Friday, March 12, 2021

Remarried Empress (#157) / The Second Marriage (Ep. 75 - 76)

 


Chapter 157 – Cerita Rahasia (2)

 

Aku menunggu Sir Artina selama berhari-hari, tetapi Duke Elgy-lah yang secara tak terduga datang mengunjungiku.

“Hmm. Kelihatan jelas Anda sedang tidak nyaman. "

Aku bertanya-tanya mengapa pria ini datang menemuiku, tetapi Duke Elgy hanya tersenyum, menggantung mantelnya di belakang kursi berlengan, dan duduk. Meskipun tidak ada hal yang ingin kukatakan kepadanya, aku masih menjadi permaisuri, dan dia masih menjadi tamu di negaraku. Aku juga telah mengunjunginya tanpa pemberitahuan sebelumnya, jadi aku balas tersenyum padanya.

"Apa yang membawa Anda kemari?"

Duke Elgy menghindari pertanyaan itu, malah melihat ke mejaku dan mendecak lidahnya.

“Kenapa Anda memiliki begitu banyak dokumen?”

“Ini hanya pekerjaan.”

“Apakah Anda bekerja sendiri? Bagaimana dengan asisten Anda?”

Seorang asisten akan curiga jika mereka melihatku menyusun rencana untuk beberapa tahun ke depan, jadi aku terpaksa bekerja sendiri. Ketika aku bertanya lagi kepada Duke Elgy untuk apa dia datang, dia tutup mulut dan menatapku.

"Duke? Kenapa Anda terlihat seperti itu?”

Dia menatap langit-langit sejenak dan kemudian dengan cepat menggelengkan kepalanya.

“Anda akan membunuhku karena rasa bersalah.”

"Rasa bersalah?"

Apa yang sedang dia bicarakan? Aku menatapnya bingung, tapi dia hanya menyandarkan kepala ke tangannya dan menatapku. Aku tidak tahu berapa lama dia melakukan itu, tapi kemudian dia akhirnya berdiri dan pamit dari kamar.

‘Dia kenapa?'

Perilaku misteriusnya membuatku bingung, tetapi tidak ada waktu bagiku untuk mengejarnya dan bertanya apa maksudnya.

Bahkan sebelum Sir Artina kembali, sebelum perceraian, sebelum kedatangan Imam Besar, ada begitu banyak tugas yang harus aku lakukan sehingga aku tidak punya cukup waktu meskipun begadang semalaman. Aku meminta Countess Eliza untuk membawakanku makanan ringan, lalu aku duduk kembali di mejaku. Yang aku inginkan sekarang adalah Sir Artina datang sebelum Imam Besar tiba.

Akan tetapi, keesokan harinya, Imam Besar datang. Istana berbisik dengan takjub. Dia hanya berkunjung ketika sesuatu yang benar-benar penting sedang terjadi, bahkan sampai menolak undangan ke Pesta Tahun Baru.

Masih belum ada kabar dari Sir Artina.

Begitu Imam Besar tiba di Istana Kekaisaran, dia langsung pergi menemui Sovieshu. Ketika aku mendengar bahwa mereka berbicara secara pribadi di balik pintu yang terkunci, kakiku rasanya seolah akan roboh.

Tidak, aku akan baik-baik saja. Sovieshu mungkin akan menghalangi permintaan pernikahanku kembali, tetapi pasti ada cara. Heinley tidak berubah pikiran tentang lamaran itu. Anda tidak perlu meminta pernikahan kedua jika Anda menyetujui perceraian… {1]

 

***

 

Imam Besar itu terkenang betapa muda Sovieshu dan Navier di hari pernikahan mereka. Semakin tinggi peringkat penerusnya, dan semakin tinggi statusnya, semakin umum untuk menikah pada usia yang lebih muda.

Pastor itu mau tidak mau mengingat bagaimana pasangan itu tampak seperti orang dewasa muda. Dia pernah berbicara untuk menggoda mereka pada saat itu, menyebut pasangan itu pasangan anak ayam. Pengantin laki-laki dan perempuan muda itu berteriak sebagai jawaban "Sovieshu anak ayam, aku elangnya" dan "Navier anak ayam, dan aku elangnya".

Itu adalah saat yang menyenangkan. Mereka berpegangan tangan satu sama lain dan wajah mereka berseri-seri ketika mereka saling memandang, dan menempel satu sama lain selama resepsi. Karena Naiver muda telah menghabiskan berjam-jam memakai sepatu hak tinggi, Sovieshu menggendong mempelai wanita di punggungnya, membuat orang-orang tertawa. Imam Besar yakin bahwa masa depan pasangan itu akan dipenuhi dengan kebahagiaan.

Tapi perceraian. Perceraian!

Begitu dia memasuki istana, dia langsung bertemu dengan Sovieshu. Ketika pintu tertutup dan hanya mereka berdua yang berada di dalam ruangan, Imam Besar memandang Kaisar dengan keheranan.

“Kaisar Sovieshu. Apa artinya ini? Perceraian?"

Pengantin pria muda, yang telah memegang tangan pengantin wanita selama sumpah pernikahan, sekarang telah menjadi pria dewasa yang matang. Tubuhnya kokoh dan maskulin, dan kakinya yang panjang disilangkan saat dia duduk. Di bawah rambutnya yang ditata rapi adalah wajah yang begitu sempurna sehingga dia tampak seperti patung hidup dari sebuah kuil. Namun, di balik sosok pria yang dingin dan bermartabat ini, pernah ada seorang pengantin pria muda yang sangat mencintai istrinya.

“Katakan padaku bahwa aku salah sangka.”

Imam Besar berbicara dari hati, duduk di kursi di seberang Kaisar. Namun, Sovieshu menghancurkan harapannya.

"Itu benar. Saya berniat untuk menceraikan Permaisuri. "

“Kaisar Sovieshu!”

“Sudahkah Anda membaca surat cerainya?”

"Ya, tapi Permaisuri tidak salah!"

"Dia tidak melakukannya, tapi dialah penyebabnya."

"Permaisuri—"

"Saya tidak bisa mengendalikan Koshar."

“Bagaimana dengan kemandulan? Cerita apa ini?”

Ekspresi Sovieshu berubah menjadi serius, dan Imam Besar berbicara lebih tegas.

"Jika Anda mengatakan bahwa Permaisuri tidak subur, pasti ada alasan yang jelas mengapa Anda percaya demikian."

“… Apa yang saya beritahukan pada Anda adalah rahasia kita berdua.”

Imam Besar mengira ketidaksuburan hanyalah alasan. Walaupun Permaisuri belum melahirkan anak setelah bertahun-tahun, tidak ada alasan lain yang meyakinkan untuk mencurigai bahwa dia mandul.

Sovieshu tampaknya memiliki ide yang berbeda, dan Imam Besar mulai merasa tidak nyaman. Sovieshu berhenti sebentar, sebelum akhirnya berbicara.

“Itu terjadi saat aku masih Putra Mahkota….”

 

***

 

Diet sang putri dibatasi sebelum acara besar.

“Bukankah perutnya akan ditutupi rok? Ngomong-ngomong, apa salahnya jika dia sedikit gemuk?”

Sovieshu mengeluh kepada pejabat yang bertanggung jawab atas acara tersebut, tetapi pejabat itu tidak menghiraukannya. Putra mahkota dan putri mahkota akan diperlihatkan kepada publik, dan orang-orang akan berbondong-bondong melihat pasangan muda itu. Mereka harus tampil sesempurna mungkin.

Anda juga tidak boleh menyerah.”

Bahkan Sovieshu makan lebih sedikit dari biasanya, di samping empat jam per hari latihan pedang yang ketat, pelatihan dengan para kesatria, dan menunggang kuda. Petugas yang bertanggung jawab pun tak ingin merelakan penampilan cantik dari pasangan yang dijodohkan tersebut.

'Navier mendapat kekuatan dari makanan.'

Pada akhirnya, Sovieshu memutuskan untuk meminta bantuan ibunya, dan pergi ke kamar Permaisuri.

Ibunya tidak ada di kamar. Namun, ada sebuah kotak di atas meja berisi kue yang tampak menggugah selera. Setengah terbungkus dengan kertas mengkilap dan pita sutra — mungkinkah itu hadiah? Pelayan itu pasti sudah mengemasnya sebelum dia keluar untuk membawakan Sovieshu teh. Tentu saja, dia cukup tahu untuk tidak menyentuh hadiah seseorang, tapi ...

Dia melihat sekelilingnya. Pelayan itu belum kembali. Dia dengan cepat menyambar kotak kue dan pergi.

"Yang mulia?"

Pelayan itu kembali dengan membawa teko dan memanggilnya, tetapi Sovieshu melarikan diri tanpa menjawab. Dia langsung pergi ke Navier, yang sedang membaca buku tebal di kamarnya.

Navier!

Begitu dia masuk, Navier tersenyum cerah dan berlari ke arahnya.

"Yang Mulia!"

Dia mengunci pintu, membawa Navier ke sudut ruangan, dan membuka kotak kue yang dia curi.

"Apa ini?"

"Makanlah."

“Apakah kita diizinkan? Yah, baiklah."

Navier menyimpulkan sendiri, lalu segera mengambil kue. Dia menggigit satu, dan senyuman segera menyebar di wajahnya.

Kau makan juga.”

"Kau saja yang makan. Aku baik-baik saja."

“Aku tahu kau juga lapar. Aku dengar kau tidak boleh makan camilan. "

“…”

“Jika aku makan semua ini sendirian, mereka akan sadar aku tidak berpuasa dan aku akan segera ketahuan. ”

Navier mengambil sepotong kue dan memasukkanya ke mulut Sovieshu.

Kedua anak itu memakan kue itu bersama-sama dengan gembira.

Namun, beberapa jam kemudian, Sovieshu mendapati dirinya dalam masalah besar. Permaisuri sangat marah.

Kue itu untuk Countess Sophia!

Countess Sophia adalah selir favorit ayahnya. Sovieshu cemberut.

Anda bisa membuatnya lagi. Tidak, tapi kenapa Anda memberinya makanan manis?”

Permaisuri membuat suara tidak sabar, tetapi dia berbicara dengan jujur.

“Kue itu dicampur dengan obat. Efek utamanya adalah menyebabkan keguguran, tetapi kemandulan juga merupakan efek samping. ”

Mata Sovieshu membelalak keheranan.

“Jawab aku, Pangeran. Kuenya… apakah kamu memakannya?”

Permaisuri menatapnya dengan mata cemas. Ketika Sovieshu mengangguk kecil, hampir tak terlihat, Permaisuri meratap.

“Kudengar kamu pergi menemui sang putri. Apakah kamu memakannya bersama-sama?”

Dia berbohong.

"Aku memakannya sendiri."

Meskipun dia masih muda, dia tahu dia harus merahasiakan ini. Dalam hati dia gemetaran dan kemudian berbohong lagi.

“Aku memintanya untuk makan bersama denganku, tapi dia tidak mau.”


=============================

 

Catatan:

[1] Kalimat ini membingungkan, jadi aku terjemahkan persis seperti Bahasa Inggrisnya “You don’t have to ask for a second marriage when you approve a divorce”



<<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters 



 

No comments:

Post a Comment