Sunday, October 10, 2021

Remarried Empress (#262) / The Second Marriage

 



Chapter 262: Christa Mengambil Risiko (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Christa saat ini berada dalam situasi yang sulit karena rumor yang beredar di masyarakat kelas atas.

Awalnya, Christa dulunya memiliki reputasi yang sangat baik di masyarakat kelas atas. Dia baik dan berhati-hati dengan kata-katanya, serta rendah hati, meskipun menjadi ratu. Setelah suaminya membawa wanita lain, simpati untuknya meningkat, dan para bangsawan mengaguminya karena tetap teguh.

Setelah suaminya meninggal, pendapat terbagi dua. Separuhnya menyesalkan dirinya yang kehilangan posisi sebagai ratu di usia yang begitu muda, dan separuh lainnya mengkritiknya karena tetap tinggal di istana kekaisaran.

Namun, mereka yang mengkritiknya juga setuju bahwa situasinya tidak menguntungkan.

Sejak dia menjadi ratu, dia khawatir tidak memiliki anak, khawatir tentang selir suaminya, khawatir tentang reputasi Pangeran Heinley, dan tiba-tiba dia terpaksa meninggalkan posisinya sebagai ratu.

Namun setelah resepsi pernikahan, rumor aneh mulai beredar yang merusak reputasinya.

– Christa dan Yang Mulia Heinley berselingkuh.

Bangsawan cenderung toleran untuk memiliki selir, tetapi mereka memiliki standar tersendiri.

Apakah dia berselingkuh dengan adik suaminya? Ini adalah sesuatu yang menakutkan kaum bangsawan.

Ketika masalah itu tampaknya menjadi serius, seorang dayang Christa berbicara dengan canggung.

“Ratu, saya pikir yang terbaik untuk saat ini adalah pergi ke Compshire dan mengamati situasinya. Tentu saja rumor itu tidak benar, tetapi pada saat seperti ini, tidak ada salahnya untuk berhati-hati.”

Pergi ke Compshire? Ekspresi Christa sontak menegang mendengar saran dayangnya.

Dia tidak mau. Dia akan memiliki kehidupan yang nyaman di Compshire, tetapi dia akan diperlakukan sama sekali berbeda, seolah-olah momennya telah berlalu.

Bahkan lingkaran dekatnya akan tergeser, dianggap sebagai 'generasi masa lalu'. Termasuk keluarga dan teman-temannya.

Pergi ke Compshire berarti menyerahkan semua kekuasaan kepada Navier, menjadikan Christa sebagai jejak masa lalu.

Dengan kata lain, Navier akan berada di depan sementara dia akan tertinggal di belakang menunggu jejaknya menghilang.

“Bukankah itu hanya rumor? Selain itu, itu juga mempengaruhi Yang Mulia Heinley, mengapa hanya aku yang harus menghindarinya?”

"Itu benar ... tapi Kaisar selalu memiliki citra buruk ..."

"Sebaliknya, tidak ada yang membayangkan citra ratu seperti itu, jadi itu lebih mengejutkan."

Christa sedih. Navier yang bercerai memiliki suami baru yang tampan, bagaimana mungkin dia yang masih berduka diperlakukan seperti itu?

Selain itu, dia tidak jauh lebih tua dari Navier.

Pada usia yang sama, sangat menyakitkan karena seseorang memiliki harapan baru, sementara yang lainnya akan menjadi masa lalu yang suram.

Ekspresi sedih Christa membuat dayangnya hampir menangis bersamanya.

Christa menatap kosong pada gambar di dinding di kejauhan.

Setelah sekian lama. Christa akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.

Dia telah membuat keputusan tegas.

“Pergi ke Compshire sekarang berarti menerima akhir hidupku. Aku akan tinggal di sana menunggu kematianku tanpa tujuan apa pun.”

"Ratu! Tidak, itu tidak akan terjadi!”

“Selama rumor itu beredar, tidak ada yang akan berubah jika aku pergi ke Compshire. Rumor itu akan mengikutiku. Jika aku pergi seolah-olah aku melarikan diri, rumor itu bisa semakin menguat.”

Berbicara dengan suara tenang, Christa mencengkeram roknya dan menurunkan pandangannya.

Apa yang dia rencanakan sekarang akan sangat berisiko.

Tapi dia tidak ingin kehilangan segalanya tanpa melakukan apa-apa. Setidaknya dia ingin bertarung.

Di bawah kelopak mata yang setengah tertutup, matanya bersinar terang.

“Karena sudah begini, aku harus memanfaatkan rumor itu.”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Di malam hari, alih-alih pergi ke kamar pengantin, aku meletakkan semua dokumen di atas meja di kamarku dan mulai bekerja.

Aku kesulitan berkonsentrasi karena pikiranku terus terbayang-bayang akan kamar pernikahan, tetapi sekarang aku merasa sangat frustasi terhadap Heinley jadi aku tidak ingin melihat wajahnya.

Meskipun pikiranku terbagi, aku mencoba berkonsentrasi sebisa mungkin pada pekerjaanku.

Untungnya, perlahan-lahan aku bisa kembali berkonsentrasi.

Tapi tiba-tiba, aku mendengar ketukan dari pintu kamar pengantin.

Satu-satunya yang diizinkan berada di kamar tidur itu adalah Heinley dan aku, jadi itu pasti Heinley.

Alih-alih menjawab, aku dengan sengaja membalik kertas itu sambil mencelupkan pena ke dalam wadah tinta.

Namun, dia terus mengetuk pintu.

– Tok-tok-tok-tok-tok-tok-tok-tok-tok-tok-tok-tok-tok-tok!

Bukannya berhenti, dia mulai mengetuk secara berirama.

Mau lihat siapa yang menang? Aku pasti tidak akan membuka pintu. Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan.

Aku mendengus dan meraih pena lagi.

Tetapi sulit untuk mengabaikan kebisingan itu saat bekerja.

Akhirnya, aku mengambil dokumen-dokumen itu dan keluar pelan-pelan dari kamarku, pindah ke kamar cadangan di seberang koridor.

Kamar cadangan jarang digunakan, tetapi tetap bersih dan memiliki meja untuk digunakan.

Aku meletakkan dokumen-dokumen itu di atas meja dan duduk di kursi.

Namun, karena jarak antara meja dan pintu sangat jauh, aku juga sulit berkonsentrasi karena aku merasa gugup karena membelakangi pintu.

Aku tidak punya pilihan selain pindah lebih dekat ke pintu.

Ketika aku meletakkan bantal di dekat pintu dan duduk di atasnya, aku akhirnya merasa sedikit nyaman.

Setelah meletakkan dokumen-dokumen itu di pangkuanku dan membuka pintu sedikit dengan hati-hati, aku merasa lebih nyaman.

Bagus, jadi aku bisa mencari tahu apakah Heinley keluar dari kamarnya.

“…”

Tetapi tidak peduli berapa lama aku menunggu, Heinley tidak kunjung keluar.

Mungkinkah dia… masih mengetuk pintu?

Aku tidak bisa mendengar apa pun dari sini, jadi aku tidak tahu.

Saat aku melihat-lihat dokumen, aku merasakan kekhawatiran yang aneh.

Bagaimana jika dia mengetuk pintu begitu lama sehingga tangannya patah? Atau merobek kulitnya?

Saat itu aku mengumpulkan semua dokumenku, dan membuka pintu untuk kembali ke kamarku.

"!"

Jantungku berdetak kencang ketika aku melihat Heinley berdiri di depan pintu.

Kapan dia keluar? Bukankah aku selalu memperhatikannya?

Melihatnya kebingungan, Heinley bergumam dengan ekspresi tertekan,

“Apakah kamu sangat membenciku, Ratuku? Sampai-sampai lari jauh-jauh ke sini?”

"Aku tidak melarikan diri, aku punya terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan ..."

Ketika aku mencoba menjelaskan mengapa aku ada di sini, sesuatu terbersit di dalam diriku.

Mengapa aku tidak pergi ke kamar pernikahan?

Jika aku mengeluh, 'Kamu bilang aku berat,' aku akan terlihat seperti gadis kecil yang terobsesi dengan hal-hal sepele.

Pada akhirnya, aku ragu-ragu lantas membuat alasan dengan niat lain,

“Kamu melukai dirimu sendiri karena jatuh dari kuda. Aku berasumsi dalam keadaan itu kamu akan merasa tidak nyaman jika aku berbaring di sebelahmu.”

“Ratuku. Kau kan tahu tidak terjadi apa-apa padaku, kau melakukannya dengan sengaja, bukan? Apakah kau mengerjaiku?”

"Memangnya siapa yang duluan mengerjai."

Kataku tajam, berbalik dan menuju kamarku. Heinley mengikutiku dan bersikeras.

“Aku minta maaf atas aktingku yang buruk. Aku hanya ingin mendapatkan perhatian Ratuku, meskipun dengan melakukan itu.”

Aku benar-benar... ingin memukul dan mencium mulut itu. Kenapa dia berbicara begitu manis?

Ketika aku menatap mulutnya, Heinley ragu-ragu dan dengan cepat menambahkan,

"Tentu saja, itu tidak berarti aku tidak melakukan kesalahan."

"Itu sudah jelas."

"Apakah kamu sangat marah, Ratuku?"

"Tidak semarah itu. Selain itu, bukan aktingmu yang buruk yang membuatku merasa tersinggung.”

"Benarkah?"

“Pikirkan baik-baik. Meskipun aku tidak tahu apakah hati nuranimu akan seberat aku.”

"!"

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 261                

>>>             

Chapter 263

===

Daftar Chapters 


No comments:

Post a Comment