Thursday, August 26, 2021

Remarried Empress (#241) / The Second Marriage



Chapter 241: Aku Mencintaimu. Aku Mencintaimu. Aku Mencintaimu (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Keesokan harinya.

Saat aku berjalan cepat melewati koridor, aku melihat semua jenis kereta kuda melaju di sepanjang jalan putih.

Para tamu kehormatan yang datang ke pesta pernikahan pulang satu per satu.

Orang tuaku akan datang setelah semua orang pulang. Mereka tidak ingin berinteraksi dengan Rashta atau Sovieshu.

Setelah melihat kereta-kereta itu pergi, aku terus berjalan dengan cepat.

Aku ingin pergi ke tempat yang tenang untuk menenangkan pikiranku yang bermasalah. Apa yang terjadi sejak kemarin?!

Namun, ketika aku lewat di dekat istana terpisah, aku melihat rambut hitam yang familier.

Aku berhenti mendadak seolah-olah sebuah tangan keluar dari tanah dan meraih pergelangan kakiku.

Itu adalah Sovieshu.

Dia berdiri di dekat istana terpisah tempat aku tinggal untuk waktu yang lama. Apakah dia pikir aku masih tinggal di sana? Atau…?

Pada saat itu, Sovieshu menoleh ke arahku. Saat mata kami bertemu, dia langsung menghampiriku.

Dia mengenakan setelan yang lebih nyaman dibandingkan dengan yang dia kenakan di pesta pernikahan.

Yah ... Rashta sedang hamil, jadi mereka tidak akan tinggal lebih lama lagi.

Tidak tercium bau alkohol dari dirinya. Sepertinya dia tidak minum minuman keras hari ini.

Aku menyapa Sovieshu seperti layaknya seorang kaisar lain dari negara asing.

"Yang Mulia, apakah Anda akan pulang hari ini?"

Alih-alih menjawab, ekspresi Sovieshu berubah.

Dari tatapannya, dia sepertinya ingin mengatakan banyak hal, tetapi dia tetap diam. Sedangkan aku sendiri, tidak ada yang ingin kukatakan, jadi aku juga tidak berbicara.

Setelah terdiam seperti ini selama beberapa saat, aku akhirnya berkata,

"Tidak ada yang bisa dikatakan, jadi saya akan pergi."

Di masa lalu aku selalu berusaha tersenyum ketika aku berada di samping Sovieshu di depan pandangan orang lain. Kaisar dan permaisuri harus terlihat akur saat bersama.

Sama halnya ketika Sovieshu membawa Rashta. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa aku tidak memiliki harga diri, tetapi aku tetap tersenyum di samping Sovieshu.

Demikian halnya, sekarang aku tidak bisa terus diam di depan Sovieshu karena orang lain mungkin bisa salah memahami situasinya.

Meskipun aku tidak akan menolak kaisar dari kerajaan yang kuat tanpa alasan, aku juga tidak ingin membuat suasana sedih dan tidak menyenangkan dengan mantan suamiku.

Namun, Sovieshu memanggilku dengan suara lirih.

"Navier."

Dia mungkin hendak mengatakan sesuatu, kalau tidak dia tidak akan memanggilku.

Aku berhenti dan menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.

'..Baiklah, jika dia punya sesuatu untuk dikatakan, silakan ...'

Untungnya, salah satu kelebihanku adalah menunjukkan ekspresi yang dingin, tenang, dan acuh tak acuh.

Setelah lama ragu, Sovieshu akhirnya mengajukan pertanyaan.

“Navier. Setiap orang… membuat kesalahan, kan?”

Apa maksudnya mengatakan ini? Apakah dia mencoba mengatakan bahwa dia menceraikanku karena kesalahan?

Menurutku bukan itu yang dia maksud. Aku harap tidak. Bukankah kejam jika dia hampir menghancurkan hidupku karena kesalahan?

“Kesalahanku adalah dengan arogan merencanakan semuanya sendiri. Aku seharusnya memberitahumu. Maaf aku tidak melakukannya.”

"!"

Bergerak sedikit lebih dekat ke arahku, Sovieshu bertanya,

"Apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkanmu kembali?"

Matanya, yang lebih kering dari biasanya, tampak seperti batu permata kasar.

Tapi apa yang harus aku katakan?!

“Meskipun hubungan kita sebagai suami istri benar-benar hancur, kau tetaplah kaisar di negara asalku. Jadi jagalah baik-baik Kekaisaran Timur, seperti yang selalu kau lakukan.”

Aku berbicara dengan suara setenang mungkin.

Bahkan jika dia menceraikanku karena kesalahan, atau lebih buruk lagi, bahkan jika dia menceraikanku karena efek dari ramuan cinta Grand Duke Kapmen, tidak ada jalan untuk kembali sekarang.

Sovieshu tersenyum tak berdaya, seolah dia mengharapkan jawaban ini.

Aku tidak punya saran untuk diberikan kepada Sovieshu. Tidak seperti Rashta, kami telah mempelajari segalanya bersama. Tentu saja, dia tahu sebanyak yang aku tahu. Dia hanya harus berpikir jernih.

Namun, aku bisa tahu dari kata-katanya selanjutnya bahwa dia terguncang.

"Aku mencintaimu."

Aku menatapnya dengan heran, dia sepertinya telah menerima hantaman keras di kepalanya.

"Apa kamu bercanda?!"

Sebuah suara kasar keluar dari diriku tanpa sadar.

Aku tidak bisa menahannya.

Apa dia mencintaiku sekarang?!

Aku bisa mengerti jika dia ingin aku kembali karena dia membutuhkan bantuanku. Pasti melelahkan untuk melakukan semua pekerjaan yang biasa kami bagi.

Tapi dia bilang dia mencintaiku? Kepadaku? Dan tepat setelah merayakan pernikahanku?

Alih-alih mengatakan sesuatu yang lain, Sovieshu mengulanginya,

"Aku mencintaimu."

Aku merasa tercekik.

Aku menatapnya bahkan tidak bisa bernapas sebelum akhirnya bertanya dengan marah,

“Apa gunanya mengatakannya sekarang? Apakah kamu pikir itu akan membuatku kembali ke sisimu ?! ”

"Tidak."

"Lalu?!"

“Agar kau menertawakanku.”

"!"

Aku ingin memberitahumu bahwa mantan suamimu adalah seorang idiot yang dengan arogan meninggalkanmu dan kemudian langsung menyesalinya. Bahwa dia menderita karena terlambat menyadari perasaannya yang sebenarnya. Jadi perceraian itu…. daripada sesuatu yang menyakitkan, akan menjadi sesuatu yang bisa kamu tertawakan.”

Untuk beberapa alasan, aku merasa mataku sedikit hangat, dan sesuatu mengalir di sepanjang pipiku.

Menatapnya, aku mulai mengingat setiap saat ketika aku tinggal di Kekaisaran Timur.

Saat-saat dia meragukanku, rasa sakit yang dia sebabkan padaku dengan memihak Rashta, hari dia meninggalkanku sendirian di depan semua orang untuk mengejar Rashta, pengusiran kakakku, dan akhirnya pada hari dia memintaku untuk bercerai.

Kenangan itu semakin mundur jauh ke masa lalu, hari Rashta tiba, makan malam yang kami santap bersama sebelum dia membawanya, saat dia tersenyum mengatakan bahwa permaisuri terbaik adalah istrinya, hari penobatan, pernikahan kami, dan bahkan hari kami bertunangan…

Aku tidak ingin menangis, tetapi air mata terus mengalir dari mataku.

Aku ingin memukulnya dengan bantal seperti dulu. Aku ingin bertanya kepadanya mengapa dia meninggalkanku.

Kami tidak jatuh cinta secara mendalam, tetapi kami benar-benar berteman. Tidak, aku sebenarnya menyukainya.

Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku? Bukankah kita seharusnya bersama selama sisa hidup kita?

Meski sudah terlambat, aku ingin berteriak dan menangis.

Dulu dia adalah suamiku, dan aku adalah istrinya. Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku?

Aku tahu wajahku tampak jelek sekali, tapi kali ini mustahil untuk mengatur ekspresiku. Aku bahkan tidak membawa sapu tangan.

Akhirnya, saat aku berdiri di sana dengan air mata mengalir di pipiku, Sovieshu mengangkat tangan.

Tapi bukannya menghapus air mataku, dia malah mengepalkan tangannya.

“Ketika kamu memikirkan tentang kita, ingatlah momen ini. Jangan menderita lagi atas luka yang telah aku sebabkan padamu. Tertawakan saja mantan suamimu yang menyedihkan yang sekarang berusaha menempel padamu.”

***

 [Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 240                

>>>             

Chapter 242

===

Daftar Chapters 


3 comments:

  1. Sekarang lo nyesel kan?! Lebih ngutamaiin plcr ngga tau diri! Ngebuang berlian untuk kerikil! Wkwk

    ReplyDelete
  2. Walaupun merasa kasian dgn si sovi, tapi sygnya sdh terlambat. Biarkan navier skrg bahagia

    ReplyDelete
  3. Daebakkkk bgt. Gak sabar nunggu part ini buat dijadiin webtoon atau dramanya♥️♥️♥️

    ReplyDelete