Chapter 232: Malam Pengantin (1)
Penerjemah:
Shira Ulwiya
Setelah resepsi pernikahan, momen yang
paling kutakuti akhirnya tiba—malam pengantin.
Malam pengantin ketika aku harus memimpin.
Akankah aku bisa melakukannya dengan baik?
...Aku tidak punya pengalaman memimpin dalam
hubungan seperti itu.
Tentu saja, aku harus bisa melakukannya,
tetapi apakah aku akan memiliki keberanian?
Sepertinya aku bahkan tidak akan bisa
mengangkat wajahku karena malu!
Tapi aku tidak bisa berpangku tangan di depan
Heinley yang tidak berpengalaman.
Aku dalam masalah.
Aku tidak bisa berhenti mengulanginya dalam hati,
‘Aku
dalam masalah, aku dalam masalah'.
Sementara itu, waktu berlalu dengan cepat, dan
aku akhirnya bisa memasuki Kamar Ratu, yang dilarang untuk aku masuki sampai
pernikahan dilangsungkan.
Aku pikir sekarang itu harus disebut Kamar
Permaisuri.
Di dalam kamar ada tempat tidur yang sedikit
mengejutkanku, karena ada kamar tidur bersama antara kamar Heinley dan kamarku.
Ketika istana ini dibangun, apakah Raja
Kerajaan Barat memiliki hubungan yang begitu intim dengan Ratunya?
Mengapa ini dirancang dengan
struktur yang merepotkan?
Mengesampingkan itu ... ruangan ini
benar-benar luar biasa.
Heinley sengaja mendekorasinya dengan emas.
Bahkan, seluruh ruangan berkilau dengan nuansa emas. Perbedaannya
terlihat pada detailnya; warna
emas tua, warna emas muda, dan seterusnya... Tapi tak
diragukan lagi itu semua emas.
Saat aku menyaksikan dengan takjub, para
dayang yang mengikutiku, satu demi satu, berseru kagum,
"Ini sangat indah sampai-sampai
tidak bisa dibandingankan dengan istana terpisah, Yang Mulia."
“Ini benar-benar cantik. Anda akan tinggal di
sini mulai sekarang, bukan? ”
“Oh, di mana kamar kita? Di mana, Nona Rose?”
"Lewat sini."
Saat Rose keluar ke koridor untuk menunjukkan
kepada para dayang kamar tempat mereka akan tinggal, aku duduk sendirian di
tempat tidur, meremas seprai lembut.
Saat aku membuka pintu ruangan ini, aku
teringat ekspresi Yunim dan tertawa kecil. Dia mungkin tidak senang bahwa
ruangan ini sekarang resmi menjadi milikku. Namun, dia sangat pendiam
akhir-akhir ini.
Apakah sikap permusuhannya
terhadap diriku berangsur-angsur berkurang? Semoga saja begitu.
Setelah beberapa saat, para dayang, yang telah
selesai melihat kamar mereka, dengan bersemangat menjelaskan bagaimana struktur
kamarnya.
"Ada tempat tidur, ada lemari, dan ada
meja di sana!"
"Meja rias semuanya berwarna perak, Yang
Mulia!"
"Lemarinya dari sini ke
sana!"
Sepertinya bukan hanya kamarku, tapi kamar
setiap dayang juga sangat mewah.
"Aku akan melihatnya lain kali?"
Ketika aku bertanya kepada mereka sambil
tersenyum, dayang-dayangku yang
tadinya heboh langsung terdiam.
Saat aku bertanya-tanya mengapa, mereka mulai
bertukar pandang satu sama lain dan menyeringai.
… Aku rasa aku tahu apa yang mereka pikirkan.
Kurasa mereka pikir aku harus mandi dan pergi
ke kamar tidur bersama sekarang.
Yah, ini sudah malam…
Apakah Heinley sedang mandi di kamarnya?
Sebelum kami naik ke atas, sekretaris Heinley menghentikannya dengan
tergesa-gesa. Dia mengatakan ada laporan mendesak terkait dengan wilayah perbatasan Kerajaan. Jadi Heinley mungkin belum ada di kamarnya.
"Anda harus segera mandi, Yang
Mulia."
“Saya akan membuat tubuh Anda berbau seperti
aroma bunga yang lembut. Saya memiliki parfum bunga lili dan mawar, yang paling
tren saat ini.”
"Saya membawa beberapa bath bomb* yang akan
membuat Anda merasa seperti berada di awan."
Saat dayang-dayangku mencoba menyeretku pergi,
aku menolak dengan tegas.
“Yang Mulia?”
Laura tampak bingung karena aku tidak
bergerak.
"Ada apa?"
Aku menunjuk satu jari ke pintu.
"Tunggu sebentar. Aku ingin mencari udara
segar.”
"Sekarang?"
"Yang Mulia Kaisar belum ada di kamarnya
..."
Aku ingin memanfaatkan angin malam untuk
menenangkan wajahku yang panas.
Setelah hari ini hubungan antara Heinley dan
aku akan berubah. Aku tidak tahu apakah perubahannya akan positif atau menjadi
agak canggung.
Jadi aku ingin menikmati waktu yang tersisa
sebelum itu terjadi.
Perasaan menggelitik ini.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Setelah menuruni beberapa anak tangga, aku
melangkah keluar ke beranda. Aku meletakkan tanganku di pagar, dan menghirup
angin malam yang bertiup melewati ujung hidungku.
Udara dingin memenuhi paru-paruku saat berembus. Tapi
tetap saja panas di wajahku tidak berkurang.
Aku melihat ke arah aula pesta di mana masih
ada orang-orang dari acara
resepsi.
Aku bisa mendengar ledakan kembang api
sesekali, dan lampu-lampu terlihat jelas dari sini. Selain itu, aku bisa melihat orang-orang
keluar untuk mencari udara segar, kekasih menyelinap keluar untuk menikmati
cinta rahasia mereka, dan Grand Duke Kapmen…. Grand Duke Kapmen?
Grand Duke Kapmen sendirian? Berdiri... di
beranda sebelah sana.
Meski ekspresinya tidak terlihat dengan jelas
dari sini, sekilas dia terlihat sangat kesepian dan tertekan. Kemungkinan besar
karena efek ramuan.
Ketika Grand Duke Kapmen berbicara omong
kosong bercampur dengan nada tulus, itu lucu dan bahkan membuatku sedikit
tertawa.
Kalau dipikir-pikir, itu ramuan yang sangat
menakutkan. Cinta bisa menjadi racun yang kuat sampai-sampai seseorang bisa
menjadi mabuk cinta.
Apakah efek ramuan itu begitu kuat sehingga
penderitaan tidak bisa dihindari? Sayangnya, bahkan dalam kasus itu karena
kesalahan yang dibuat dengan tangannya sendiri.
Kemudian, tiba-tiba, Grand Duke Kapmen melihat
ke arah sini.
Dia pasti sedang menatapku. Aku merasa mata kami bertemu
meskipun jarak kami jauh…
Dia tidak menoleh, jadi aku berbalik duluan
dan meninggalkan beranda.
Aku akan melangsungkan malam pengantinku
dengan Heinley.
Mengetahui bagaimana perasaannya tentangku, aku
tidak bisa menyapanya dengan tenang. Akhirnya, aku kembali ke kamar setelah berjalan-jalan.
"Anda datang tepat waktu."
"Beberapa saat yang lalu 'Yang Mulia
Kaisar' juga memasuki kamarnya."
"Nona Mastas, kenapa kamu begitu
menekankan pada 'Yang Mulia Kaisar'?"
Mastas dan Rose bertengkar seperti biasa, jadi
aku pergi ke kamar mandi dulu dengan Countess Jubel.
Seperti yang dikatakan Laura sebelumnya, bak
mandi besar itu dipenuhi gelembung seperti awan.
Saat aku menanggalkan pakaian dan melangkah ke
dalam bak mandi, sensasi hangat mulai menyebar dari ujung jari kakiku.
Aku memejamkan mata sebentar untuk menikmati
kehangatan, tapi membuka mataku begitu aku mulai merasa mengantuk.
Aku membilas badan lagi setelah
mengoleskan sedikit wewangian bunga lili dan mawar. Pada akhirnya, aku
mengenakan jubah yang telah disiapkan dengan gaun pengantin.
… Tanganku gemetar.
Untungnya, melihat ke cermin, aku merasa
sedikit lebih sensual dari biasanya.
Akankah Heinley juga mengenakan jubah seperti
ini?
Meskipun itu dibuat agar kami berdua bisa
memakainya sebagai pasangan... Aku tidak tahu bagaimana penampilan Heinley
dengan pakaian seperti ini.
Melihat sekeliling dengan canggung, aku
memutuskan dan meminta dayang-dayangku untuk pergi.
Struktur tempat ini agak aneh.
Ada kamar tidur di antara kamarku dan kamar
Heinley, tetapi tidak ada pintu yang memungkinkan akses ke kamar tidur itu dari
koridor.
Seseorang hanya bisa memasuki kamar tidur itu,
melalui kamarku atau kamar Heinley, dan bahkan para dayang tidak bisa masuk
tanpa izin.
Setelah beberapa kali menarik napas
dalam-dalam, tiba-tiba aku mendengar suara teredam dari dalam kamar tidur.
Heinley telah masuk lebih dulu.
Aku mengambil napas dalam-dalam terakhir kali,
berjalan perlahan dan meletakkan tanganku di kenop pintu. Menguatkan diri, aku
dengan hati-hati memutarnya.
Saat pintu terbuka, kamar tidur yang tetap
tersembunyi sampai sekarang pun terungkap.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
* Bath bomb adalah ‘aksesori’ mandi. Bath bomb umumnya diletakkan di dalam air hangat yang akan digunakan untuk berendam. Setelah diletakkan di air, bath bomb akan larut dan membuat air di bathtub jadi berwarna. Bath bomb memiliki tekstur keras, wanginya harum, bentuknya bulat, dan punya beragam warna menarik. (ref: https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3644528/berendam-pakai-bath-bomb-amankah-untuk-kesehatan-kulit)
***
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment