Thursday, January 13, 2022

Remarried Empress (#295) / The Second Marriage

 



Chapter 295: Yang Penting Adalah Dia Menyukainya (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Sesuatu yang disiapkan sebelumnya adalah yang paling baik.

Begitu juga dengan ulang tahun Heinley. Memang masih beberapa bulan lagi, tetapi aku mulai memikirkan hadiahnya.

Heinley bersikeras untuk mandi bersama, tetapi itu tidak mungkin.

Di pesta teh, para bangsawan pasti akan bertanya kepadaku, 'Hadiah apa yang Anda siapkan untuk Yang Mulia?'

'Aku akan mandi dengan Yang Mulia. Aku akan menjadi hadiahnya, basah dan tertutup gelembung.’ Aku tidak bisa menjawab begitu, kan?

Hanya dengan memikirkannya saja itu sudah sangat senonoh.

Aku tidak asal tebak. Para bangsawan ingin menghindari memberikan hadiah yang sama denganku, jadi mereka pasti akan menanyakan ini padaku.

Aku benar-benar membutuhkan hadiah yang dapat aku bicarakan dengan percaya diri ketika seseorang bertanya kepadaku hadiah apa yang telah aku siapkan untuk Heinley…

Hadiah yang asli, hadiah yang bisa aku ceritakan kepada orang lain… Kira-kira apa ya?

Setelah berpikir lama, akhirnya aku memutuskan.

Kue. Buatkan dia kue ulang tahun.

Ketika aku membuatkan telur dadar untuknya, Heinley sangat senang.

Aku tidak akan memberinya sekadar kue sebagai hadiah, tetapi aku tahu dia akan sangat senang jika aku menambahkan kue ke hadiahnya.

Memikirkan ekspresi cerianya saja membuatku merasa senang. Aku mengusap dadaku dengan satu tangan saat aku mencoba menenangkan jantungku yang berdebar kencang.

Setelah aku mengambil keputusan, aku tahu dengan jelas apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Meminta bantuan ibuku. Aku akan membuatkan kue untuknya dengan gaya Kekaisaran Timur, gaya Keluarga Troby.

Ketika ayahku, saudara laki-lakiku dan aku berulang tahun, ibuku akan memanggang kue untuk kami potong di pagi hari.

Itu sangatlah aneh. Ibuku tidak suka memasak, tetapi dia selalu membuat kue untuk ulang tahun kami, dan itu sangat lezat. Aku ingin Heinley mencobanya juga.

Kebetulan, ibuku masih bersamaku di istana kekaisaran. Bukankah itu bagus? Jadi aku segera pergi ke ibuku dan meminta resep kue.

“Resep kue?”

Mata ibuku sedikit melebar mendengar permintaanku, seolah-olah dia tidak tahu mengapa aku menginginkan ini. Tak lama kemudian, ibuku tersenyum lebar.

"Kamu tidak suka memasak, Navier."

“Ini untuk ulang tahun Heinley, ibu. Aku ingin itu menjadi kenangan khusus seperti halnya bagi kami.”

“Heinley sangat mencintaimu. Dia tidak ingin kamu memasak untuknya jika kamu tidak menyukainya.”

“Ibu, Heinley kan tidak tahu. Lagipula, bukannya aku tidak suka memasak.”

Aku hanya memilih untuk tidak melakukannya.

Ibuku memasang ekspresi acuh tak acuh mendengar kata-kataku.

"Yah. Aku tidak tahu apakah kamu perlu melakukan itu.”

Tapi setelah aku berulang kali menanyakan resep kue spesialnya, dia akhirnya mengalah, mengeluarkan secarik kertas dan menulis sesuatu dengan detail.

"Selesai. Lakukan saja apa yang tertulis di sini.”

Bahan-bahan dan langkah-langkah yang harus diikuti tertulis di atas kertas.

"Terima kasih."

Setelah berterima kasih kepada ibuku beberapa kali, aku meminjam dapur Heinley, dan berlatih membuat kue.

Aku mengocok campuran itu sampai lenganku kelelahan dan kemudian membuat krim kocok.

Namun, kue yang sudah jadi rasanya sangat berbeda dari kue ibuku.

Aku mencoba beberapa kali lagi, tetapi hasilnya tetap sama.

Akhirnya, aku kembali ke ibuku untuk memintanya membuatnya.

“Ibu, rasa kuenya tidak sama seperti milikmu.”

"Apakah kamu melakukannya persis seperti yang aku tulis?"

"Aku mengikuti langkah-langkah dan bahan-bahannya dengan sama persis, tetapi rasanya benar-benar berbeda.

“…”

Aku mengembalikan resep yang dia berikan kepadaku dan bertanya,

"Ibu, bisakah kamu menunjukkan padaku cara membuatnya?"

Ibuku melihat resep yang kuberikan kembali padanya dengan ekspresi dingin. Dia tampak seperti akan membuka mulutnya dan berkata, 'Kamu bahkan tidak bisa membuat ini...?'

Tapi tidak peduli berapa lama aku menunggu, ibuku tetap diam.

"Ibu?"

Ketika aku memanggilnya karena aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ibuku menghela napas dan mengaku.

“Sebenarnya, kue itu dibuat oleh koki.”

Apa?

Kata-katanya sangat mengejutkan sehingga aku pikir aku salah dengar.

Siapa yang membuat kue itu? Si koki?

"Bu, ibu tidak membuat kue itu untuk ulang tahun kami ..."

"Tidak, koki yang membuatnya."

Aku menatap ibuku kebingungan. Ibuku masih memiliki ekspresi kosong, tetapi dia tidak menatap mataku. Kemudian dia menoleh ke samping, dan bertanya padaku seolah-olah itu normal,

"Navier, kamu ingin melihat Yang Mulia dengan senang hati memakan 'kuemu sendiri', kan?"

"Ya, bu."

“Cari kue yang lezat dan bilang kamu membuatnya sendiri. Itu yang harus kamu lakukan.”

“…”

"Coba pikirkan. Makan kue hambar yang dibuat olehmu, atau makan kue lezat yang menurutnya dibuat olehmu. Apa yang akan membuat Yang Mulia lebih bahagia?”

Pada akhirnya, ibuku tersenyum dan menepuk punggungku, mengatakan kalau aku harus merahasiakannya dari ayahku.

***

Sementara Navier dikejutkan oleh kebenaran yang baru dia ketahui, Tim Bizzarri tiba di ibu kota Kekaisaran Timur setelah berangkat beberapa hari sebelumnya dari Kekaisaran Barat.

Pirence Danju dari Tim Bizzarri, memasuki markas Perusahaan Jasa Dagang.

"Selamat datang!"

Orang-orang dari Perusahaan Jasa Dagang, yang telah dia hubungi sebelumnya, menyambutnya dengan sopan.

Tetapi mereka tampaknya tidak melakukannya untuk menghormati Tim Bizarri; sebaliknya, mereka menyambutnya dengan kesopanan yang berlebihan untuk menunjukkan kehebatan Perusahaan Jasa Dagang.

Setidaknya itulah yang dirasakan Pirence Danju.

“Haha, terima kasih atas keramahannya!”

Namun, meski merasa tidak nyaman, Pirence Danju tidak menunjukkannya sama sekali. Sebaliknya, dia meninggikan suaranya dan tertawa seolah dia sangat bahagia.

Biasanya, dia akan berkata dengan nada sarkasme, 'Mengapa kalian tidak bersikap normal?', tetapi hari ini dia punya sesuatu yang penting untuk dilakukan.

Itu adalah permintaan rahasia.

Sebenarnya permintaan itu sendiri tidak terlalu sulit, tapi dia gugup karena itu dari Permaisuri Navier.

"Presiden sedang menunggumu di ruang tamu."

Saat dia melihat ke dalam, sekretaris Presiden Perusahaan Jasa Dagang mendekat dan dengan ramah membimbingnya masuk.

Ketika dia memasuki ruang tamu, dia melihat Presiden Perusahaan Jasa Dagang duduk di meja dengan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk rapat tergeletak di atasnya.

Keduanya bertukar salam dan sedikit berbasa-basi.

Tak lama setelah itu, mereka membahas sejumlah masalah dengan tujuan mencapai kesepakatan pada pertemuan ini.

Menjelang akhir, Presiden Perusahaan Jasa Dagang dari Kekaisaran Timur memberinya surat perjanjian hutang dengan imbalan pembelian permata khusus dari Kekaisaran Barat.

"Hmm…"

Pirence Danju menerima surat perjanjian hutang itu, dan memeriksanya dengan cermat. Itu untuk memverifikasi keasliannya.

Dia biasanya bersikap seperti ini, jadi Presiden Perusahaan Jasa Dagang menyesap minumannya sedikit, meskipun dia tersinggung.

Namun, seiring berjalannya waktu perilakunya ternyata berbeda dari biasanya. Danju memeriksa surat perjanjian hutang itu lebih lama dibanding biasanya.

"Apakah ada masalah?"

Presiden Perusahaan Jasa Dagang bertanya, kesal.

"Ah, maaf."

Danju merasa waktunya tepat, jadi dia segera melakukan apa yang diminta Permaisuri Navier.

“Aku harap kamu tidak tersinggung. Aku melakukan ini karena belakangan ini aku mendengar banyak kasus surat perjanjian hutang palsu.”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 294         

>>>             

Chapter 296

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#294) / The Second Marriage

 



Chapter 294: Yang Penting Adalah Dia Menyukainya (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Di dalam kotak itu ada kalung permata yang berharga. Itu adalah kalung Evely yang seharusnya diambil Rashta di Istana Selatan. Sovieshu tadinya berniat memberikan itu padanya, tetapi dia sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga dia melupakannya.

“Coba lihat.”

Penyihir istana dengan sopan menerima kotak yang diserahkan oleh Sovieshu dengan kedua tangannya.

Penyihir itu memeriksa kalung itu seperti anjing lapar sementara Sovieshu memperhatikan tatapannya dengan saksama.

Akhirnya, rona wajah penyihir istana menjadi cerah.

“Saya tidak tahu apakah ini kalung Evely, tapi ini jelas mengandung mana.”

"Ambil itu dan tanyakan pada Evely apakah itu miliknya."

"Ya."

"Jika itu miliknya, pinjamlah darinya untuk mempelajarinya."

“Dan jika itu bukan miliknya…”

Sovieshu teringat Rashta, yang bertanya apakah dia memberikan kalung ini kepada Evely, dan menjawab dengan sederhana,

"Ya, itu miliknya."

Dia terdengar percaya diri. Penyihir istana membungkuk pada Sovieshu dan pergi. Lalu pergi ke Evely.

Evely dengan cemas menunggu penyihir kembali ke laboratoriumnya dengan asistennya yang lain, dan mendekat begitu dia masuk.

“Apa yang Mulia katakan? Apakah dia akan membantuku?”

"Ini, lihat sendiri."

Penyihir itu mengulurkan kotak itu. Evely mengambilnya dengan cepat dan berteriak saat melihat kalung itu. Dia sangat senang sehingga dia bahkan menginjak lantai dengan keras, dan bertanya,

"Bagaimana Anda mendapatkannya begitu cepat?"

“Sepertinya Yang Mulia telah memungutnya.”

"Apa? Ini?"

Mengapa Kaisar memungut kalung yang hilang di Istana Selatan? Evely merasa aneh, tetapi tidak menanyakan detailnya. Dia mengira-ngira apa yang terjadi hanya dengan memikirkannya sedikit, tetapi dia tidak ingin mengkonfirmasi fakta yang tidak menyenangkan ini.

“Bagaimanapun juga, ini bagus, Evely. Jika kalung ini benar-benar telah memulihkan manamu, maka kamu bisa mendapatkan sisanya kembali!”

Inilah yang benar-benar penting sekarang.

Ketika penyihir istana berseru dengan penuh semangat, Evely mengepalkan tinjunya dan mengangguk,

"Ya!"

"Penyihir lain mungkin juga bisa mendapatkan kembali mana mereka."

Evely meletakkan tinjunya di dadanya. Jantungnya berdegup kencang. Dia sangat senang.

Bagi seorang penyihir kehilangan mana sangat menyakitkan dan menyedihkan. Evely mengetahui hal ini dengan sangat baik, jadi dia ingin membantu para penyihir yang berada dalam situasi yang sama.

"Aku harap begitu."

Setelah kata-kata dari Evely ini, asisten penyihir istana lain, yang mengulurkan tangan untuk mengambil kalung itu, tiba-tiba berteriak kesakitan.

Evely tertegun dan melihat ke arahnya. Asisten senior terayun seolah disambar petir.

"Asisten Senior?"

Sebelum dia sempat bertanya, 'Apa yang terjadi padamu?' Dia jatuh ke lantai dengan bunyi gedebuk. Itu terjadi dalam sekejap mata. Suara kepalanya membentur tanah bergema keras, seperti pohon tua yang tumbang.

“Asuya!”

Penyihir istana berlari ketakutan ke muridnya dan mengguncang bahunya dengan putus asa.

“Asuya! Ada apa? Hei!"

Penyihir istana berulang kali meneriakkan nama muridnya lantas dengan gugup meletakkan tangannya di atas meja. Tanpa pikir panjang, dia mengambil beberapa buku dan meletakkannya di bawah kepala muridnya. Dia membuka kancing yang menyesakkan dan menggulung lengan bajunya, tapi dia masih tidak sadarkan diri.

"Evely, panggil dokter!"

"Ya!"

Evely, terkejut dan bingung, bergegas keluar dari laboratorium.

Batu mana di kalung itu, yang terlempar ke tanah, bersinar dan berubah gelap, tetapi baik Evely maupun penyihir istana tidak melihat pemandangan itu.

Murid yang jatuh itu bangun setelah seharian penuh.

Meski kepalanya terbentur keras saat terjatuh, untungnya tidak terjadi apa-apa padanya. Ada memar di sekitar tulang belikatnya, tapi itu juga tidak parah.

Kenyataan yang mengerikan menantinya. Dia kehilangan mana-nya.

Dia sudah cukup kompeten untuk menjadi asisten penyihir istana, dan sangat berminat pada sihir. Namun, dalam waktu sesingkat ini, semua mana miliknya telah lenyap.

“Tidak mungkin!”

Asisten itu pingsan lagi karena terkejut.

Setelah diberitahu tentang kejadian itu, Sovieshu segera mengunjunginya dan melakukan yang terbaik untuk menghibur asisten yang putus asa itu.

Asisten itu merasa tersentuh oleh dukungan langsung dari kaisar, tetapi dia tidak bisa berhenti jatuh ke dalam keputusasaan. Baginya, yang telah hidup sebagai penyihir sepanjang hidupnya, dia merasa hampa karena kehilangan mana.

Sovieshu berjanji pada asistennya,

"Aku pasti akan mencari tahu penyebabnya dan mengembalikan manamu."

Bahkan, dia mengerjakannya tanpa henti sejak hari itu.

Pertama-tama dia mengirim Evely dan penyihir istana, serta asisten lainnya, untuk mendengar versi masing-masing tentang apa yang terjadi.

Meskipun mereka semua menyaksikan hal yang sama, masing-masing akan mengingatnya dari sudut pandang mereka sendiri. Oleh karena itu, Sovieshu bermaksud untuk menyusun laporan objektif dari berbagai sudut pandang.

Setelah mencapai kesimpulan ini, Sovieshu memanggil Evely lagi. Dia telah membawa kalung yang menyebabkan kejadian ini, jadi dia harus mengklarifikasi dari mana asalnya.

"Siapa 'tepatnya' yang memberimu kalung itu?"

"Dekan."

"Dia tidak mengatakan sesuatu yang istimewa ketika dia memberikannya padamu?"

“Dia hanya mengatakan kalau memakai kalung mana bisa membantuku merasakan mana…”

Setelah Evely pergi, Sovieshu memanggil salah satu sekretarisnya dan memerintahkan,

“Pergi ke akademi untuk berbicara dengan dekan. Temukan tentang asal usul kalung Evely.”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 293          

>>>             

Chapter 295

===

Daftar Chapters 


Sunday, January 9, 2022

Remarried Empress (#293) / The Second Marriage

 



Chapter 293: Memakan Umpan (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Ketika Heinley memandang wanita itu dengan heran, Marquis Ketron semakin puas.

'Dia anak nakal yang kurang ajar. Ini tidak akan terjadi jika dia mendengarkanku sebelumnya.' Marquis Ketron bergumam sinis, meskipun dalam hati.

Akan lebih menyenangkan jika permaisuri hadir pada kesempatan ini, tetapi dia tidak dapat menghadiri pertemuan dewan negara karena dia terlalu sibuk dengan hal-hal lain.

Dengan setiap langkah yang diambil wanita itu ke tengah-tengah ruangan, dia menarik lebih banyak perhatian dari mereka yang hadir.

Tidak seperti yang diharapkan Marquis Ketron, Heinley bersikap seolah-olah dia mengenal wanita itu,

"Lama tidak bertemu, Lady Aliya."

"Nama saya Meliya, Yang Mulia."

"Lupakan bagian itu."

Namun, Marquis Ketron menganggap situasi ini jauh lebih baik.

Melihat mereka memiliki percakapan yang ramah di depan semua orang, orang-orang akan lebih percaya pada cinta lama antara Heinley dan wanita itu.

"Yah. Lady Meliya. Apa yang membawamu kemari?"

Ketika Heinley bertanya dengan tenang, Marquis Ketron menggigit bibirnya untuk menyembunyikan senyumnya.

"Saya datang ke sini karena sebuah janji dengan Marquis Ketron."

Tetapi setelah mendengar jawaban wanita itu, suasana hati Marquis Ketron yang tadinya baik berkurang setengahnya.

'Omong kosong apa yang dia katakan ...! Meskipun benar kalau aku membawanya ke sini, bagaimana dia bisa secara terang-terangan mengatakan kalau akulah yang mendorongnya untuk melakukan ini!’

Tatapan Heinley jatuh pada Marquis Ketron.

"Apa yang dia janjikan padamu?"

“Sulit untuk mengatakannya di sini. Saya dapat memberi tahu Anda persis apa yang dia janjikan kepada saya secara pribadi. Tapi dia tidak menepati janjinya, dia memaksa saya melakukan hal-hal absurd yang membuat saya kesal dan kemudian dia membuang saya. Itu sebabnya saya di sini.”

Marquis Ketron tercengang. Apa yang wanita ini sedang bicarakan?

Wanita itu bersikap seolah-olah ada semacam kesepakatan antara dirinya dan Marquis.

Perhatian mereka yang hadir beralih ke Marquis Ketron ketika mereka mendengar kata-kata penting ini.

Marquis tidak tahan lagi dan melangkah maju, berbicara dengan nada setenang mungkin,

“Wanita muda itu mengaku sebagai wanita simpanan Yang Mulia Kaisar. Saya beranggapan itu mungkin benar, jadi saya berjanji untuk membawanya ke hadapan Yang Mulia. Saya pikir saya telah menepati janji saya dengan membawanya ke sini. Tapi sepertinya nona muda itu tidak berpikiran sama.”

Begitu dia selesai berbicara, wanita itu bergegas ke Marquis Ketron, berteriak, "Pengkhianat!"

Tapi para kesatria menghentikan wanita itu sebelum dia bisa mencapai Marquis.

"Apa-apan kamu ini!?"

Marquis Ketron berteriak marah, dan wanita itu berseru sambil menunjukkan lambang Keluarga Ketron.

“Kamu berjanji padaku, kamu bahkan memberiku ini, apakah kamu mencoba untuk menganggapku sebagai wanita gila di depan Yang Mulia? Kamu benar-benar kejam!”

Telinga Marquis Ketron memerah ketika orang-orang yang hadir mulai bergumam.

Marquis mengatupkan giginya. Dia bisa menunjukkan kalung dengan lambang Pangeran Heinley kepada semua orang, tetapi dengan begitu semua menjadi jelas kalau dia telah mendorongnya untuk melawan Heinley.

Begitu Pertemuan Dewan Negara selesai, Marquis Ketron mendekati wanita itu dengan marah.

"Apa yang kamu lakukan?"

Wanita itu tersenyum acuh tak acuh dan menjawab,

“Aku melakukan apa yang kamu inginkan. Hanya saja aku mengarahkan ke arah lain.”

Dia memiliki sikap yang sangat tenang dan percaya diri. Dia tampak sangat yakin dengan tindakannya, bahkan tidak takut menimbulkan kehebohan di Pertemuan Dewan Negara.

Kembali ke rumah, Marquis Ketron menyadari kalau dia telah jatuh ke dalam jebakan dan segera pergi ke kantor Heinley.

“Apakah itu jebakan Yang Mulia? Wanita itu adalah bawahan Anda?”

Mendengar kata-kata memaksa dari Marquis Ketron, mata Heinley membelalak lebar seolah berkata, 'Apa yang kamu bicarakan?'

Dia memiliki ekspresi bingung sehingga Marquis Ketron berpikir sejenak, 'Apakah aku salah?'

Marquis Ketron terdiam karena ketidakpastian.

Tetap dengan ekspresi itu, Heinley mengeluarkan lambang Keluarga Ketron dari sakunya.

"Itu dia!"

Masih dengan mata terbelalak, Heinley mengulurkan lambang itu tiga kali di depan wajah Marquis, dan tersenyum lebar saat dia memasukkannya kembali ke dalam sakunya.

“Yang Mulia!”

“Banyak yang penasaran. Mereka ingin tahu apa sebenarnya hubungan antara wanita itu dan Marquis Ketron, apa yang dijanjikan Marquis padanya, dll. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku harus menjawabnya, Marquis?”

Marquis Ketron menggertakkan giginya dengan marah. Tapi dia tidak bisa menjawab.

Heinley mengedipkan mata padanya dan menepuk bahunya dua kali.

"Sementara aku memikirkan jawaban apa yang harus kuberikan, kamu juga harus memikirkan perilakumu mulai sekarang."

Heinley bergumam dan pergi lebih dulu. Sementara itu, marquis berteriak dan menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai.

Saat McKenna berdiri di koridor menunggu Heinley, dia mendecakkan lidahnya saat mendengar teriakan itu datang dari kantor.

“Lagi-lagi dia mencoba menyakiti Yang Mulia, dia seharusnya bersyukur dia masih utuh. Benar-benar idiot, kan?”

“Sihir, keluarga, bakat sebagai diplomat, aku tidak akan segan untuk menggantinya jika dia tidak memiliki salah satu dari ketiganya. Sayang sekali."

Heinley juga mendecakkan lidahnya dan menyerahkan lambang itu kepada McKenna,

"Ini akan menjadi kesempatan terakhirnya."

Heinley kemudian mengakui pekerjaan hebat dari Kesatria Pengawal Kekaisaran yang telah melemparkan tombak ke Marquis Ketron dan menjaga rumah wanita itu selama berminggu-minggu.

* * *

Lagi-lagi, Viscount dan Viscountess Isqua mengganggu Evely.

Dia diundang ke pesta teh oleh tamu-tamu terhormat di Istana Selatan, tetapi mereka juga ada di sana.

Viscount dan Viscountess Isqua tampak sangat sopan, mungkin karena orang-orang yang hadir di tempat itu, tetapi mereka sesekali menggoda Evely.

Burung dengan bulu yang sama selalu terbang bersama, bahkan mereka yang selalu baik pada Evely pada akhirnya juga seorang bangsawan, jadi ketika Viscount dan Viscountess Isqua membuat lelucon yang menghina status Evely, mereka malah tertawa bukannya menghentikan mereka.

Evely menyadari kalau kebaikan para tamu terhormat di Istana Selatan tidak setulus yang dia kira. Mereka hanya bersikap seperti bangsawan berstatus tinggi yang memberi sedekah kepada 'orang biasa yang baik'.

Merasa tertekan, Evely kembali ke kamarnya dan membuka pita di bagian atas gaunnya dengan satu tangan seolah-olah akan merobeknya.

Setelah menanggalkan pakaian seolah-olah melepas mantel yang menyesakkan, dia bergegas ke kamar mandi.

Saat dia mandi, Evely menyadari kalau dia kehilangan kalung yang selalu dia kenakan.

“Kalungku!”

Evely keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk, tanpa mengeringkan dirinya sepenuhnya, dan mencarinya di antara pakaiannya, di bawah tempat tidur, di bawah permadani, dll.

Tapi kalung itu tidak bisa ditemukan.

Setelah berpakaian, dia kembali ke pesta teh, tapi itu juga tidak ada di sana.

“Ck!”

Evely mendecakkan lidahnya, kembali ke kamarnya dan menggebrak meja.

Dia selalu memakainya. Dia tidak tahu kapan, di mana, atau bagaimana kalung itu hilang. Menyadari kalung itu tidak ada di kamarnya, dia berpikir mungkin dia tidak kehilangan kalung itu hari ini.

Evely yang sangat marah tiba-tiba menyadari sesuatu yang aneh.

'Hah?'

Evely menjadi tenang dan memeriksa mana di tubuhnya sendiri.

Dia bisa merasakan mana, bagaimana mana beredar dalam tubuhnya, sedikit memang, tapi mananya telah kembali.

'Bagaimana bisa?'

Ketika dia mengenakan kalung itu, dia tidak merasakan apa-apa tidak peduli seberapa keras dia mencoba memeriksanya sebelum tidur.

Dia tidak tahu alasannya saat itu, tetapi setelah memeriksanya sekarang, tampaknya mana yang telah kembali ke tubuhnya sangatlah sedikit sehingga terkubur di bawah mana dalam kalung itu, sehingga tidak dapat dibedakan.

Namun, karena sekarang dia tidak memiliki kalung itu, dia tahu kalau mananya telah kembali.

Evely melompat kegirangan, dan berlari ke penyihir istana.

“Penyihir! Mana-ku kembali!”

SipPenyihir, yang menyuruhnya agar tidak berlari di koridor Istana Kekaisaran, berteriak dengan gembira. Keduanya saling berpelukan dengan penuh kegembiraan.

Penyihir istana butuh beberapa saat untuk kembali sadar dan bertanya dengan heran,

"Bagaimana bisa? Kapan kembalinya?”

"Aku tidak tahu. Kalung yang aku kenakan adalah kalung mana. Aku juga tidak tahu persis kapan mana-ku kembali karena kalung itu menekannya.”

"Kalung mana?"

"Ya."

"Apakah kalung itu mengembalikan manamu?"

"Aku tidak tahu."

Evely menggelengkan kepalanya dengan sedih.

“Selain itu, aku kehilangan kalung itu. Aku tidak tahu apakah itu dicuri atau aku menjatuhkannya.”

"Aku akan berbicara dengan Kaisar agar bawahannya mencarinya di semua tempat."

Penyihir istana meyakinkan asistennya yang pintar. Kemudian, dia langsung pergi ke kantor Sovieshu, menceritakan apa yang terjadi dan bertanya,

“Jadi Yang Mulia, tolong kirim bawahan Anda untuk mencari di setiap sudut Istana Kekaisaran untuk menemukan kalung Evely. Jika kalung itu benar-benar membantu Evely mendapatkan kembali mana-nya, itu mungkin juga membantu menyelesaikan fenomena penurunan penyihir.”

Sovieshu mengangkat alisnya, mengeluarkan sebuah kotak kecil dari laci dan mengulurkannya padanya,

“Apa mungkin ini?”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 292            

>>>             

Chapter 294

===

Daftar Chapters