Chapter 202: Penderitaan Kapmen (1)
Penerjemah: Shira Ulwiya
"Uh begitu ... baguslah," gumam
Christa dengan senyum pahit setelah mengetahui bahwa salah satu komandan Kesatria
Supranasional datang untuk melayani Navier. Dia bahkan mengatakan bahwa Navier
adalah penyelamatnya.
Sebagai Ratu Kerajaan Barat, dia juga berpikir
bahwa ini adalah hal yang baik untuk negaranya. Namun, dia benar-benar kesal
karena bukan dia orangnya.
Setelah berpikir sejenak, Christa pergi ke
taman bunga yang dia rawat sendiri dan memerintahkan dayang-dayangnya,
“Buatlah keranjang bunga dengan bunga-bunga
itu dan berikan pada Navier.”
"Astaga. Apakah Anda ingin mengiriminya
hadiah lebih dulu?”, para dayang bertanya dengan marah.
Sebagai musuh potensial Christa, dayang-dayang
Christa sejak awal tidak menyukai Navier. Dan setelah bawahan Navier dengan
terang-terangan menghina salah satu dari mereka, mereka benar-benar membenci
Navier dan dayang-dayangnya.
Mereka tidak percaya bahwa dia ingin mengirim
hadiah kepada Navier.
“Mengapa Anda melakukan ini, Ratu?”
“Suka atau tidak, itu tidak masalah.”
“Yang Mulia ...”
“Selama Navier tidak melakukan kesalahan apa
pun, sebagai mantan ratu, aku harus menunjukkan keramahan kepada ratu saat
ini,” Christa menghela napas dan menambahkan, “Selain itu, salah satu komandan
Kesatria Supranasional datang ke sini untuk berada di sisinya. Apa gunanya
bertengkar?"
Akhirnya, salah satu dayang dengan enggan
mulai memetik bunga kesayangan Christa dan menaruhnya di keranjang.
Sementara dia membuat keranjang bunga, dayang-dayang
lain terus berbicara dengan Christa tentang Navier.
"Ratu, tidak ada gunanya bagi Anda mencoba
bergaul dengannya."
"Betul sekali." yang lain
menambahkan, "Orang itu sudah menganggap ratu sebagai musuh."
"Apa Anda tidak mendengar bahwa dia
menghubungi Nona Mullaney?"
Christa mengerutkan kening saat dia tanpa daya
memainkan pita di keranjang bunga.
“Nona Mullaney?”
Kandidat kedua belas untuk menjadi Ratu Heinley.
Wanita muda itulah yang memberi tahu Christa
di hadapannya bahwa dia harus meninggalkan istana kerajaan karena dia bukan
lagi ratu.
Adapun Christa, dia pastinya tidak
menyukai orang itu.
Tapi apakah Navier memanggilnya?
“Navier mencoba untuk menarik Lady Mullaney ke
pihaknya.”
Christa menghela napas lagi, bergumam dengan
ekspresi kaku, "Navier benar-benar melihatku sebagai musuh..."
"Betul sekali. Kalau tidak, dia akan
tetap diam sampai acara
pernikahan, memanfaatkan kecerdasannya untuk kepentingan
negara.”
"Jika dia memanggil Nona Mullaney, itu
berarti dia ingin menyingkirkan Christa."
“Anda harus melakukan sesuatu, Ratu.”
Para dayang mendesak Christa dengan gelisah.
Christa bukan satu-satunya yang kehilangan
kekuasaan sejak kedatangan Navier. Para dayang ratu juga mengalami hal yang
sama.
Jika Heinley menikahi seorang wanita muda dari
Kerajaan Barat, mereka akan berada dalam posisi yang lebih baik daripada
sekarang, karena tidak ada wanita muda yang dapat melampaui pengaruh mereka
dalam masyarakat kelas atas.
Selain itu, Raja Heinley adalah seorang
playboy. Seorang playboy yang bisa memiliki lusinan selir di masa depan.
Ratu yang menikah karena alasan politik akan
kesepian dan terpinggirkan. Tanpa hati raja atau kekuasaan dalam masyarakat
kelas atas, dia hanya akan menjadi ratu sebatas gelar saja.
Pada saat itu, para dayang mendengus kesal,
"Anda harus melakukan sesuatu tentang ini, Christa."
“Meskipun tidak mungkin untuk
menyingkirkannya, setidaknya Anda harus menaklukkannya.”
"Anda tidak boleh membiarkan wanita itu
mengambil posisi Anda di masyarakat kelas atas."
Christa tersenyum sedih dengan wajah pucat dan
menjawab, “Apa yang harus aku lakukan? Jika hubungan kami buruk di depan umum,
negara dan orang lain akan menertawakan kami. Yang Mulia tidak akan suka jika aku
memusuhi dia secara pribadi. Lagi pula, aku bahkan tidak punya kewenangan
sekarang ... "
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Sementara Nian sedang berbincang dengan para
dayang. Viscount Langdel sendiri tiba-tiba datang menemuiku.
“Ratu Navier.”
Mata Viscount Langdel berkedut ketika dia
menatapku, lalu dia dengan canggung berlutut untuk menyapaku.
"Aku tidak menyangka akan melihatmu di
sini," kataku padanya.
Dia ragu-ragu seolah tidak tahu harus berkata
apa.
Aku hendak bangkit dari tempat dudukku untuk
membantunya berdiri, tetapi Viscount Langdel menggelengkan kepalanya dan
berkata,
"Saya datang untuk membalas kebaikan Anda."
Aku tidak melakukannya dengan harapan dia akan
membalas budi padaku, tetapi alih-alih menolak, aku menerima tawarannya,
"Terima kasih."
Meskipun aku tidak yakin apa yang dapat
dilakukan Viscount Langdel untuk membantuku, aku sudah bersyukur memiliki
orang-orang yang dekat denganku di negara asing seperti ini.
“Aku sangat senang kau dan Lady Nian ada di
sini. Itu sudah cukup bagiku.”
Namun, ternyata 'pembalasan budi’ Viscount
Langdel jauh melebihi harapanku.
“Saya telah memimpin kesatria saya ke sini.
Tolong izinkan kami menjadi kesatria pribadi Anda,” pintanya.
Viscount Langdel datang dengan para kesatria?
Itu mengejutkanku.
Viscount Langdel adalah seorang bangsawan
tanpa wilayah. Meskipun dia memiliki rumah besar di ibu kota, tidak ada
bangsawan tanpa wilayah yang dapat membangun pasukan pribadi hanya dengan
sebuah rumah besar.
Tapi Viscount Langdel memiliki kesatrianya
sendiri ...
Aku mengetahui apa yang dia maksud dari
seorang petugas yang dikirim oleh Heinley setelah Viscount Langdel dan Nian
pergi.
Para kesatria yang dipimpin oleh Viscount
Langdel bukanlah kesatria pribadi biasa, tetapi Kesatria Supranasional.
“Ksatria Supranasional!” teriak Mastas.
Dia melompat kegirangan begitu mendengarnya.
“Saya selalu ingin bertanding dengan mereka! Baguslah!"
"Nona Mastas, itu sikap tidak sopan kepada
Ratu," tegur salah salah satu dayangku.
Dia menepisnya, "Menurut saya itu bukan
sikap tidak sopan, saya bisa diam-diam meminta duel tidak resmi."
Mastas tertawa terbahak-bahak. Dayang-dayang
lain mencoba menenangkannya sementara dia bertanya-tanya butuh berapa hari untuk
melawan mereka satu per satu setiap dua hari sekali.
Duduk di sofa, aku bergumam, dipenuhi dengan
kegembiraan, "Aku menerima lebih dari yang aku berikan."
Rose juga bertanya dengan ekspresi gembira,
“Tapi Yang Mulia, Lady Nian, tidakkah dia datang sebagai dayang Anda? Seperti Countess
Jubel dan Laura?”
Aku menjawab sambil tertawa, "Nian tidak
bisa bekerja sebagai dayang."
Nian suka bersosialisasi. Dia adalah seorang
wanita yang menarik perhatian masyarakat kelas atas dan itu membuatnya merasa
hidup.
Menjadi dayang pasti akan membatasi jumlah
orang yang bisa dia temui.
Betapapun terhormatnya posisi ini, itu tidak
cocok untuknya.
Mungkin memikirkan hal yang sama, Laura dan
Countess Jubel, yang mengenal Nian dengan baik, tertawa terbahak-bahak.
Namun, saat kami tertawa dan mengobrol, tamu
lain datang.
Setelah bertemu teman-teman dari Kekaisaran
Timur satu demi satu, aku ingin melihat apakah orang ini juga dari Kekaisaran
Timur, jadi aku cepat-cepat berkata, "Biarkan dia masuk."
Tamu itu memang dari Kekaisaran Timur. Namun,
dia bukanlah seorang teman.
Aku kenal wajahnya, tapi…
"Navier, saya datang untuk memberi Anda
salam atas perintah Yang Mulia Kaisar."
Begitu tamu itu berbicara, wajah Laura dan
Countess Jubel membeku.
Tamu itu tersenyum getir seolah-olah dia telah
mengantisipasi suasana ini.
Lalu dia memelintir bibirnya seolah ingin
mengatakan sesuatu kepadaku.
Melihat ini, aku meminta dayang-dayangku untuk
mundur dan bertanya, "Untuk apa sebenarnya kamu datang kemari?"
Asumsiku bahwa dia datang untuk tujuan lain
ternyata benar.
Tamu itu dengan cepat mengeluarkan sesuatu
dari sakunya dan mengulurkannya kepadaku.
Itu adalah sebuah surat.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment