Saturday, March 13, 2021

Remarried Empress (#162) / The Second Marriage (Ep. 79)

 


Chapter 162 Malam Sebelum Perceraian (1)

 

Aku meraih tangan Heinley dan mengangguk, bersyukur dia mengatakan dengan tepat apa yang kupikirkan. Heinley tersenyum dan perlahan bangkit berdiri. Tanganku secara alami jatuh, dan aku menggenggam kedua tanganku dengan canggung. Setelah bersukacita atas reuni kami, aku tersipu membayangkan dia memelukku lagi. Namun, tidak seperti diriku, Heinley tampak lebih tenang.

"Apakah Anda mau minum kopi?"

"Ya, terima kasih."

Aku mengatur ulang ekspresi wajahku menjadi sesuatu yang lebih pantas dan duduk di sofa. Dia pindah ke satu sisi ruangan, dan terdengar suara peralatan yang berderak saat dia bersiap untuk merebus air di dalam ketel. Bubuk kopi sepertinya sudah disiapkan sebelumnya, karena cukup untuk dua porsi saja, yang ditaruh di sebelahnya. Apakah Duke Elgy mempersiapkan semua ini?

'Ah.'

“Di mana Duke Elgy?”

Aku tidak melihatnya di sini.

“Saya menyuruhnya pergi. Apakah Anda memiliki sesuatu untuk diberitahukan kepadanya?"

"Menyuruhnya pergi?"

"Yah, saya tidak ingin kita bertiga bersama-sama."

"?"

“Sejujurnya, saya seperti penjelmaan dari kecemburuan.”

…Penjelmaan?

Heinley tersenyum malu-malu saat dia sibuk menggerakkan tangannya.

“Duke Elgy adalah seorang playboy sejati. Saya tidak ingin dia di dekat kita. "

Dia tampak malu meskipun ucapannya terdengar agak jahat, dan keingintahuanku sebelumnya muncul kembali. Jika Duke Elgy dan Heinley berteman, mengapa mereka selalu saling menikam setiap kali satu sama lain tidak ada? Namun, jika aku menanyakan hal ini kepada Heinley, dia akan mengetahui bahwa Duke Elgy berbicara buruk tentang dia. Aku tidak bermaksud untuk membuat celah di antara keduanya, jadi aku tetap diam.

Sementara itu, air telah mendidih, dan Heinley memegang ketel dan menuangkan air ke dalam cangkir. Saat dia melakukannya, dia menatapku dan memberiku senyuman yang begitu indah sehingga bisa membuat seorang seniman terkesiap. Akan lebih sempurna jika dia memperhatikan dan menyadari bahwa air di cangkir itu meluap. Dia terkejut ketika menyadari kesalahannya, dan telinganya memerah saat dia dengan cepat menyeka cangkir kopi dengan serbet.

Aku mengencangkan rahang agar tidak tertawa. Untungnya, ekspresi wajahku bisa kuatur, dan aku terlihat normal pada saat dia menyerahkan kopi yang sudah jadi kepadaku.

“Saya biasanya tidak membuat kesalahan ini…”

“Siapapun bisa membuat kesalahan. Tidak apa-apa itu manusiawi. "

“Saya ingin terlihat bermartabat.”

“Itu cukup menghibur — tidak, itu mengesankan.”

“Lebih memalukan jika Anda mengatakan itu dengan senyum yang anggun, Ratu.”

Heinley duduk di sofa seberang sambil menggerutu, dan aku mengatupkan rahang lagi untuk menahan tawaku. Sisi cerobohnya membuatnya tampak… sempurna. Aku tahu bahwa dia adalah raja seluruh negeri, tetapi aku terus melihatnya sebagai pangeran muda.

Aku menyesap kopi agar tidak tertawa. Sayangnya, suasana menjadi canggung setelah itu. Aku meminum kopiku dalam diam, dan begitu juga Heinley. Suasananya begitu sunyi hingga terdengar suara daun bunga yang jatuh.

Mata kami bertemu secara tidak sengaja, dan Heinley tersenyum padaku lagi. Kecanggungan di antara kami sedikit mencair, tetapi aku kembali merasa kikuk ketika pikiran tentang pernikahan kami membuat rasa malu dalam diriku melonjak. Aku belum pernah merasa seperti ini sebelumnya; Aku dibesarkan dengan pikiran bahwa aku akan menikah dengan Sovieshu sejak aku masih kecil. Namun sekarang, wajahku memerah membayangkan akan menikah dengan Heinley, meskipun itu untuk kenyamanan politik.

‘Aku benar-benar akan menikahi Heinley?'

Aku seharusnya tidak memikirkan itu. Aku mencengkeram cangkirku untuk meredam keinginanku meninggalkan ruangan. Untungnya, Heinley tidak menganggapku bertingkah aneh, tapi…

Oh tidak. Setelah aku memikirkan tentang pernikahan, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku mencoba untuk mengarahkan percakapan ke topik lain agar aku tidak perlu memikirkannya.

“Di mana Duke Elgy? Aku tidak melihatnya. "

“Aku menyuruhnya pergi.”

Aku sudah menanyakan itu tadi.

Heinley tertawa kecil, dan aku memelototi bagian bawah cangkir kopiku. Aku begitu terbawa suasana sampai-sampai melupakan ucapanku sendiri. Aku berteriak tanpa suara ke arah cangkir kopi, dan itu sepertinya membantuku menemukan pijakan dalam percakapan lagi.

"Mungkin saja Kaisar mencegah Anda menghadiri pengadilan perceraian."

Tidak, tidak hanya mungkin, Sovieshu pasti akan mencoba menghentikan Heinley. Sovieshu membenci Heinley karena cara dia memperlakukan Rashta, dan ketika Sovieshu mengetahui bahwa aku telah bertukar surat dengan pangeran Kerajaan Barat, dia sangat marah.

Jika Heinley muncul entah dari mana dan pergi ke pengadilan perceraian, dia pasti akan dilarang hadir, mengabaikan fakta bahwa dia menginginkan pernikahan kedua. Sangat tidak mungkin untuk menikah lagi pada hari perceraian. Ketika seseorang disetujui untuk menikah kembali, sang pasangan baru harus turut hadir bersama mereka.

Namun, terlepas dari kecemasanku, Heinley menjawab dengan senyum acuh tak acuh.

“Jangan khawatir, Ratu. Kita akan siap.”

"Siap…?"

"Iya. Setelah perceraian disetujui, segera ajukan permintaan untuk pernikahan kedua.”

Heinley tertawa gembira, menjelaskan bahwa dia akan muncul pada saat yang tepat untuk mendapatkan efek dramatis yang maksimal. Anehnya, tawanya menenangkanku. Heinley benar-benar memiliki kepribadian yang menghibur. Saat ketegangan di hatiku mengendur, pertanyaan lain yang terlupakan kembali padaku.

"Apakah Anda menerima surat saya?"

"Iya. Saya datang segera setelah saya menerimanya. "

“Tapi bagaimana Anda bisa sampai di sini secepat itu?”

"!"

“Anda datang tidak lama setelah Sir Artina kembali. Saya senang melihat Anda, tapi… "

Begitu aku mengetahui bahwa Heinley ada di dekatku, mau tidak mau aku bertanya-tanya bagaimana dia melakukannya. Aku sempat melupakan pertanyaan itu karena situasi yang membuat stres, tetapi sekarang pertanyaan itu datang lagi kepadaku. Aku meletakkan cangkir kopiku dan menunggu jawabannya.

Heinley, yang biasanya sangat percaya diri, memutar tangannya dengan gugup yang tidak seperti biasanya.

“Yah… saya tidak bisa memberitahu Anda sekarang, Ratu. Tapi saya akan melakukannya setelah kita menikah. "

Ternyata itu rahasia. Aku tidak bermaksud mempermalukannya dengan mengusik rahasianya.

"Baiklah."

Aku menjawab dengan senyum lebar yang meyakinkan. Heinley berbicara lagi.

“Bolehkah saya mengajukan pertanyaan?”

"Tentu saja."

“Apa hal pertama yang ingin Anda lakukan setelah kita menikah?”

“Setelah kita menikah?”

Heinley tersenyum padaku, tetapi wajahnya tiba-tiba menegang ketika dia menyadari maksud dari kata-katanya, dan dia melambaikan tangannya dengan liar di udara.

"Maksudku bukan malam pertama. Tidak, rasanya aneh menanyakan itu. Itu tidak pernah dimaksudkan sebagai pertanyaan kotor."

Aku tidak memikirkannya seperti itu, tapi pipiku merona mendengar kata-katanya. Heinley, sementara itu, terlihat sekaan-akan dia ingin agar tanah terbuka dan menelannya, jadi aku mengasihani dia dan menjawabnya dengan jujur.

"Saya tidak sabar untuk melihat buku rekening."

“… Buku rekening?”

“Jika saya bisa melihat bukunya, saya bisa menilai aliran anggaran di Kerajaan Barat. Saya perlu mengenal pekerjaan saya dengan cepat. "

“…”



<<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters 


No comments:

Post a Comment