Tuesday, March 9, 2021

Remarried Empress (#146) / The Second Marriage (Ep. 68 - 69)

 

Chapter 146: Pria dengan Mata Tertutup (1)

 

Koshar mendengus kepada bandit itu.

“Tipuan macam apa ini?”

“Ti… tipuan. Ini sungguhan!”

“Jadi, apakah raja mencoba mengajakku berinvestasi pada sesuatu? Apa dia bilang ada prospek yang baik di suatu tempat?”

“Investasi!”

Pria itu memekik cemas dan menunjuk simbol Kerajaan Barat di dadanya.

“Lihat ini! Ini sungguhan.”

Koshar mengamati lambang itu sejenak dan menganggukkan kepala, dan wajah pria itu berubah lega. Akan tetapi, hanya karena simbol itu sungguhan, tidak berarti Koshar peduli bahwa Raja Kerajaan Barat berusaha mencarinya. Dia berkata blak-blakan.

“Aku tidak akan memenuhi panggilan dari Raja Kerajaan Barat. Bahkan jika itu terkait dengan saudaraku.”

“Tapi!”

Koshar masih tidak tampak percaya. Pria itu bersungut-sungut karena frustasi, tapi dia dapat memahami reaksi Koshar itu. Berapa banyak orang asing yang akan mengikutinya jika dia memberitahu mereka kalau raja tetangga sedang mencari mereka? Mungkin jika ini dilakukan dengan cara yang lebih formal, ini mungkin akan lebih mudah dipercayai.

Akan tetapi, pria itu harus bepergian dengan cepat dan secara rahasia, sehingga penampilannya sangat tidak meyakinkan. Meskipun begitu, Koshar terkenal dengan ototnya daripada otaknya, dan pria itu tidak pernah menyangka dia akan bereaksi begini…!

Koshar mendengus dan menarik tali kekangnya. Pada akhirnya, dia tidak pergi, tapi menatap pria itu penuh harap. Ketika pria itu menatapnya dengan bingung, Koshar menjawab.

“Jadi? Bukankah harusnya kamu menunjukkan jalannya?”

“Apa?”

Pria itu tidak menyangka Koshar akan mengikutinya, jadi kenapa tiba-tiba…? Dia menatap kebingungan, tapi Koshar tidak mau repot-repot menjelaskan.

“Ayo. Tunjukkan jalannya.”

Pria itu mulai berjalan di depannya.

“Lewat sini.”

Akan tetapi, Koshar tidak berniat menemui Raja Kerajaan Barat tanpa perlawanan. Dia teringat rumor bahwa Raja Kerajaan Barat jatuh cinta kepada Rashta pada acara perayaan Tahun Baru. Ketika Koshar mengumpulkan informasi untuk mencari tahu kelemahan Rashta, dia mendengar bahwa karena rasa cintanya Heinley sampai-sampai bertengkar di depan umum dengan Kaisar Sovieshu.

Koshar tidak percaya pada Raja Heinley. Tidak peduli seberapa banyak dia memikirkannya, tidak ada alasan bagi Raja Heinley untuk memanggilnya. Akan tetapi, Koshar telah diasingkan dari negaranya, dan dia tidak punya pekerjaan maupun hak. Jadi dia memutuskan untuk menurut. Jika Raja Kerajaan Barat memang benar memanggilnya…

Dia akan membujuk raja itu untuk membawanya ke Rashta.

***

Rashta memandangi bulu-bulu burung biru itu. Dia tidak tahu spesies burung apa itu, tapi dia merasakan aura kebangsawanan darinya. Akan tetapi, ini bukan saatnya mengagumi penampilan burung itu.

“Aku minta maaf.”

Rashta bergumam dan menjulurkan tangannya ke burung itu. Dia mencengkeram bulunya, lantas menarik napas dalam-dalam dan mencabutnya. Burung itu memekik dan terbang karena terkejut, tetapi sangkar itu menghalanginya untuk melarikan diri.

Rashta menjulurkan tangan lagi, mencabut lebih banyak bulunya, burung itu menjerit dan mematuk tangan Rashta dengan paruhnya. Rashta menyentakkan tangannya ke belakang.

Burung itu menatap Rashta dengan tajam. Jika dia memasukkan tangannya ke dalam sangkar lagi, dia mungkin akan terluka. Rashta menarik diri karena dia sudah memiliki cukup banyak bulu, lantas membersihkan bulu-bulu yang bertebaran di lantai dan menyembunyikannya di dalam sarung bantal.

“Aku minta maaf.”

Rashta sekali lagi meminta maaf kepada burung itu.

Terlepas dari rasa bersalahnya, dia bertekad untuk melindungi diri dan bayinya. Meskipun saudara laki-laki Permaisuri yang kejam itu telah diasingkan, keluarganya yang lain masih tetap ada. Terlepas dari janji Sovieshu untuk menjadikan Rashta permaisuri, dia harus menjaga keselamatannya sendiri dengan cara apapun.

Bahkan jika itu berarti dia harus melakukan hal yang mengerikan.

‘Bagaimana aku bisa menjadi seperti ini?’

Ini semua karena sikap permusuhan Permaisuri. Jika Permaisuri dan saudaranya tidak menyerangnya lebih dulu, Rashta yakin dia tidak akan pernah melakukan ini.

Dia duduk di kursi berlengan, meletakkan tangannya di perut, dan terisak.

Beberapa jam kemudian langit menjadi gelap, dan ketika Sovieshu memasuki ruangan, dia masih menangis. Sovieshu tampak kelelahan ketika dia masuk, tetapi ketika dia melihat Rashta, dia seketika menjadi waspada.

“Kenapa kamu menangis?”

Rashta menunjuk ke arah sangkar. Alis Sovieshu terangkat ke atas ketika dia melihat bulu burung yang hilang.

“Kenapa kondisinya begini? Tidak, kenapa kamu punya burung ini?”

“Permaisuri mengembalikan burung itu, lalu Delise mengambilnya dan memberikannya kepada Rashta.”

“Mengapa bulunya seperti ini?”

Sovieshu berjalan ke sangkar, memeriksa lukanya, dan menekan bibirnya dengan kuat seolah-olah dia sedang mencoba meredakan amarahnya.

“Rashta tidak tahu.”

Dia menggelengkan kepala, terisak. Dia merasa bersalah melihat cara burung itu memelototinya, tapi dia berpikir dia bisa menebus kesalahannya dan memelihara burung itu sendiri.

Rashta mengatupkan kedua tangannya dan memohon.

“Yang Mulia, karena sekarang Permaisuri telah membuang burung itu, bisakah Rashta memeliharanya?”

Sovieshu menatap burung itu tanpa memberi jawaban. Dia sangat tersinggung karena hadiahnya dikembalikan dengan cara ini. Rashta memintanya lagi, menyeka air matanya.

“Yang Mulia. Rashta ingin merawatnya. Kasihan burung itu.”

Sovieshu kembali menatap Rashta dan menghela napas lelah.

“Kenapa kamu menginginkan seekor burung yang dibuang orang lain? Aku akan membelikanmu yang baru.”

“Makhluk ini memiliki kehidupan juga. Bagaimana Anda bisa membuangnya?”

“Siapa bilang aku akan membuangnya?”

“Ha? Anda tidak akan membuangnya?”’

“Aku akan memeliharanya.”

“Kenapa Anda hendak memelihara burung yang telah dibuang Yang Mulia?”

Rashta menatap Sovieshu dengan gugup. Reaksinya tidak masuk akal. Dia tidak menyangka Sovieshu akan memelihara sendiri burung itu. Kaisar adalah orang yang memiliki harga diri tinggi, dan dia seharusnya sangat marah karena Permaisuri merusak dan menolak hadiahnya. Kaisar tidak marah seperti yang seharusnya. Apa karena dia masih memiliki perasaan pada Permaisuri? Dia bilang dia akan menurunkannya dari posisinya sebagai Permaisuri. Apakah dia berubah pikiran?

Jika Rashta bisa membaca pikiran Sovieshu, dia akan merasa lega alih-alih cemas. Sovieshu memang marah. Permaisuri pingsan karena burung Pangeran Heinley telah mati, kemudian Permaisuri mencabut bulu dari burung yang dia kirimkan kepadanya. Dia ingin menemui Permaisuri dan bertanya mengapa dia melakukan ini. Memang benar bahwa selama berjam-jam Permaisuri tidak sadarkan diri, Sovieshu merasa ketakutan seolah-olah dia tenggelam dalam air es. Dia takut Permaisuri akan pingsan lagi. Namun, kemarahan yang telah kehilangan arah di tubuhnya telah menyala kembali.

Tanpa sepatah kata pun, Sovieshu mengambil sangkar itu dan meninggalkan kamar Rashta.



>>>             

Chapter 147 

===

Daftar Chapters  


 




 

 

No comments:

Post a Comment