Tuesday, March 9, 2021

Remarried Empress (#147) / The Second Marriage (Ep. 69 - 70)

 


Chapter 147: Pria dengan Mata Tertutup (2)

 

Keesokan harinya kemarahan Sovieshu tidak kunjung mereda, dan akhirnya dia melampiaskannya pada Marquis Karl.

Sekretaris kepala itu datang ke kantor memegang laporan baru tentang ‘Para Penyihir Kehilangan Mana’, dan dia terkejut ketika melihat Sovieshu menyilangkan lengannya dan memasang ekspresi menakutkan.

“Yang Mulia?”

Ekspresi Sovieshu sangat tidak normal sehingga membuat Marquis serta-merta menciut.

“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?”

“Tidak ada. Tidak ada.”

‘Tapi wajahmu…’

Marquis Karl menyampaikan laporannya sambil menatap mata Sovieshu. Kaisar mengambil dokumen itu dengan satu tangan dan membacanya dengan cepat, tetapi ekspresinya tidak membaik sama sekali ketika dia melihat isi laporannya. Marquis Karl diam-diam mencoba meninggalkan ruangan ketika Sovieshu memanggilnya.

“Apakah kamu sudah menemukan sertifikat penjualannya?”

“Sertifikat? Ah ya, sertifikat budak Rashta…”

“Kamu tidak lupa, kan?”

“Tidak.”

Marquis Karl menghela napas.

“Seperti yang Anda ketahui, kami tidak menemukan apa pun pada Permaisuri atau saudara laki-lakinya.”

“Jadi kamu berhenti mencarinya?”

“Tidak. Setelah itu, saya ingat apa yang dikatakan Lord Koshar, dan memeriksa tempat tinggal para kesatria.”

Wajah Marquis Karl semakin muram.

“Tapi itu belum ditemukan.”

Sertifikat penjualan itu memang ada. Itu dikonfirmasi oleh Viscount Roteschu, Lord Koshar, dan perusahaan yang Roteschu percayakan. Tapi Sovieshu bahkan belum melihat secuil pun kertas itu! Mengapa dia bahkan berencana untuk menceraikan Permaisuri?

Ketidakpastian itu tidak akan pernah hilang kecuali sertifikat penjualan itu benar-benar dihancurkan, tetapi sertifikat itu tidak dapat ditemukan di mana pun bahkan setelah mencari di setiap tempat. Sebagai Kaisar, dia dapat menggunakan kekuatannya untuk mencari di setiap rumah warga di Kekaisaran, tetapi memberikan perintah semacam itu sama saja dengan mempromosikan keberadaan sertifikat itu.

“Haaa….”

Sovieshu menghela napas dan menekan jari ke pelipisnya yang berdenyut-denyut. Dia mengerutkan bibir dan menatap dinding, tapi dia tidak bisa menemukan ide apa pun.

“Aku tidak punya banyak waktu. Aku bisa gila.”

Dia harus menyelesaikan perceraian dan pernikahan kembali sebelum Rashta melahirkan bayinya. Permaisuri tidak akan menyerah dengan patuh. Kecemasannya hanya bertambah ketika dia menghitung waktu yang tersisa untuk rencananya.

“Kita perlu menemukan sertifikat itu secepatnya dan menghancurkannya…”

Marquis Karl hanya berdiri di sana tanpa bersuara. Sementara itu, Sovieshu bergumam sembari tenggelam dalam pikirannya sendiri.

“Aku tidak ingin menggunakan metode penutup mata…”

“?”

“Jika aku tidak bisa menghilangkan sertifikat perdagangan itu, maka aku terpaksa melakukannya.”

“Apa yang Anda bicarakan, Yang Mulia?”

“Aku harus menggunakan metode yang sering digunakan kaisar sebelumnya dengan selir mereka.”

Marquis Karl langsung mengerti.

“Anda ingin memalsukan identitas Rashta?”

“Iya. Jika sertifikat penjualan itu muncul, ini adalah satu-satunya cara untuk membantahnya.”

Suara Sovieshu terdengar kasar karena kesal.

“Bawakan aku orang yang tepat dari bangsawan yang sudah bangkrut. Akan lebih baik jika mereka sedikit lebih tua. Tidak masalah apakah mereka pasangan suami-isteri, atau hanya pria atau wanita.”

Metode yang sering digunakan untuk mengubah status selir adalah melakukan pernikahan palsu dengan bangsawan lain. Namun, karena Sovieshu harus menikahi Rashta dalam waktu satu tahun, dia tidak dapat mengambil tindakan tersebut.

“Ya, Yang Mulia.”

“Secepatnya.”

Marquis Karl membungkuk dan meninggalkan ruangan, dan Sovieshu bersandar di kursinya dan menutup kelopak matanya yang berat. Dia masih marah soal burung biru itu. Wajah pucat Permaisuri Navier terus terbayang. Usahanya untuk mewujudkan perceraian ini menyebabkan banyak hal yang tak terduga.

Hanya memikirkannya saja membuatnya merasa tidak nyaman.

***

Setelah amarahku pada Sovieshu yang mengirim burung itu mereda, pikiran tentang McKenna dan burung itu kembali ke benakku. Setelah memikirkannnya, aku memutuskan untuk pergi ke Duke Elgy dan menanyakannya sendiri.

‘Aku ingin tahu bagaimana kondisi McKenna….”

Aku pergi ke istana selatan dan mengetuk pintu kamar Duke Elgy. Tidak ada jawaban. Saat aku mengetuk pintu lagi, sebuah suara menjawab dari belakangku.

“Iya.”

Itu adalah suara yang penuh tawa. Aku berbalik, dan melihat Duke Elgy menggenggam bunga baby’s breath di tangannya.

“Maukah Anda menerimanya?”

Aku melirik wajahnya yang tersenyum saat dia mengulurkan buket bunga. Namun, alih-alih menerimanya, aku justru mengajukan pertanyaan kepadanya.

“Tidak apa-apa. Apakah Sir McKenna ada di dalam?”

 Alih-alih menjawab, Duke Elgy membalas dengan omong kosongnya sendiri.

“Tidak ada yang pernah menolak ini. Saya jadi malu sekarang.”

“…Sir McKenna?”

Kenapa pria ini mempermainkanku? Aku menghela napas dan menerima bunga dengan harapan dia akan menjawabku dengan benar.

“Barusan Anda menerima bunga sambil mendesah? Wow. Ini pertama kalinya aku merasa malu seperti ini.”

“Sir McKenna?”

“Orang yang sangat aneh.”

“Jawab aku.”

“Persis seperti pisau.”

Apakah dia bercanda denganku? Aku memiringkan kepala, dan dia menatapku lantas tertawa. Dia menjawab dengan senyum jahat.

“Apa Anda tahu? Anda memancing jiwa penantang dalam diri saya.”

“….”

“Inikah sebabnya Heinley tertarik pada Yang Mulia?”

“McKenna pasti tidak ada di sini.”

Jika dia benar-benar ada di dalam kamar, dia akan keluar agar tidak terjadi hal merepotkan begini.

Aku mengembalikan bunga itu kepada Duke Elgy alih-alih membalas perkataannya. Entah bagaimana tanganku terasa penuh dengan energi, tapi aku berusaha tidak menunjukkannya. Duke Elgy memegang buket bunga itu, tetapi ketika aku berbalik dan berjalan, dia terus mengikutiku dan mengoceh.

“McKennna tidak terluka separah kelihatannya, jadi dia kembali pulang.”

“Saya berharap Anda memberitahu saya sebelumnya.”

Kenapa pria ini sangat licin? Aku membayangkan seperti apa percakapan antara Duke Elgy dan Rashta. Rashta akan berkata, “Rashta, Rashta,”, dan Duke Elgy akan mengatakan apa pun yang dia inginkan. Apa mereka bisa mengobrol dengan lancar? Aku bertanya-tanya dalam hati.

Namun, aku punya pertanyaan lain. Ini tentang alasan mengapa McKenna ada di sini sejak awal… tetapi jika dia sudah pergi, bisakah aku bertanya pada Duke Elgy?

“Aku ingin bertanya.”

“Silakan saja.”

“Apakah McKenna seekor burung?”

Jika McKenna adalah burung biru seperti dugaanku, Duke Elgy juga pasti mengetahuinya. Laura berkata Duke Elgy memungut burung biru itu dari taman. Duke menjawab dengan cekikian.

“Yah. Hampir tepat, tapi dia bukan burung.”

“Lalu, apakah dia bagian dari Suku Kepala Burung?”

Nama suku itu terdengar seperti umpatan, jadi aku berbicara dengan eskpresi seserius mungkin. Duke tiba-tiba menengadahkan kepalanya dan tertawa. Tawanya sangat keras sampai-sampai aku melihat sekeliling dengan malu. Setelah beberapa saat, tawanya akhirnya mereda.

“Penghinaan baru macam apa itu?”

“Bukan apa-apa.”

Aku merasa malu, jadi aku mengalihkan pembicaraan lantas pergi meninggalkannya.

***

Setelah Permaisuri Navier menghilang, Duke Elgy tersenyum sendiri di dekat pagar tembok. Dia menganggap lucu cara Permaisuri mengatakan “Suku Kepala Burung” dengan ekspresi dingin di wajahnya. Mengapa Heinley tertarik pada orang-orang yang begitu polos dan tidak menarik? Apakah penampilannya yang dia sukai?

Duke Elgy menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya Pemaisuri menanggapi sebuah legenda dengan begitu serius. Dia bergumam pada dirinya sendiri, mengingat cara Permaisuri dengan tenang bertanya tentang suku yang hilang.

“Dia cepat tanggap.”

   


<<<

Chapter 146                   

>>>             

Chapter 148

===

Daftar Chapters  







   

No comments:

Post a Comment