Tuesday, March 9, 2021

Remarried Empress (#150) / The Second Marriage (Ep. 71)

 


Chapter 150: Pertemuan di Kerajaan Barat (1)

 

“Apakah Anda akan benar-benar bercerai, Yang Mulia?”

“Aku memang bilang begitu.”

Wajah Sovieshu tampak yakin. Marquis Karl meninggalkan ruangan dengan ekspresi muram, dan kembali sekitar 15 menit kemudian dengan beberapa dokumen di tangannya. Itu adalah dokumen permohonan perceraian dari Imam Besar.

Sovieshu meletakkan dokumen itu di tengah mejanya, mencelupkan penanya ke dalam wadah tinta, dan menatap kertas itu.  Bahkan sekarang, Marquis Karl sangat berharap Sovieshu akan berubah pikiran.

“…”

Tapi tidak ada perubahan. Ujung pena melayang di atas kertas. Setetes tinta hitam jatuh ke lembaran putih, dan Sovieshu segera mulai menulis alasan perceraian. Dia menulis bagaimana Koshar Lilder Troby mendorong Rashta ketika dia hamil, bagaimana dia menculik dan menyerang Viscount Roteshu, dan bagaimana dia menyuap pasangan suami-isteri bangsawan untuk berpura-pura menjadi orang tua Rashta. Sovieshu berusaha mengakhiri semuanya dengan mengusir Koshar, tapi pria itu terus mengejar Rashta dan bayinya setelah itu. Sovieshu harus melindungi kehidupan janin di rahim Rashta.

Akhirnya, Sovieshu meletakkan pena itu, menutup matanya, dan mengangkat kepalanya. Wajah pucat Permaisuri setelah dia pingsan muncul di benaknya. Hatinya terasa berat seperti batu, dan perasaan cemas dalam dirinya tumbuh.

‘Apa ini pilihan yang tepat?’

“Yang Mulia.”

Suara Marquis Karl menyadarkannya dari lamunan, dan Sovieshu membuka matanya. Setelah memasukkan surat cerai ke dalam amplop, dia menyegelnya dengan lilin dan mencap segelnya. Dia dengan cepat mengulurkan surat itu kepada Marquis Karl, seakan-akan surat itu akan meledak. Marquis menerimanya dengan kedua tangannya, tapi dia ragu-ragu untuk meninggalkan ruangan dan bergumam tidak jelas.

“Pergilah. Antarkan itu.”

Marquis Karl terus bergumam setelah menerima perintah, dan Sovieshu menatapnya dengan tatapan bertanya. Marquis mengumpulkan keberaniannya dan berbicara.

“Yang Mulia, apakah Anda benar-benar perlu melakukan ini? Mungkin Anda perlu lebih banyak waktu untuk berpikir….”

“Bukankah aku melakukan ini karena aku tidak punya waktu?”

“Permaisuri masih muda. Masih belum dapat disimpulkan bahwa dia tidak subur.”

“Semuda-mudanya dia, dia tidak melahirkan bayi selama bertahun-tahun.”

Sovieshu menutup matanya dengan ekspresi sedih.

“Tanpa bayiku, penerus takhta berikutnya adalah Grand Duke Lilteang. Tapi kenyataannya, putranya, Sheir, kemungkinan besar yang akan naik takhta.”

“Tuan muda Sheir…”

Marquis Karl tidak dapat menyelesaikan perkataannya.

Grand Duke Lilteang adalah orang yang ambisius, tetapi dia menyadari kemampuannya sendiri dan tidak terlalu berminat terhadap takhta. Meskipun putranya Sheir adalah anak laki-laki yang baik, keinginan lemahnya menyebabkan dia mudah dipengaruhi. Jika Sheir menjadi kaisar, dia akan menjadi penguasa yang paling tidak tegas dalam sejarah, sementara ayahnya akan memegang kendali kekuasaan di belakang putranya. Itu adalah situasi yang dapat dengan mudah mengarah pada korupsi.

“Tapi Yang Mulia. Mungkin Permaisuri akan segera memiliki bayi. Kita bisa menunggu beberapa tahun lagi, dan jika memang tidak ada, Anda bisa mencari penerus takhta yang baru.”

“Selama itu, anak pertamaku akan tumbuh. Bagaimana jika anak sulung itu terluka oleh kenyataan bahwa adik mereka yang jauh lebih muda adalah pewaris takhtanya?”

“….”

Sovieshu melambaikan tangan.

“Seperti yang dirumorkan. Permaisuri tidak subur.”

Marquis Karl ragu-ragu sebelum bertanya.

“Kenapa Anda begitu yakin?”

Dia terus bertanya-tanya bagaimana itu mungkin. Dia tahu bahwa Sovieshu bermimpi menjadi seorang ayah, tetapi Marquis Karl tidak dapat memahami mengapa dia begitu yakin Permaisuri Navier mandul.

Sovieshu sepertinya hendak menjawab pertanyaan itu, tetapi kemudian dia menggelengkan kepalanya.

“Kirimkan surat itu. Bagaimanapun juga, aku harus memberi tahu Imam Besar secara pribadi.”

‘Bahkan jika Anda berbicara dengan Imam Besar, saya tidak dapat mendengar alasannya saat Anda berbicara dengannya.’

Marquis Karl memikirkan kata-kata ini dalam hati, tetapi dia tidak bisa mengatakannya dengan keras, dan pergi meninggalkan ruangan.

***

Viscount Roteschu tidak mengunjungi Rashta selama beberapa minggu. Viscount telah diculik dan diserang oleh Koshar, telinganya telah dipotong, dan dia harus berbaring di tempat tidur sepanjang hari untuk perawatan. Tapi tidak peduli seberapa terampil mobil medis tersebut, telinganya tidak dapat diselamatkan.

“Aku lega gendang telinga ayah tidak terluka. Hanya kena daging luarnya.”

“Telingaku terpotong, dan menurutmu itu kabar baik!”

“Ini lebih baik daripada cedera gendang telinga.”

“Akan lebih baik jika tidak pernah dipotong sama sekali! Dasar berengsek, keluar! Keluar!”

Alan meremas anaknya dalam pelukannya saat Viscount Roteschu mengumpat padanya. Dia khawatir ayahnya tampak setengah gila, sementara Viscount Roteschu berbaring di tempat tidur, terengah-engah dengan marah.

“Ayah, apa ayah tidak ingin memeluknya?”

“Keluar! Keluar!”

Alan mengira Viscount Roteschu akan merasa lebih rileks jika dia memeluk cucunya, tetapi dia segera meninggalkan ruangan ketika wajah Viscount Roteschu berubah menjadi ungu seperti ubi. Saat Alan berjalan menggendong bayinya yang menangis, pikirannya beralih ke Rashta.

Dia ingin menunjukkan bahwa bayi mereka mirip dengan Rashta…

Tiba-tiba, dia bertemu Rivetti yang membawa semangkuk sup ke atas tangga.

“Apa yang kamu lakukan?”

“Aku pergi mengunjungi Ayah.”

“Dengan gumpalan itu? Biarkan saja dia. Itu hanya akan membuat Ayah merasa lebih buruk.”

“….’Gumpalan’ itu adalah keponakanmu.”

“Maafkan aku. Tetapi ketika aku melihat wajahnya, aku tidak dapat memikirkan hal yang baik.”

“Rivetti.”

“Aku bisa mencintainya sebagai keponakan. Tapi dia tidak mirip denganmu – dia terlihat seperti pinang dibelah dua dengan Rashta.”

Rivetti mendesak dan melewati Alan dengan semangkuk sup di tangannya. Alan menghela napas dan mencium dahi manis bayinya. Saat dia menuruni tangga, dia mendengar teriakan tiba-tiba dari kamar Viscount Roteschu. Penasaran, Alan kembali menaiki tangga dan masuk ke kamar tidur ayahnya lagi.

“Ayah?”

Viscount Roteschu gemetar sambil menatap koran.

“Ayah? Apa ayah baik-baik saja?”

Alan menyodorkan bayi itu ke pelukan Rivetti dan mendekati ayahnya.

“Ayah? Apa ayah merasa waras?”

“Dasar bocah! Tentu saja aku waras!”

Setelah memastikan Viscount tampak baik-baik saja, Alan menggendong bayi itu kembali.

“Apa masalahnya? Aku mendengar suara seperti babi dicekik.”

Viscount Roteschu melemparkan koran itu ke putranya, dan koran itu jatuh lemas di bahunya. Alan mengambil koran itu, meletakkannya di atas meja, dan membukanya dengan satu tangan.

Apa yang membuat ayahnya sangat marah? Tidak banyak berita yang menarik di koran itu – toko roti yang sedang naik daun bernama Bala dan Haley, iklan tentang penjahit dan desainer, skandal keluarga…. Seperti biasa.

“Hah?”

Alan berhenti di satu bagian. Ada cerita tentang bagaimana dua pasangan suami-isteri mengaku sebagai orang tua selir dari rakyat biasa itu. Kedua pasangan suami-isteri itu adalah bangsawan.

“Orang tua bangsawan?”

Alan bergumam sendiri dengan takjub. Aritkel itu jelas tentang Rashta. Orang tua bangsawan?

Viscount Roteschu menendang selimutnya dengan marah.

“Tidak mungkin! Mustahil bocah itu memiliki orang tua bangsawan!”

Alan menoleh ke ayahnya.

“Apa ayah tahu siapa orang tua Rashta?”

“Aku tahu orang tua itu palsu! Mereka penipu!”

Viscount Roteschu terengah-engah saat dia bangun dari tempat tidur.

“Ayah, ayah belum boleh bangun!”

Rivetti terlalu takut untuk menghentikannya, dan Viscount Roteschu berteriak memanggil seorang pelayan.

“Ambilkan pakaianku! Aku harus pergi ke istana!”

“Ayah!”

“Orang tua bangsawan? Itu konyol. Aku ingin tahu dari mana asal para penipu itu. Atau mungkin mereka dibayar untuk menjadi orang tua palsu!”

 

 

 <<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters  


Remarried Empress (#149) / The Second Marriage (Ep. 71)

 


Chapter 149: Dua Pasangan Suami-Isteri (2)

 

Pada saat yang sama Rashta mengadakan pertemuan yang menyenangkan dengn Duke Elgy, Sovieshu tenggelam dalam pemikiran yang serius. Sovieshu juga tahu bahwa semua orang akan menganggap pasangan bangsawan yang dibawa oleh Baront Lant itu palsu. Namun, ironisnya, pasangan Blue Bohean tampil lebih kredibel. Kisah seorang gadis bangsawan miskin yang dipertemukan kembali dengan orang tuanya lebih menarik daripada seorang selir yang identitasnya berubah. Jika dilakukan dengan benar, semua orang akan tergila-gila pada ceritanya.

Masalahnya adalah…. Sovieshu menjadi bahan tertawaan karena kejadian ini. Dia memejamkan mata karena rasa pusing yang berputar-putar di kepalanya. Mengikuti jejak ayahnya justru membawa bencana. Bahkan Permaisuri Navier menertawakannya.

“Yang Mulia…”

Baront Lant memandang dengan gugup. Dia merasa bersalah, karena dialah yang menyewa pasangan palsu itu.  

Setidaknya itu bukan salahnya. Para menteri diminta untuk menyerahkan agenda ke Dewan Negara, tetapi Duta Besar Lingall tidak menyebutkan tentang orang tua Rashta. Baron Lant juga tidak melakukannya, tapi itu demi efek dramatis. Dia menyesali perbuatannya. Jika saja dia menuliskannya di agenda… Duta Besar Lingall mungkin akan menanyainya terlebih dahulu. Kaisar tidak akan dipermalukan di depan umum.

“Tidak apa-apa.”

Sovieshu jauh dari baik-baik saja, tetapi dia berbohong demi pelayannya yang setia. Namun, nada kelelahan terdengar dari suaranya.

Sovieshu, yang matanya terpejam sedari tadi, perlahan membuka matanya. Tidak ada lagi kebingungan di sorot matanya, hanya ada resolusi dalam mengambil keputusan. Baront Lant dan Marquis Karl saling bertukar pandang, tetapi mereka tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Kaisar.

“Baront Lant.”

“Ya, Yang Mulia.”

“Pasangan suami-isteri yang kamu bawa. Di mana mereka ditahan?”

“Mereka sebenarnya bukan penjahat, jadi mereka dikurung di lantai pertama menara barat. Begitu juga dengan pasangan suami-isteri yang satunya.”

Terlepas dari namanya, menara barat tidak terletak di sisi barat kompleks istana. Awalnya di barat, tetapi dengan penambahan istana pusat, penggunaannya juga berubah. Menara barat paling sering digunakan untuk sementara waktu menampung bangsawan yang dicurigai dan diperbolehkan untuk diinterogasi.”

“Ayo pergi.”

Sovieshu bangkit dari kursinya, dan Baront Lant serta Marquis Karl segera menyusulnya. Namun, setelah tiba di menara barat, Sovieshu memasuki lantai pertama sendirian, meninggalkan dua orang lainnya.

Pasangan palsu yang dibeli oleh Baront Lant berlutut meminta maaf ketika Sovieshu membuka jendela yang terpasang di pintu.

“Kasihanilah kami, Yang Mulia! Kami juga tertipu!”

“Baront Lant mengatakan itu adalah keinginan Anda agar kami menjadi orang tua Rashta!”

“Kami tidak pernah bermaksud untuk menipu!”

Sovieshu melirik ke bawah kepada kedua bangsawan yang meratap. Mereka tidak terlalu mirip – pipi mereka kurus, dan berkulit pucat. Itulah mengapa Sovieshu memutuskan untuk membuat kesepakatan dengan mereka. Dia membuka mulutnya, menilai bahwa pasangan suami-isteri itu akan mengikuti kata-katanya.

“Nama orang yang menipumu….”

“Itu Baront Lant! Baront Lant!”

“Apakah Koshar Lilder Troby?”

“Apa?”

Pasangan itu dibuat kebingungan oleh kata-kata Kaisar. Meskipun mereka tidak terlibat dekat dengan masyarakat kelas atas, mereka mengetahui informasi dasar. Koshar Lilder Troby adalah kakak laki-laki Permaisuri, dan pewaris keluarga Troby.

“Tidak, saya tidak mengerti…”

“Pikirkan baik-baik.”

“Tidak, itu pasti Baront Lant.”

Sovieshu dengan dingin mengetuk jeruji di jendela.

“Pikirkan lagi.”

Ketika pasangan itu menyadari keinginan Kaisar, mereka tampat terkejut. Kaisar mencoba menyalahkan saudara Permaisuri.

Pasangan itu bertukar pandang ketakutan. Mereka adalah orang-orang biasa dan sopan, dan berbohong berarti saudara laki-laki dan keluarga Permaisuri akan menderita. Pasangan itu bahkan menyukai Permaisuri, tetapi jika hidup mereka dipertaruhkan, mereka akan mengutamakan diri mereka sendiri. Tidak peduli seberapa baik Permaisuri, itu tidak ada artinya bagi mereka jika mereka mati.

“Iya. Betul sekali.”

“Kalau dipikir-pikir, itulah namanya.”

“Bagaimana dengan wajahnya?”

“Dia….”

“Rupawan. Persisi seperti Permaisuri.”

“Ya, benar.”

“Bagaimana dengan matanya?”

“Biru…”

“Warnanya hijau. Bagaimana dengan warna rambut?”

“Berambut pirang!”

“Ya, dia memiliki rambut pirang gelap.”

Pasangan itu berpegangan tangan satu sama lain sambil gemetaran. Bagaimana mereka bisa terlibat dalam masalah ini? Mereka hanya melakukan apa yang biasanya dilakukan bangsawan yang bangkrut. Mereka pikir mereka hanya perlu meminjamkan nama mereka, mengumpulkan uang, dan hidup damai. Berbohong itu menyakitkan dan menyedihkan. Tapi mereka punya lebih banyak alasan untuk takut.

“Bersaksilah di depan umum.”

“A – Anda akan mengampuni kami?”

“Apa yang ditawarkan Koshar sebagai imbalan atas kebohongan kalian?”

“Dia menawarkan untuk memberi kami uang.”

“Aku akan memberi kalian lima kali lipat dari jumlah itu.”

“!”

“Koshar memeras kalian untuk berbohong. Jika kalian berhasil menjadi orang tua Rashta, dia akan memberi kalian perintah nantinya. Namun, ketika dia diasingkan, kalian tidak sempat mendengar apa yang dia perintahkan. Benar?”

“Iya! Betul sekali! Iya!”

Sovieshu meninggalkan “orang tua palsu” itu, dan begitu dia kembali ke kamarnya, dia memanggil Marquis Karl.

“Bawakan aku surat cerai.”

Marquis Karl tercengang. Meskipun Sovieshu telah mengutarakan niatnya untuk bercerai sebelumnya, Marquis tidak berharap itu terjadi begitu tiba-tiba.

  

 <<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters  


Remarried Empress (#148) / The Second Marriage (Ep. 70 - 71)

 


Chapter 148: Dua Pasangan Suami-Isteri (1)

 

Itu adalah hari pertemuan bulanan Dewan Negara. Banyak menteri senior dan anggota komite berkumpul di istana, dan sementara Kaisar diwajibkan untuk hadir, tugasku sebagai permaisuri sedikit berbeda. Kehadiranku di pertemuan itu tidaklah wajib, dan aku hadir hanya ketika tugas dan urusanku sendiri termasuk dalam agenda.

Aku memeriksa jadwalku hari ini dan ternyata aku punya waktu luang. Namun, setelah setengah jam berpikir, aku memutuskan untuk menghadiri pertemuan, dan mengirim pesan untuk menginformasikan majelis.

Aku tahu Sovieshu akan segera menceraikanku, tetapi situasinya terlalu tenang, itu membuatku merasa gelisah. Mungkin dia akan mengumumkan perceraiannya hari ini.

‘Apakah McKenna kembali ke Heinley?’

Bagaimana reaksi Heinley? Sekarang setelah semuanya menjadi rumit, apakah dia akan menyerah untuk menjadikanku ratunya? Atau apakah dia mencoba mencari cara lain untuk bertukar kabar?

Aku tenggelam dalam pikiranku saat berjalan menyusuri koridor, dan tahu-tahu, aku sudah tiba di aula tempat pertemuan itu diadakan. Sovieshu menatapku ketika aku masuk, tetapi kemudian memalingkan muka tanpa menyapaku.

‘Dia berpura-pura menyesal. Tapi dia menunjukkan sifat aslinya begitu aku menolak hadiahnya.’

Alih-alih melambaikan tangan padanya, aku duduk di kursiku dan menatap lurus ke depan. Kadang-kadang, aku merasakan pandangan sekilasnya ke arahku , tetapi aku tidak balik melihatnya. Kami sama sekali mengabaikan satu sama lain selama pertemuan, dan bahkan selama istirahat.

Saat pertemuan digelar kembali, suasana menjadi semakin canggung. Giliran pertama adalah Lord Palme, yang menyebut-nyebut tentang kakakku.

“Setelah Lord Koshar pergi ke ibu kota, Seribu Bandit Abadi bangkit kembali. Mereka menyebarkan tirani mereka, dan bahkan para pedagang tidak lagi datang ke Palme. Mohon, Yang Mulia, sudi memusnahkan para bandit itu.”

Lord Palme tidak berbicara tentang pengusiran kakakku, tetapi wajah Sovieshu segera menjadi suram mendengar nama kakakku disebut. Para bangsawan yang peka memberi peringatan kepada Lord Palme melalui tatapan mereka, tetapi karena keamanan tanah dan rakyatnya sendiri yang dipertaruhkan, dia hanya memandang Kaisar Sovieshu dengan penuh semangat.

“Aku akan menyelidikinya.”

Sovieshu menjawab dengan suara keras. Setelah itu, seorang bangsaan lainnya naik.

“Yang Mulia.”

Baront Lant tidak ada di agenda berikutnya, tapi dia mengangkat tangannya dan melangkah maju. Hatiku menjadi dingin. Baront Lant adalah sekretaris Sovieshu. Apakah dia akan menjadi orang yang pertama membicarakan perceraian saya?

Aku mencengkeram lengan tahta dengan erat. Sovieshu, yang biasanya memecat baron karena berbicara sembarangan, bertanya kepadanya, “Ada apa?” Kecemasanku semakin menguat.

“Ini tentang orang tua Rashta.”

Namun, Baron Lant mengangkat topik tentang Rashta, bukan aku.

“Orang tua?”

“Iya. Ada pasangan yang mengaku sebagai orang tuanya.”

Sovieshu mencondongkan tubuh ke depan dengan tertarik.

“Siapa mereka?”

Baront Lant melihat sekeliling, lalu berbicara.

“Mereka dari Keluarga Kalen.”

Aku tahu tentang mereka. Mereka adalah keluarga yang mapan dua generasi sebelumnya, tetapi ketika para pangeran memperebutkan takhta, mereka mendukung pangeran yang salah dan akhirnya terguling. Jadi Rashta berasal dari keluarga itu?

“Apakah itu benar?”

“Saya tidak tahu. Saya harus memverifikasi keakuratannya.”

“Aku harap itu benar.”

Sungguh waktu yang tepat bagi kemunculan orang tua bangsawan Rashta ketika Sovieshu akan menceraikanku. Sulit untuk tidak tertawa sinis saat mendengarkan Sovieshu dan Baron Lant berbicara.

Jadi Sovieshu akan memberi Rashta orang tua bangsawan. Sebagai seorang anak, dia benci ketika ayahnya, kaisar sebelumnya, melakukan ini. Tidak masuk akal melihat Sovieshu sekarang melakukan hal yang sama persis.

“….”

Aku memperhatikan telinga Sovieshu memerah. Apakah kami sedang memikirkan hal yang sama?

‘Tapi dari perspektif berbeda…. Seberapa besar dia mencintai Rashta sehingga dia bersedia melakukan drama yang tidak dia sukai?’

Aku pikir dia akan menjaga keyakinannya.

“Saya akan membawa pasangan suami-isteri itu kepada Anda nanti.”

Baron Lant melangkah mundur, dan yang hadir bergumam satu sama lain menyaksikan peristiwa mendadak yang ganjil ini. Beberapa mengira ini tipuan yang diatur oleh Sovieshu, sementara yang lainnya mengira itu nyata.

Sovieshu memberi isyarat kepada orang berikutnya dalam antrian. Orang berikutnya adalah Duta Besar Lingall dari negara Blue Bohean. Ekspresi wajahnya terlihat bingung, dan dia terus menengok ke belakang ke arah Baront Lant. Langkahnya melambat saat dia mendekati singgasana.

‘Ada apa dengannya?’

Perilakunya yang tidak biasa segera menarik perhatianku. Ketika dia akhirnya membuka mulut untuk berbicara, aku tahu kenapa.

“Saya …. mmm, Yang Mulai Kaisar. Sebenarnya, pasangan suami-isteri di Blue Bohean datang menemui saya beberapa hari yang lalu dan menceritakan kisah yang aneh.”

“Cerita yang aneh?”   

 “Yang Mulia, Nona Rashta, selir Anda, tampaknya adalah putri pasangan itu yang telah hilang.”

“…..”

Untuk sesaat, ekspresi Sovieshu berubah menjadi sangat bingung seperti eskpresi seekor rakun. Aku mengatupkan rahang dan menggigit bibir. Deru tawa pelan keluar dari mulut para menteri. Baront Lant menatap duta besar dengan mata terbelalak, yang sepertinya menyadari bahwa dia berada dalam situasi bermasalah.

“Itu … mmmm. Pasangan itu juga bangsawan.”

Aku melirik ke arah Sovieshu.

“Rashta pasti punya enam orang tua.”

Aku berbicara cukup pelan sehingga hanya dia yang bisa mendengarnya, lantas telinganya memerah.

Aku menoleh ke depan lagi, sementara para menteri lainnya berjuang menahan tawan mereka. Aku bertanya-tanya bagaimana ini bisa terjadi. Sovieshu dengan gugup mengetuk lengan kursinya.

“Salah satu pasangan suami-isteri itu pasti penipu. Mungkin keduanya. Bagaimanapun, para penjahat itu tidak akan bisa melarikan diri. Kurung mereka semua!”

***

“Apa? Itu benaran terjadi?”

Rashta, yang merasa depresi sejak kejadian dengan burung biru itu, pergi mengunjungi Duke Elgy. Dia tertawa gembira ketika Duke Elgy menceritakan apa yang terjadi di pertemuan itu.

“Kamu tidak boleh tertawa.”

Dia langsung menjadi malu.

“Rashta mengerti. Apakah keduanya orang suruhanmu?”

“Tidak. Aku menyuap pasangan suami-isteri dari Blue Bohean itu.”

“Ah, yang kamu ceritakan pada Rashta…”

“Iya.”

Rashta berteriak “Terima kasih!”, tapi kemudian dia segera mengerutkan kening.

“Apakah orang yang dibawa Baront Lant itu penipu?”

Duke Elgy tersenyum.

“Mereka penipu yang dibeli oleh kekasihmu.”

“Kekasihku? Ah…!”

Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan.

“Yang Mulia!”

Kaisar telah memberitahunya bahwa dia akan menjadikannya permaisuri, tetapi sejak itu dia tidak melihatnya melakukan tindakan apapun. Dia pasti telah mempersiapkan ini di belakangnya! Rashta sangat tersentuh karena Duke Elgy dan Sovieshu telah melakukan hal yang sama untuknya. Dia tersenyum lantas pipinya merona merah muda.

“Kalian berdua manis. Melakukan ini demi Rashta….”

Duke Elgy tersenyum saat dia menyandarkan lengan ke kursinya. Entah bagaimana dia tampak senang. Rashta memiringkan kepalanya.

“Apa yang terjadi sekarang?”

“Kamu tidak boleh memiliki empat orang tua, jadi satu pasangan suami-isteri itu akan dicap palsu.”

“Yang mana?”

“Yang mana yang kamu inginkan untuk menjadi orang tuamu yang asli?”

“…yang akan dipercaya orang.”

Sudut mulut Duke Elgy terangkat seolah dia menyukai jawabannya.

“Itu jawaban yang benar.”

“Mana yang akan dipercaya orang?”

“Para bangsawan mungkin berpikir bahwa pasangan suami-isteri yang dibawa Baront Lant itu palsu. Orang tua palsu atau pernikahan palsu seringkali digunakan untuk menutupi identitas seseorang. Pasti Kaisar yang melakukan ini.”

“Ah…”

“Tapi pasangan suami-isteri lain muncul, maka kepercayaan mereka akan semakin meningkat. Karena Yang Mulia tidak bisa menyiapkan dua pasangan suami-isteri.”

“Jadi Rashta akan mengatakan bahwa pasangan suami-isteri yang diatur oleh Duke Elgy adalah orang tua Rashta?”

“Nah, bukankah kamu pintar?”

Duke Elgy memberinya senyuman, dan Rashta terkikik sebagai jawaban. Sekarang karena dia memiliki orang tua palsu, dia akan dianggap sebagai wanita bangsawan. Duke Elgy telah memberitahunya bahwa dia perlu mendapat dukungan dari rakyat biasa dan kepercayaan dari dewan untuk menantang permaisuri. Namun, Sovieshu sekarang mengangkatnya ke posisi itu. Semuanya sempurna sekarang. Semuanya…

“Ah, Nona. Ada yang perlu diingat.”

“Rashta harus menenangkan para menteri?”

“Itu masih lama. Yang lain.”

“Apa itu?”

“Maksudku si orang tua palsu.”

“?”

“Kamu harus memperlakukan mereka seperti orang tuamu yang sebenarnya.”

“Apa? Mereka hanya meminjamkan nama mereka demi uang, bukan?”

“Maka orang-orang hanya akan melihat tiruan.”

“!”

“Tujuanmu bukan hanya menjadi selir, tapi seorang permaisuri. Seorang selir dengan orang tua palsu mungkin terlewatkan, tapi latar belakang permaisuri akan diteliti.”

“Ah…”

“Mereka akan memperlakukanmu seperti putri mereka yang telah lama hilang. Perlakukan mereka seolah-olah kamu merindukan mereka dengan cara yang dramatis. Begitulah seharusnya.”

 

 

<<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters