersenyum canggung.
"Ratuku,
aku bisa pergi sendiri."
"Bukankah
kamu mengatakan ada sesuatu?"
Aku
bertanya sambil mengeluarkan busur yang ada di punggungku yang belum bisa aku
gunakan sampai sekarang. Mata Heinley melebar dan dia melambaikan tangannya.
"Bukan
itu."
“?”
“Hanya
saja… aku ingin pergi sendiri sekarang. Itu adalah hadiah yang ingin aku
berikan kepada Ratuku.”
Setelah dia
selesai berbicara, Heinley berkuda dengan cepat lagi, dan memintaku untuk
mengikutinya dari kejauhan.
Apa yang
dia lihat?
Meskipun
tampak aneh bagiku, aku melakukan persis seperti yang dia minta. Untuk berjaga-jaga,
aku memegang busur di tanganku dengan longgar.
Ketika aku melihat
sekeliling namun tidak dapat menemukan Heinley, tiba-tiba aku mendengar
teriakan tidak jauh dari sana. Teriakan itu tidak keras, tapi itu jelas suara
Heinley.
Aku memutar
kudaku dan menuju ke arah itu dengan tergesa-gesa. Tanpa diduga, Heinley sedang
berduel dengan rubah kecil yang berbulu halus.
Duel?
Haruskah itu disebut duel?
Kudanya tidak terlihat di mana pun, dan Heinley memamerkan giginya ke arah rubah. Sebaliknya, rubah mengibaskan ekornya ke depan dan ke belakang seolah-olah sedang bermain.
Ketika aku
turun dari kuda, rubah itu datang berlari ke arahku bagaikan seekor rusa, dan
bertingkah lucu lagi. Dia adalah rubah yang sangat penyayang. Ketika aku
menggaruk dagunya, dia mengeluarkan suara aneh dan mengibaskan ekornya sambil
tersenyum seperti Heinley.
Itu lucu
... Heinley tidak suka rubah? Mengapa dia bertingkah seperti itu dengan hewan
kecil yang jinak?
Ketika aku
menatapnya dengan kebingungan, Heinley buru-buru berteriak.
"Ratuku,
rubah itu berpura-pura jinak sekarang!"
“…”
“Aku
serius, di luar dia tampak lucu, tetapi kenyataannya dia itu jahat dan kejam!
Itu berbahaya!"
Saat aku
membelai kepala si rubah, suara Heinley berangsur-angsur memudar. Ketika rubah
itu mendekati Heinley dengan patuh, dia berpura-pura menderita dan berkata,
“Ratuku,
kamu menyelamatkanku. Kamu adalah penyelamatku.”
"Aku tidak
melakukan apapun."
“Kehadiranmu
sangat membantuku.”
Itu
mencurigakan. Ketika aku agak menyipitkan mata, Heinley tiba-tiba meraih kakinya
dan berkata dengan berpura-pura kesakitan,
"Ow
ow! Sepertinya kakiku patah saat jatuh dari kuda, Ratuku.”
Kakinya patah
karena jatuh dari kuda? Tapi dia tidak punya luka goresan di tubuhnya? Itu
bahkan lebih mencurigakan.
Namun,
karena Heinley meletakkan tangannya di dahinya dan bergumam lemah, “Aku demam,”
pertama-tama aku memegangnya dan membantunya menaiki kudaku.
“Ini
mengingatkan aku pada masa lalu. Meskipun itu bukan memori yang sudah cukup
lama untuk menyebutnya begitu.”
Heinley
berbisik sambil memelukku erat dari belakang. Suaranya enak didengar, tapi aku
mengerutkan kening karena suhu tubuh yang kurasakan saat tubuh kami bersentuhan
terus menggangguku.
Dia juga
tidak terlihat demam.
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
"Tapi
kenapa Anda melawan rubah itu?"
McKenna
mendecakkan lidahnya pada Heinley, berbaring di tempat tidur dengan perban
palsu dan handuk basah yang tidak perlu di dahinya.
Bahkan di
mata dokter istana, Heinley tidak terluka, meskipun perbannya dipasang dengan
baik.
Heinley
menjawab dengan kesal.
“Selama-lamanya
aku menunggu, satu-satunya hewan yang muncul adalah rubah dan tupai. Tidak ada
gunanya melawan tupai, kan?”
“Ugh. Tetap
saja, bagaimana Anda bisa melawan rubah itu?”
"Kenapa
memangnya dengan rubah?"
“Itu semua
tergantung pada jenis rubahnya. Kita berbicara tentang rubah kecil yang ceria
itu, bukan? Rubah yang sangat imut sehingga tidak ada yang akan melepaskannya?
Rubah yang memiliki pikiran sebesar Yang Mulia?”
Heinley
menutup mulutnya dengan marah. Dia kesal karena adegan dramatis yang dia buat
tidak berhasil sama sekali. Selain itu, McKenna berbicara dengan sangat tidak
pengertian sehingga dia ingin meremas kedua bibirnya dan menggoyangkannya
dengan keras.
Melihat
ekspresinya, McKenna mendecakkan lidahnya dan dengan enggan menyemangatinya.
“Tetap
saja, Yang Mulia merawat Anda, kan? Dia bahkan memuji akting imut Anda.”
“Jangan bahas
itu. Itu masalahnya, pujiannya!”
Dia berpura-pura
kesusahan, tetapi segera ditahu oleh orang yang ingin dia mencintainya. Mau
tidak mau dia merasa malu.
Tidak dapat
menahan rasa malu, Heinley merangkak ke bawah selimut. Dia tampak seperti
kura-kura dengan kepala tersembunyi, jadi McKenna menggelengkan kepalanya.
Saat itu,
pintu terbuka pelan dan McKenna menoleh. Orang yang membuka pintu dan sedikit
menjulurkan kepalanya adalah Navier.
Navier
mengangkat alis ke arah selimut yang menggembung dan berkata pelan,
"Heinley?"
Ketika
McKenna tersenyum canggung dan mengangguk, Navier memasuki ruangan dengan
hati-hati. Kemudian dia melihat dengan dingin ke arah Heinley, yang berada di
bawah selimut.
Ekspresi
Navier begitu menakutkan sehingga McKenna diam-diam menarik diri. Dia tidak
ingin terhanyut oleh badai.
***
Mengapa dia
begitu malu setelah melakukan sesuatu yang begitu lucu?
Aku melihat
ke arah Heinley, yang juga terlihat imut terbungkus selimut, dan McKenna dengan
bijaksana bergegas keluar.
Mendengar
suara pintu tertutup, aku duduk di tempat tidur dan bersandar di atas selimut
yang menggembung.
"Berhentilah
menggangguku, McKenna."
Pada saat
itu, aku mendengar gumaman samar di bawah selimut. Sambil menahan tawa, aku
mencondongkan tubuh lebih dekat, tubuh di bawah selimut terpelintir dan aku
mendengar suara cemberut lagi.
“Betapa
beraninya kamu, McKenna. Cepat hentikan.”
Saat itu
aku hendak mengatakan, 'ini aku' melihat betapa imutnya dia.
"Kamu
berat, jadi turun dariku."
"!"
Heinley
'mengulangi' kata-kata itu. Meskipun aku melepaskannya, Heinley tetap tidak mau
keluar dari balik selimut, seolah-olah dia benar-benar mengira McKenna yang
mendorongnya.
Elang kurang
ajar, dia dua kali bilang padaku kalau aku berat, apakah dia benar-benar
berpikir aku berat?
Aku pernah
bertanya kepada Heinley dengan cemas apakah aku berat ketika aku berada di atas
tubuhnya di malam hari. Awalnya, dia menjawab, 'Kamu seringan bulu.'
Tetapi
setelah berulang kali memintanya untuk jujur karena dia terbukti berbohong,
Heinley menjawab, 'Ini hanya perasaan kehadiran yang menyenangkan,' menarik
tubuhku ke tubuhnya dan memelukku.
Lalu aku berbaring
di atasnya, dan dia tak henti-hentinya bergumam kalau dia baik-baik saja.
Aku pikir
itu benar. Tapi apa? Kamu berat, jadi lepaskan aku?!!
***
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment