Wednesday, May 9, 2018

Seirei no Moribito Season 2

Hai, guys. Aku kembali untuk season kedua dari drama Seirei no Moribito. J Season kali ini berjumlah 9 episode. Yup, 2 kali lebih panjang dari season pertamanya. Hal ini karena ceritanya lebih kompleks dan konfliknya lebih meluas. Dan bagi yang menyukai chemistry Balsa dan Chagum terpaksa harus menunggu dengan sabar, karena di season ini Balsa dan Chagum akan melakukan perjalanan mereka sendiri-sendiri. L

Setelah berhasil menetaskan telur roh Nyunga Ro Im dan mencegah bencana kekeringan di kerajaan New Yogo, Chagum pun kembali ke istana dan dinobatkan menjadi putera mahkota menggantikan kakaknya, Sagum, yang meninggal karena sakit. Season kedua mengambil cerita 4 tahun setelah season pertamanya, di mana pangeran Chagum kini telah menginjak remaja, tepatnya berusia 15 tahun.

Berpisah dengan Chagum, Balsa pun kembali melanjutkan tugasnya sebagai bodyguard yang membawanya mengelana ke kerajaan Rota. Di sana, dia bertemu dengan kakak beradik dari suku Talu, Chikisa dan Asla, tepatnya menyelamatkan mereka dari para penjual budak. Namun, sang adik perempuan bukanlah anak biasa. DI dalam tubuhnya bersemayam iblis pembawa kehancuran yang disembah oleh suku Talu sebagai dewa yang dikenal dengan nama Taluhamaya. Dengan kekuatan iblis yang dimilikinya, Asla dapat membunuh sejumlah orang dalam sekejap mata. Karena itulah, keberadaannya ditakuti dan sekaligus ingin dilenyapkan. Balsa harus melindungi Asla dari kejaran Sfal dan Shihana, seorang Kashal atau shaman sekaligus prajurit bayangan Raja Rota.

Melihat Asla yang dipenuhi dengan kebencian dan rasa dendam hingga tidak segan membunuh siapapun yang hendak menyakiti dirinya dan kakaknya, Basla seolah melihat cerminan dirinya di masa lalu. Basla pun menyadari, tidak hanya harus melindungi Asla dari orang-orang yang mengejarnya, dia pun harus menyelamatkan Asla dari ancaman kegelapan hati yang membayanginya.

Sementara itu, pangeran Chagum dikirim oleh Raja New Yogo bersama satu pasukan kapal perang untuk menjawab permintaan bantuan dari kerajaan Sangal yang hendak diserang oleh Kerajaan Talsh. Kerajaan Talsh berambisi menaklukkan semua kerajaan dan menyatukan mereka di bawah kekuasaannya. Chagum menyadari penugasan dirinya ke Sangal tidak lain adalah usaha ayahnya untuk menyingkirkannya. Sesampai di Sangal, Chagum dan prajurit yang bersamanya tertangkap dan menjadi tawanan perang. 

Namun, Chagum berhasil meloloskan diri meski akhirnya tertangkap kembali dan dipertemukan dengan pangeran Raul dari kerajaan Talsh. Untuk menghindari perang yang akan menelan banyak korban jiwa, pangeran Raul menawarkan Chagum untuk merebut tahta dari ayahnya dan bersekutu dengan kerajaan Talsh. Tentunya pilihan yang sulit, terlebih bagi pangeran muda kita yang berhati mulia. By the way, sinopsisnya cukup sampai di sini saja ya. Jika ingin tahu keputusan yang dipilih Chagum, tonton aja dramanya,,,hehehe.

________________________________________________________________

Anyway, overall season kedua ini memuaskan seperti season pertamanya. Memang agak panjang, tapi karena ceritanya yang kompleks dan banyak karakter-karakter baru yang bermunculan, tentunya durasi yang lebih panjang memang diperlukan. Walaupun ada sedikit perubahan pada angel kamera dan editing terutama di awal-awal episode, seluruh bagian dari drama ini tetaplah patut mendapat acungan jempol. Adegan pertarungan yang pastinya lebih banyak dan selalu dapat mengikat perhatian penonton. Karakter-karakter baru dengan pilihan casting yang sesuai dan penggambaran peran yang meyakinkan. Dan di atas segalanya adalah setting dan properti lokasi, furnitur, pakaian dan atribut yang mencerminkan kekhasan masing-masing kerajaan, suku, dan individunya merupakan keunggulan yang menonjol dari drama ini. 

Salut buat keseriusan produser dan sutradaranya untuk menyiapkan materi yang beragam dan penuh dengan detil yang memanjakan mata penonton. Lebih dari sebelumnya, rasanya seolah berada di dunia yang “benar-benar nyata”, seperti dunia sihir Harry Potter atau dunia 5 klan-nya Raib. (If you are a novel freak, you’ll know what I mean J)

Di review sebelumnya, saya memuji akting yang ‘meyakinkan’ dari aktris yang memerankan Balsa. Kali ini, saya ingin menyebut secara khusus aktor/aktris lain yang menurut saya menyuguhkan penggambaran peran yang kuat. Yang pertama adalah pemeran Shihana (Yoko Maki) yang tampil sebagai rival wanita yang tangguh untuk Balsa. Scene pertarungannya, terutama dengan Balsa, terlihat natural dan penggambaran karakter Shihana yang kuat juga terlihat jelas. Yang kedua adalah Mizuki Itagaki, pemeran Chagum. Chagum adalah karakter pangeran muda yang ‘lembut’ namun sekaligus ‘tangguh’. Menurut saya, Itagaki berhasil menampilkan kedua sisi karakter Chagum dengan baik. Di episode-episode akhir, pertumbuhan karakter Chagum yang menghadapai masalah demi masalah dan “mendewasakan dirinya secara paksa” membuat saya semakin larut dalam cerita dan bersorak dalam hati mendukung kemenangan sang pangeran.

Rio Suzuki, yang memerankan Asla juga patut mendapat apresiasi. Meskipun berusia muda, akting aktris cilik itu justru sangatlah ‘dewasa’. Perubahan eskpresi wajahnya benar-benar menunjukkan emosi yang kuat. Bicara mengenai artis cilik, saya ingin menyebutkan -meskipun terlambat,,, hehe - bagaimana akting dari Chagum kecil dan Balsa remaja sangatlah memuaskan. Pertumbuhan karakter Chagum yang arah hidupnya berputar 180 derajat, dari pangeran bungsu yang manja tiba-tiba harus menghadapi berbagai pengalaman yang mengancam nyawanya. Rasa frustasi yang justru kemudian membentuknya menjadi pribadi yang tangguh digambarkan sangat baik oleh Kai Kobayashi. Sedangkan, aktris Kaya Kiyohara mampu tampil sebagai Balsa remaja yang sama kuat dan tangguhnya dengan pemeran Balsa dewasa. 

Tak ketinggalan adalah Raja New Yogo yang tidak lain diperankan oleh veteran antagonis Tatsuya Fujiwara (Light Yagami, Death Note). Sebenarnya, aktingnya yang paling berkesan adalah saat monolognya di episode akhir season 2. Meski penonton lebih mengenal sisi jahatnya yang tidak segan memerintahkan membunuh anaknya sendiri, di episode terakhir saya dapat melihat sisi lain Raja New Yogo yang sangat mencintai dan memiliki kebagaan tinggi pada kerajaan dan rakyatnya.

Anyway, semua aktor dan aktris di drama ini memerankan karakter mereka masing-masing dengan baik. Hanya saja, nama-nama yang saya sebutkan di atas meninggalkan kesan yang cukup kuat sehingga rasanya sayang jika tidak disebutkan satu per satu. Oh ya, satu pujian lagi untuk aktris pemeran Torogai (Reiko Takashima). Sebenarnya dari segi keberhasilan dalam peran, menurut saya dialah yang patut mendapat posisi tertinggi. Dan salut untuk tim wardrobe dan make-upnya, Torogai benar-benar terlihat seperti karakter penyihir tua dan aneh yang sangat khas dari novel fantasi seperti ini.

Rasanya tidak sabar untuk menonton season 3. Sedikit spoiler, Balsa dan Chagum akan melakukan perjalanan bersama lagi di season final ini. Uh,,, rasanya tidak sabar melihat reuni guru dan murid ini. See you again on review of the final season. ;)

Monday, May 7, 2018

Seirei no Moribito (Guardian of the Spirit), Drama Fantasi Petualangan

        Bagi kalian yang suka genre petualangan dan fantasi, mesti coba nonton film yang satu ini. Judulnya Seirei no Moribito atau Guardian of the Spirit. Diproduksi tahun 2016, mini drama jepang ini diangkat dari sebuah novel terkenal berjudul sama. Sebelum live action-nya, novel ini telah terlebih dahulu diadaptasi ke dalam anime yang juga menuai kepopuleran seperti bukunya. Saya sendiri tidak menonton animenya, dan memilih langsung menonton dramanya. Dan hasilnya sangat memuaskan. Para pemerannya dipilih dengan baik, terutama untuk sang heroine yang diperankan oleh Ayase Haruka.  

        Seirei no Moribito mengisahkan tentang perjalanan seorang bodyguard wanita bernama Balsa yang kini berusia 30 tahun. Saat berusia 6 tahun, Balsa diselamatkan oleh Jiguro, mantan Ksatria Istana, yang juga adalah teman dari ayah Balsa, dari ancaman pembunuhan Raja Kanbal saat itu. Ayah Balsa, yang seorang dokter istana, diancam oleh adik kandung raja Kanbal untuk meracuni kakaknya demi merebut tahta. Setelah menjadi raja, dia memerintahkan untuk membunuh Balsa dan ayahnya demi menutupi rahasia gelapnya. Jiguro pun membawa Balsa berkelana ke kerajaan New Yogo untuk melindunginya dari incaran Ksatria Istana lainnya. Demi menyelamatkan nyawa Balsa, Jiguro telah membunuh 8 ksatria yang tidak lain adalah teman seperjuangannya dahulu. Balsa kecil pun belajar bertarung menggunakan tombak seperti Jiguro dan berjanji akan menyelamatkan nyawa 8 orang sebagai ganti nyawa yang hilang akibat dirinya.

      Balsa bertemu dengan Pangeran Kedua kerajaan New Yogo bernama Chagum (11 tahun) saat menyelamatkannya dari salah satu upaya pembunuhan oleh ayahnya sendiri, Raja New Yogo. Raja memerintahkan pembunuhan pangeran Chagum secara diam-diam karena diyakini ada iblis yang bersemayam di dalam tubuhnya. Balsa kemudian disewa oleh Ratu Kedua, ibu pangeran Chagum, untuk menjadi bodyguard dan melindungi anaknya. Selama perjalanan bersama Balsa, diketahui bahwa yang ada di dalam tubuh pangeran Chagum sebenarnya adalah telur dari roh air bernama Nyunga Ro Im yang setiap 100 tahun sekali menitipkan telurnya di dalam tubuh anak manusia. 

     Tidak hanya Ksatria Istana, Balsa dan Chagum juga harus mempertahankan diri dari iblis tanah Rarunga yang ingin memangsa telur roh air Nyunga Ro Im. Bersama Tanda, seorang shaman dan herbalist yang sekaligus adalah teman masa kecil Balsa, dan Torogai, guru shaman Tanda, Balsa dan Chagum memulai perjalanan untuk menjaga telur roh dan membawanya ke tempatnya harus ditetaskan. Hal ini untuk menghindari ancaman kekeringan yang akan melanda kerajaan New Yogo jika telur tersebut tidak berhasil diselamatkan dari Rarunga.

         --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Membaca sinopsis di atas, saya yakin kalian yang emang doyan banget dengan novel fantasi petualangan, pasti jadi tidak sabaran ingin menonton dramanya. Yup, trust me it’s really worth it. J Drama ini adalah salah satu adapatasi live action terbaik yang menurut saya kualitasnya setara dengan Death Note dan Samurai X. 

    Menyajikannya dalam mini drama 4 episode adalah salah satu pilihan cerdas yang dibuat oleh produsernya. Tidak terlalu pendek seperti jika dibuat film yang hanya berdurasi 2 jam dan juga tidak terlalu panjang seperti format drama jepang pada umumnya yang rata-rata memiliki 10 episode. Setelah selesai menonton keempat episodenya, kalian akan merasa seperti baru kembali dari berpetualang bersama tokoh-tokohnya, perasaan yang sama ketika menyelesaikan novel setebal 400 halaman. J Karena durasinya yang cukup panjang, kalian akan lebih leluasa menikmati setiap detil perjalanan Balsa dan Chagum seolah sedang membaca novelnya. 

    Setiap karakater diperankan dengan baik oleh para cast-nya. Setiap tempat yang dikunjungi atau yang dilalui selama perjalanan tokoh-tokohnya - istana kerajaan, kota, hutan, pasar, gua, jalan berbukit, lokasi mistis bahkan dunia roh-  divisualisasikan dengan sangat apik sehingga terlihat seperti tempat yang kita imajinasikan saat membaca penggambarannya di dalam novel bergenre petualangan seperti ini. CGI-nya pun dibuat sangat rapi dan meyakinkan sehingga mendukung tampilan cerita secara keseluruhan. Tak terkecuali, adegan pertarungan yang ditampilkan tak kalah seru dan menegangkan. Untuk ini, Ayase Haruka –pemeran Balsa- patut diacungi jempol karena mampu menampilkan scene pertarungan yang kuat namun alami sehingga kita benar-benar bisa melihat bagaimana Balsa petarung wanita terkuat mengalahkan setiap musuhnya melalui pertarungan yang sengit.

          Mini drama 4 episode ini baru season satunya saja lo, masih ada season 2 dan 3 yang masing-masing memiliki 9 episode dengan plot cerita yang berbeda-beda. Novel originalnya sendiri terdiri dari 12 seri (Hm,,, jadi pengen baca semuanya J). Anyway, tonton aja dulu deh season 1-nya. Dijamin bakal nagih ke season selanjutnya,,, hehehehe. Oke, selamat menonton guys!!!! See you on review of the second season.



***
Suka genre fantasi - petualangan? Coba baca webnovel yang satu ini!


Sunday, April 29, 2012

“Bagaimana Anda Belajar Bahasa Inggris?”

        Sewaktu di SMP dan SMA dulu, saya sering mendapat pertanyaan dari teman-teman tentang bagaimana cara saya belajar bahasa Inggris. Akan tetapi, sesering itupula saya kebingungan hendak menjawab apa. Teman-teman beranggapan saya pernah ikut kursus bahasa Inggris sebelumnya, dan ketika saya menyanggahnya, banyak dari mereka yang tidak percaya. Mungkin tak sedikit dari mereka yang akhirnya menganggap saya pelit atau sombong karena tidak mau berbagi rahasia. Tapi, yah mau bilang apa, waktu itu saya benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.

        Akhirnya, setelah pertanyaan itu kembali dilontarkan, kali ini oleh salah satu dari murid PPL saya,  saya jadi berpikir, mengingat-ingat sebenarnya apa saja yang sudah saya lakukan untuk belajar bahasa Inggris.

Jujur saja, saya bukan orang yang rajin belajar. Saya, seperti mungkin kebanyakan siswa lainnya, hanya belajar ketika ada PR atau jika akan ada ulangan. Saya juga tidak terlalu hobi buka kamus- saya hanya menggunakannya ketika saya menemukan kata yang benar-benar sulit saja. Teman kamar saya waktu di asrama dulu suka menempeli benda-benda di kamar dengan secarik kertas yang berisi nama bahasa Inggris untuk benda-benda tersebut; atau adik laki-laki saya menempel satu kertas manila besar penuh kosakata bahasa Inggris di dinding kamarnya. Saya pernah mencoba keduanya sekali, hanya sekali, tetapi kedua cara itu sama sekali tidak berhasil untuk saya. Saya termasuk orang yang lebih suka “memahami” daripada “menghafal”, mungkin karena itulah cara-cara di atas tidak memberikan hasil sebaik teman-teman saya yang lainnya. Bagaimana dengan buku? Sama saja! Satu-satunya buku bahasa Inggris yang saya baca adalah buku paket pelajaran bahasa Inggris dari sekolah.

Kalau dipikir-pikir lagi, selama ini saya merasa tidak banyak melakukan aktivitas yang bisa saya sebut “belajar bahasa Inggris dengan sengaja”, misalnya rajin membaca buku bahasa Inggris, menghafal kosakata, berlatih speaking dsb. Memangnya ada “belajar bahasa inggris yang tidak disengaja” (baca: tidak meniatkan diri untuk belajar)? Yupz, tentu saja ada! Kalau kegiatan seperti ini, saya memang sering melakukannya. Lalu, kegiatan apa sajakah itu? Ini dia!!!!!

1.    Menonton film

Sejak saya mengenal televisi (saat itu saya masih duduk di sekolah dasar, sayang saya tidak ingat berapa tepatnya umur saya waktu itu), saya mulai gemar menonton film. Film apapun saya tonton, baik film Indonesia maupun film barat. Saya tidak terlalu kesulitan memami isi ceritanya karena toh masih mencantumkan terjemahan yang bisa saya baca. Kegemaran ini pun berlanjut sampai sekarang dan saya rasa karena hal inilah saya jadi menyukai bahasa Inggris.

Ketika saya mulai mengenal pelajaran bahasa inggris saat SMP, saya tidak terlalu mengalami kesulitan dalam belajar. Rasanya tiap pelajaran terasa mulus-mulus saja, tidak ada materi yang terlalu sulit saya pahami. Bahkan untuk pronunciation, banyak yang bilang pelafalan saya sangat baik. Tidak ada alasan lain yang bisa saya pikirkan dibalik semua kemudahan yang saya alami ketika belajar bahasa Inggris di sekolah–mengingat saya tidak pernah ikut kursus- kecuali kebiasaan saya menonton film berbahasa inggris sejak kecil. Tapi, apakah ini benar-benar mungkin?  Kenapa tidak? Bukankah anak kecil juga melakukan cara yang sama –yakni mendengarkan dan melihat- ketika mereka belajar berbahasa untuk pertama kalinya.

Setelah menjadi mahasiswa, saya memanfaatkan hobi saya ini dan menjadikannya sarana belajar yang lebih serius. Sembari menonton, saya melatih pendengaran saya dan menyesuaikan apa yang dapat saya tangkap dengan terjemahan yang tersedia atau lebih sering menonton sambil menyimak tanpa melihat teks (saya tidak mau ketinggalan cerita meski untuk belajar ^_^). Akan tetapi, karena sulitnya melakukan beberapa hal dalam waktu -hampir- bersamaan, saya melakukan ini hanya untuk beberapa menit saja, selebihnya saya melanjutkan menikmati film seperti biasanya. Atau jika kebetulan ada –meski sangat jarang- saya menonton film yang memakai subtitle bahasa inggris (note: film seperti ini biasa disebut caption movie). Ini juga sangat bagus untuk mempertajam kemampuan bahasa Inggris karena kita bisa “belajar” lebih lama sepanjang film.

2.    Mendengarkan lagu

Selain menonton film, saya juga senang mendengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris. Karena dikemas dalam bentuk lagu, saya jadi tidak mudah bosan melafalkan kata yang sama berulang kali. Selain itu, dibandingkan dengan film, lagu lebih fleksibel karena saya bisa memutarnya, mem-pause, dan mengulang kembali berapa kalipun saya mau. Dengan sering mendengarkan lagu secara terus-menerus, secara tidak sadar kita sebenarnya melatih pendengaran untuk lebih peka mengenali setiap pelafalan kata. Dengan turut menyanyikannya, kita membiasakan lidah kita mengucapkan kata-kata berbahasa Inggris yang dikenal memiliki pengucapan yang rumit karena cara bacanya seringkali berbeda dengan tulisannya, di samping adanya penekanan (stress) tertentu yang berbeda pada setiap kata yang juga menjadi ciri khas bahasa Inggris.

3.    Membaca buku

Untuk memperluas jumlah kosakata, saya biasanya memanfaatkan hobi saya yang lainnya, yakni membaca. Agar membacanya lebih menyenangkan dan tidak mudah jenuh, saya memilih cerita/cerpen yang tentu saja dalam tulisan bahasa Inggris. Tapi, tak jarang saya membaca tulisan berbahasa Inggris apapun, selama tingkat kesulitannya masih dalam level saya.

Saat membaca, saya berusaha tidak tergantung pada kamus. Ketika menemukan kata yang sulit, saya biasanya mencoba menerka-nerka artinya dengan cara mengaitkannya dengan cerita. Jika cara ini tidak berhasil, saya akan melompatinya dan meneruskan membaca. Saya baru membuka kamus setelah selesai membaca satu kalimat atau paragraf.

Saya sering sekali menemukan teman yang ketika bertemu kosakata baru langsung dengan sigap dan cepat membuka kamusnya. Mereka tidak mau melanjutkan sampai menemukan arti kata yang dicarinya. Tak jarang malah mereka jadi bingung sendiri karena arti dalam kamus tidak sesuai dengan isi bacaan. Hal-hal seperti ini hanya membuat waktu yang kta butuhkan untuk membaca menjadi molor. Belum lagi, jika kita enggan melanjutkan gara-gara sudah terlalu capek dan terlalu lama membaca padahal belum juga sampai setengahnya. Bahkan tak sedikit yang menolak membaca dengan alasan tidak membawa kamus. Padahal poin penting dalam membaca adalah memahami isi bacaan secara utuh. Untuk memahami bacaan, mengetahui arti tiap kata bukanlah hal wajib, karenanya kita bisa melompati beberapa kata yang sukar. Malah seringkali terjadi, karena terlalu fokus mencari terjemahan tiap kata, tujuan membaca yakni untuk memahami isinya jadi terabaikan.