Wednesday, March 3, 2021

Trash of the Count’s Family (#23)

 

Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 23: Balas Budi (3)


Tentu saja, dia berencana memberi mereka harapan baru tanpa sepengetahuan mereka. Itu adalah sesuatu yang dia pelajari dari naga itu.

‘Kecuali dewa mereka tidak ada kerjaan lain dan membongkar identitasku ke mereka, mereka tidak akan mungkin mengenaliku.’

Mustahil bagi mereka mengetahui identasnya. Bukankah itu hebat? Seharusnya selama ini dia melakukan apa pun tanpa menyingkap identitasnya sendiri. Cale melangkah masuk ke area reruntuhan dengan perasaan seolah-olah beban berat telah diangkat dari dadanya.

Dia dapat melihat orang-orang berdiri di sekitar area itu.

Pada saat itu, Hans diam-diam menghampiri Cale dan berbisik kepadanya.

“Saya barusan melihat putra sulung dari keluarga Marquis Stan.”

“…Bagaimana kamu bisa tahu tentang orang itu?”

Cale sungguh terkejut. Hans tersenyum lantas menunjuk matanya.

“Hampir semua informasi tentang bangsawan ada di kepala saya. Saya dapat melihat seorang pria didorong di kursi roda. Rasanya aneh hanya ada satu orang yang menemaninya, tapi saya dapat melihat lambang ular mereka di kursi roda mereka.”

“Hans.”

“Ya, tuan.”

“Kamu lebih baik dari kelihatannya.”

“Terima kasih?”

Hans mengangkat bahu dengan ekspresi puas setelah menyelesaikan laporannya. Dia lalu bertanya pada Cale.

“Apa rencana Anda?”

Cale dapat merasakan sisi kiri wajahnya memanas, dan menoleh ke arah itu. Choi Han sedang menatapnya. Cale menggelengkan kepalanya dan menjawab mereka berdua bersamaan.

“Abaikan mereka.”

Mereka berdua menganggukkan kepala tanpa mengatakan apa pun. Baru setelah itu, tur mereka resmi dimulai. Setelah melihat berkeliling, Cale terkejut melihat penampakan menara batu di reruntuhan itu.

“Mereka…”

Cale tampak tidak percaya.

“Lebih jelek dari yang kuduga.”

Cale tidak dapat memahami selera gaya zaman kuno. Dia mengharapkan gundukan batu, tapi yang ada malah menara batu dalam berbagai bentuk di reruntuhan. 

Mereka tampak menarik. Akan tetapi, yang pasti tidak indah. Cale melirik dua anak kucing di pelukan Hans. Mereka juga terlihat sangat kecewa.

Namun, ada seseorang yang tampaknya lebih serius dari yang Cale duga. Choi Han menundukkan kepala seperti orang lain yang sedang berdoa, dan sepertinya sedang turut berdoa.

‘Aku yakin dia berdoa agar bisa kembali ke Korea.’

Choi Han tumbuh di lingkungan keluarga yang bahagia. Dia orang yang bertolak belakang dengan Cale, Kim Rok Soo. Choi Han tumbuh di keluarga bahagia dengan pengaruh positif. Itulah mengapa dia berhasil bertahan hidup dalam situasi yang sangat buruk seraya tetap menjadi orang yang baik.

Cale sedang menatap Choi Han ketika Choi Han mengangkat kepala dan membuat kontak mata dengannya.

“Cale-nim.”

“Apa?”

“Saya punya pertanyaan dan sesuatu untuk dilaporkan.”

Cale punya firasat buruk soal ini.

“Mulai dengan pertanyaanmu.”

Choi Han tampak memikirkan sesuatu, saat dia memandangi menara-menara batu berdiri di tanah lapang yang luas lantas berbicara.

“Cale-nim, apa Anda tidak akan membuat permohonan?”

‘Itu yang ingin dia tahu?’

Cale menjawab dengan santai.

“Aku tidak melakukan sesuatu seperti membuat permohonan.”

“Kenapa tidak?”

“Itu membuatmu memiliki ekspektasi tinggi.”

Choi Han, Hans, dan bahkan kedua anak kucing berpaling untuk melihat Cale. Cale memandangi menara-menara batu seperti yang Choi Han lakukan, dan berbicara pelan.

“Lebih mudah hidup tanpa ekspektasi tinggi.”

Rasanya menyenangkan jika kamu menggosok tiket lotre mengharapkan $1 dan malah memenangkan $5, tapi jika kamu menggosoknya dengan harapan memenangkan hadiah utama dan hanya mendapat $5, kamu pasti merasa kesal.

Pat. Cale menoleh setelah merasakan tepukan di pundaknya, dan melihat wakil kepala pelayan tersenyum dan berkata.

“Anda benar, tuan muda. Tidak ada yang namanya impian atau harapan di dunia ini.”

“…Berhenti bicara.”

“Ya, tuan!”

Hans menyahut dengan keras, tapi juga tampak sedikit kecewa, lalu berjalan di depan bersama para anak kucing. Cale dengan santai menyusul di belakang Hans, ketika Choi Han segera menghampirinya dan berbisik pelan agar Hans tidak bisa mendengarnya.      

Choi Han belum memberikan laporannya.

“Naga itu telah memasuki kota.”

“Abaikan.”

“Saya mengerti.”

Cale melihat sekeliling. Naga itu pasti telah membuat dirinya tidak terlihat, karena dia tidak bisa melihatnya. Satu-satunya yang dia bisa lihat adalah orang-orang yang berdoa menghadap menara-menara batu. Festival Menara Batu masih satu minggu lagi, tapi sudah ada banyak orang di sini. Tatapan Cale berpaling ke arah berlawanan dari menara-menara batu di tanah lapang itu.

Di area kalangan atas, area di mana penduduk terkaya di Kota Puzzle bermukim. Di belakang area itu terdapat sebuah gunung kecil, dan di suatu tempat di gunung itu terletak makam orang yang telah hidup sampai usia 150 tahun.

__________________________________________


Keesokan harinya, Cale telah siap berangkat menuju makam itu. Tentu saja, dia harus menyingkirkan manusia dan dua anak kucing yang hendak mengikutinya. Untungnya, mereka semua berhenti mengeluh setelah dia mengatakan hanya satu orang yang akan pergi dengannya.

“Aku hanya akan membawa Choi Han denganku.”

Choi Han adalah orang terkuat di antara mereka. Dengan Choi Han yang mengiringi Cale, Wakil Kapten dan Hans tidak membantah.

Wakil Kapten hanya mengerutkan kening dan berkata dia perlu melatih para kesatria, lantas segera mengumpulkan mereka. Sementara Cale memandangi para kesatria yang membuntuti Wakil Kapten dengan tampang putus asa di wajah mereka, Hans hanya mengatakan satu hal lagi sebelum menghilang.

“Saya akan mengurus kedua kucing-nim kita.”

Cale berpaling dari Hans, yang tampak bersemangat bisa bersama dengan kedua anak kucing, dan berjalan keluar dari penginapan. Choi Han menyusul di belakangnya.

“Apa kita akan melakukan sesuatu lagi hari ini?”

“Lagi? Seseorang bisa salah paham jika mereka mendengarmu.”

Choi Han tidak balik menjawab. Meskipun begitu, Cale tidak peduli dan terus berjalan menuju gunung di belakang area kalangan atas dan lanjut berkata.

“Aku perlu pergi ke gunung di sana. Kamu cukup menungguku di jalan masuk gunung.”

“Saya mengerti.”

Choi Han tidak berkata apa pun lagi. Cale menyukai orang seperti ini. Choi Han tidak menanyai Cale pertanyaan apa pun. Dia adalah seseorang yang tampaknya mengikuti Cale, tapi tidak punya rasa ingin tahu tentang apa yang Cale lakukan. Ini mungkin terjadi karena Choi Han beranggapan dia dapat mencari tahu jika dia benar-benar ingin, dan karena dia berpikir dia tidak akan berada dalam bahaya tidak peduli apa pun yang nantinya dia lakukan.

Cale sampai di sebuah gunung kecil setelah melewati area kalangan atas yang stereotipikal, lantas berhenti setelah mendengar Choi Han memanggil namanya.

“Cale-nim.”

“Apa?”

“Saya berangkat besok.”

“Aku tahu. Aku yang menyuruhmu pergi besok.”

Choi Han membuat kontak mata dengan Cale, yang berdiri tidak sabaran di jalan masuk gunung. Cale adalah seseorang yang berkata bahwa dia, Choi Han, mampu melindungi. Choi Han telah memikirkan tentang tindakan melindungi ini beberapa hari terakhir.

“Saya cukup lama memperdebatkan ini, tapi ada sesuatu yang harus saya beritahukan ke Anda.”

Laporan mengenai naga kemarin bukanlah apa yang Choi Han benar-benar hendak laporkan. Dia ragu sejenak, lalu kembali menatap Cale dan berbicara. Tatapan Choi Han melewati bahu Cale ke arah pohon dekat jalan masuk gunung.

“Tn. Ron adalah orang yang berbahaya.”

Cale tersentak sesaat mendengar ucapan jujur Choi Han yang datang tiba-tiba tanpa peringatan. Apakah dia harus pura-pura tahu atau pura-pura tidak tahu? Dia segera membuat keputusan. Cale tidak mengharapkan pertanyaan seperti ini, tapi dia menjawab balik dengan tenang.

“Benarkah?”

“Anda tidak terkejut? Ada aroma darah yang keluar darinya. Dia orang kuat yang telah banyak menumpahkan darah. Awalnya, saya pikir Cale-nim sudah tahu tentang itu dan tetap membiarkan Tn. Ron di sisi Anda.”

Tapi jika Cale sudah tahu, dia pasti akan membawa Ron yang kuat untuk menemaninya membebaskan naga itu. Tapi Cale tidak melakukannya. Choi Han berpikir itu berarti antara Cale tidak tahu tentang kekuatan Ron atau tidak memercayai Ron, tapi tidak mungkin Cale tidak akan memercayai seseorang yang telah bersama dengannya selama 18 tahun.

Itu sebabnya Choi Han menyimpulkan Cale tidak menyadari kekuatan Ron.

“Tetapi baik Cale-nim maupun orang lain tampaknya tidak tahu mengenai kekuatan Tn. Ron.”

Choi Han memperdebatkan ini cukup lama. Sejujurnya, ketika Cale mengatakan dia tidak memiliki ekspektasi apa pun membuatnya memutuskan untuk tidak mengungkapkan apa pun tentang Ron. Akan tetapi, ketika Cale memilihnya menjadi pengawal hari ini membuat Choi Han merasa bersalah.

“Itu sebabnya saya berpikir saya perlu memberitahu Cale-nim.”

“Oh ya? Aku tidak tahu kalau Ron itu kuat.”

Choi Han bertanya sekali lagi setelah mendengar jawaban kalem Cale.

“Apakah Anda akan membiarkannya tetap di dekat Anda? Dia tampak seperti orang jahat.”

Cale mendengus mendengar ucapan Choi Han. Membiarkan Ron di dekatnya? Cale berencana menyodorkan Ron kepada Choi Han begitu mereka tiba di ibu kota.

“Baik kamu maupun Ron.”

“Maaf?”

“Kamu bilang dia punya kekuatan berbahaya, tapi kenapa kamu membiarkan Ron?”

“Itu karena-.”

Choi Han tiba-tiba tidak dapat berkata apa pun.

“Itu mungkin karena dia tidak melakukan apa pun kepadamu.”

Choi Han tidak bisa membalas perkataan Cale. Memang ada kesalahpahaman di awal yang menjurus ke pertarungan kecil mereka, tapi setelah itu Ron membantunya mencari pedang, dan bahkan membantu mengurus masalah di desa Harris.

Cale mengamati Choi Han dalam diam.

Bukan hanya kepada Choi Han. Ron tidak melakukan apa pun kepada siapa pun. Satu-satuya yang Ron lakukan adalah sering sekali memberikan Cale minuman perasan lemon atau mengolok-olok Cale dengan daging kelinci. Tapi itu tidak seberapa.

“Ron telah menjadi pelayanku selama 18 tahun.”

Tidak peduli apa pun yang terjadi, Ron mengabdikan dirinya sebagai seorang pelayan. Bahkan Wakil Kapten, yang sangat peduli dengan hierarki, tidak marah ketika Ron, seorang pelayan, berjalan bahu-membahu dengannya. Bahkan wakil kepala pelayan Hans tidak marah ketika Ron membantu melakukan pekerjaannya.

Itu karena Ron cakap bekerja dan sangat disukai di seluruh kediaman.

“Apa kamu membenci Ron?”

Choi Han menggelengkan kepalanya setelah mendebatkannya sesaat.

“Tidak.”

“Lalu?”

“Saya hanya berpikir akan lebih baik jika Anda tahu dia adalah orang berbahaya, makanya saya memutuskan untuk melaporkannya.”

“Baik kamu maupun Ron.”

Choi Han memandang Cale setelah mendengar itu sekali lagi.

“Bagiku kalian berdua sama saja. Dalam aspek itu, kamu juga sama berbahayanya.”

Cale menatap Choi Han dengan ekspresi datar lantas terus berbicara.

“Kamu juga sama kuatnya.”

“Ah.”

Choi Han menghela napas. Cale tidak tahu alasan di baliknya, dan kembali berbicara.

“Semuanya sama saja bagiku.”

Dia tidak tahu alasannya, tapi Ron, yang berasal dari Kontinen Timur, tinggal di wilayah Henituse sembari menyembunyikan identitasnya. Jika seseorang seperti itu hendak menyentuh putra Count? Berita itu pasti akan menyebar luas di kerajaan.

Ron adalah seseorang yang tidak peduli akan apa pun atau siapa pun, selain putranya dan dirinya sendiri. Jadi mengapa seseorang seperti itu mau membuat keributan? Cale hanya ketakutan karena dia tahu Ron adalah orang tua yang berbahaya. Dia ingin menyingkirkan orang tua berbahaya itu sesegera mungkin agar dia dapat hidup tenang.

“Selama dia menjadi pelayanku, dia sekadar pelayanku. Sama sepertimu Choi Han, yang perlu membayarku kembali.”

Cale memeriksa jam tangannya. Kekuatan angin di gua berbeda-beda tergantung dari waktunya. Dia perlu bergegas.

“Kamu tidak punya hal lain untuk dikatakan, kan? Jangan ikuti aku.”

Choi Han menganggukkan kepala tanpa suara sebagai responsnya. Cale bahkan tidak menoleh ke belakang saat dia berjalan menuju ke gunung kecil itu.

Setelah memastikan dia tidak dapat melihat Cale lagi, Choi Han menoleh kembali ke pohon di jalan masuk gunung dan berujar.

“Kamu mendengarnya, kan?”

Ron melompat turun dari pohon dengan mulus. Dia memelototi Choi Han lalu tersenyum. Tanpa basa-basi, Ron meluncurkan kata-kata dari mulutnya.

“Aku mengganti popoknya dan merawatnya sejak kecil.”

Itu kenyataannya.

Choi Han berdiri di depan jalan setapak menuju gunung dan berujar.

“Cale-nim bilang tidak ada seorangpun yang boleh mengikutinya mulai dari sini.”

“Aku tahu, dasar berandal cilik.”

Ron berbalik pergi tanpa rasa sesal. Setelah mendengar Cale hanya akan pergi dengan Choi Han, dan bahkan meninggalkan anak-anak dari Suku Kucing, Ron membuntutinya, jaga-jaga jika terjadi sesuatu.

“Aku harusnya tidak datang.”

Mereka bilang semakin tua kamu jadi lebih plin-plan, dan keplin-planannya ini sungguh menyusahkan. Ron berjalan kembali ke penginapan dengan langkah yang jauh lebih pelan daripada saat dia pergi, dan Choi han melihat Ron menghilang lalu duduk di atas batu besar untuk menunggu Cale kembali.


_____________________________________ 

   

Cale sedang berdiri di depan sebuah gua tak jauh dari jalur pegunungan. Pintu masuk gua ditutupi tumbuhan merambat, sehingga akan sulit menemukannya kecuali jika kamu mencarinya dengan cermat.

“Sialan.”

Cale mengerutkan kening.

Pintu masuk gua itu lumayan kecil. Dia melihat pakaiannya. Dia mengenakan pakaian yang sederhana, tapi masih tetap longgar.

“Haaah.”

Cale menghela napas panjang sebelum merangkak masuk ke dalam gua. Baik pohon pemakan manusia maupun gua ini, semua yang berhubungan dengan kekuatan kuno tampaknya tidak wajar. Di tanah di pintu masuk gua kini tampak jejak Cale yang merangkak masuk.

Tidak berapa lama kemudian, terlihat jejak kaki reptil kecil di tempat yang sama.

Cale dapat melihat gua itu melebar setelah merangkak masuk selama sekitar lima menit.

‘Taylor pasti sangat putus asa. Dia merangkak sepanjang jalan ini, bahkan dengan tubuh bagian bawah yang lumpuh.’

Karena kamu harus menyusun menara batu dengan kekuatanmu sendiri, si putra sulung Taylor terpaksa datang sendirian ke sini. Waktu lima menit yang ditempuh Cale mungkin ditempuh Taylor jauh, jauh lebih lama.

Cale berdiri kembali ketika sampai di bagian yang cukup lebar dan berjalan jauh ke dalam. Semakin dalam dia masuk, suara bising di telinganya semakin jelas.

Syuuuush. Syuuuuush.

Itu adalah suara angin. Suara yang muncul akibat angin yang saling bertubrukan satu sama lain menjadi lebih keras semakin jauh dia masuk ke dalam gua. Akhirnya, Cale menemukan secarik kain dan sebuah tiang yang dulunya mungkin sebuah pondok.

Setelah melihatnya sekilas, Cale terus berjalan jauh ke dalam.

Syuuuuush.

Suara angin terdengar semakin kencang. Bum. Bum. Dia bahkan dapat mendengar angin yang menabrak dinding gua seakan-akan tinju raksasa. Cale berjalan semakin cepat.

‘Angin ini. Kira-kira apakah suaranya akan seperti ini ketika aku mendapat “Suara Angin”, kekuatan kuno lainnya.’

Perisai. Lalu pemulihan. Kemudian kaki cepat. Itu adalah rencana Cale. Cale akhirnya harus berhenti berjalan setelah memikirkan tentang kekuatan kuno selanjutnya yang akan dia coba dapatkan.

Dia bukannya berhenti berjalan, lebih tepatnya dia terpaksa berhenti berjalan.

“Wow.”

Ini bahkan lebih buruk dari yang Cale bayangkan.

Area bawah tanah yang luas tampak di hadapan Cale. Pada saat yang sama, angin puyuh yang garang memenuhi pandangannya.

Bum, bum!

Bebatuan di dinding gua perlahan-lahan ambruk karena angin puyuh itu. Adanya cukup banyak bebatuan di tanah memberitahu Cale bahwa area ini melebar secara konsisten.

Cale bolak-balik melihat antara area bawah tanah dan jalan kecil yang dia lalui untuk sampai ke sini. Rasanya dia akan terdorong ke belakang oleh angin jika dia masuk ke dalam. Yah, tidak hanya terdorong ke belakang, tapi malah terbanting ke dinding, yang mungkin akan membuatnya luka parah.

Itulah gambaran seberapa kuat angin itu.

“Mm.”

Tentu saja, di tengah-tengah angin puyuh itu terlihat tenang, karena itulah pusat angin badai ini.

‘Kurasa pasti mustahil bagi Taylor tanpa bantuan Cage.’

Kini dia paham kenapa novel itu mengatakan mereka berdua berjuang keras selama seminggu. Akan tetapi, Cale mulai tersenyum. Ini akan menjadi pertarungan melawan waktu.

Cale melangkah masuk ke area bawah tanah, ke dalam angin puyuh yang garang, tanpa ragu-ragu. Rambut merah Cale berkibar beserta pakaiannya.

Pada saat bersamaan…

“T, tidak! Kamu bisa terluka! Kamu sangat lemah!”

Naga itu muncul di belakang lorong kecil itu dan berseru panik.

Juga pada saat yang sama…

“..Hah?”

Naga itu dapat melihat perisai besar dengan dua sayap perak muncul dan mengelilingi Cale.

Kedua sayap itu, yang bersinar sangat terang hingga membuatnya tampak keramat, mengelilingi Cale sementara perisai besar itu memblokir angin. Perisai dan sayap itu melindungi Cale.

Cale menoleh. Mataya terbuka lebar saat tatapannya mendarat pada naga itu.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

Naga Hitam itu tidak dapat berkata apa pun sebagai jawaban.

 

***

Proofreader: Tsura


<<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Isi 

 

Sunday, February 28, 2021

Trash of the Count’s Family (#22)

Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 22: Balas Budi (2)


Setelah melewati gerbang Kota Puzzle dengan mudah, kereta Kura-Kura Emas keluarga Henituse mengikuti arahan wakil kepala pelayan Hans menuju penginapan.
“Ini lebih kecil dari Kota Western.”
“Benar. Kecil.”
Cale menganggukkan kepala mendengar ucapan On dan Hong, lantas melihat keluar kereta.
‘Dia tidak akan mengikutiku ke dalam kota, kan?’
Menurut Choi Han, Naga Hitam itu mengikuti mereka dari kejauhan, lalu datang pagi-pagi sekali untuk mengantarkan makanan lantas melarikan diri.
“Bukankah dia menggemaskan? Naga itu tampak seperti anak kecil yang belum kehilangan kepolosannya, bahkan setelah melalui pengalaman hidup yang mengerikan.”
‘…Tidak juga.’
Itulah yang Cale pikirkan saat Choi Han berbicara padanya dengan riang. Jika Choi Han pernah melihat naga itu meledakkan sebuah gunung, dia tidak akan menyebutnya ‘menggemaskan’.
Cale tidak tahu mengapa naga itu melakukan ini, meskipun dia berkata dia membenci manusia. Ini terlalu berlebihan bagi Cale. Dia tidak menyangka akan jadi seperti ini.
Karena dia masih belia, Cale mengira naga itu akan menjauhi wilayah Marquis dan membangun sarangnya sendiri untuk mengembangkan kekuatannya. Cale berharap, setelah tumbuh lebih kuat, naga itu akan menghancurkan kediaman Marquis sebelum peperangan meletus di kontinen ini.
Itu akan membantu menjaga wilayah Henituse tetap damai untuk jangka waktu lama.
“Ck.”
Cale mendecakkan lidahnya, dan kedua anak kucing, yang memandang keluar jendela dengan girang, terkesiap lalu menghampiri Cale. Tampaknya mereka telah melihat sesuatu yang aneh di luar, dan datang untuk bertanya.
“Ada menara batu di depan setiap rumah.”
“Sangat, sangat aneh.”
Cale menjawab santai.
“Ini kan kota menara batu.”
Kota Puzzle terkenal dengan reruntuhan kuno dengan banyak menara batu, tapi kota ini juga terkenal karena setiap rumah punya menara batu di depannya.
Orang-orang di kota ini membuat parit kecil di luar jendela mereka dan meletakkan menara kecil dari batu di atasnya. Tidak tepat menyebutnya sebagai menara batu, karena tersusun kurang dari sepuluh batu, tapi bentuk menara batu itu berbeda-beda sesuai kepribadian pemilik rumahnya.
Itulah mengapa tidak mengherankan jika penginapan mewah yang dikunjungi Cale juga memliki menara batu di depannya.
“Apa kita akan menginap di sini?”
Hans segera menjawab pertanyaan Cale, sementara mereka mengikuti di belakang pemilik penginapan. Hans tampak sangat senang, saat dia berjalan dengan kedua kucing bersaudara di dalam pelukannya.
“Ya, tuan. Kita memesan kamar bagi Choi Han-nim untuk dua hari, dan telah sepakat untuk membayar kamar untuk seluruh rombongan bergantung berapa lama kita menginap di sini.”
Ron tersentak sejenak mendengar perkataan Hans lalu segera menyusul di belakang dengan kotak sihir di tangannya. Hans terus berbicara.
“Kita tiba tepat sebelum musim Festival Menara Batu, jadi harga kamarnya tidak terlalu mahal.”
Festival Menara Batu. Kota Puzzle tengah sibuk mempersiapkan acara Festival Menara Batu minggu depan. Tanpa banyak pikir, Cale mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.
“Padahal tidak ada banyak batu di sini, tapi menara batunya lumayan menarik. Sangat aneh.”
“Saya tahu alasannya.”
“Hah?”
Cale melirik ke arah Hans, yang merespons gumamannya.
“Ada cerita sedih sekaligus membangkitkan rasa ingin tahu yang diwariskan turun-temurun.”
“Berhenti saat ini juga jika ceritanya panjang.”
Cale tidak terlalu memedulikan hal itu. Akan tetapi, Hans terus berbicara, sepertinya dia beranggapan itu bukan cerita yang panjang. Rombongan yang memasuki kamar Cale ikut menonton, sementara pelayan keluar dari ruangan, kemudian turut mendengarkan cerita Hans.
“Cerita ini, yah, legenda ini, tentang sesuatu yang terjadi di zaman kuno.”
“Zaman kuno?”
Klik.
Pelayan itu menutup pintu di belakangnya dan hanya grup Cale yang berada di dalam kamar. Cale menyahut mendengar kata ‘zaman kuno’.
“Ya. Zaman kuno.”
“Teruskan.”
Dua kucing kakak-beradik di lengan Hans mengibaskan ekor mereka, seolah tertarik dengan cerita itu, mendongak ke Hans. Ron menuang secangkir minuman lemon tanpa suara dari botol yang dia bawa bersama kotak sihir dan menyodorkannya ke Cale.
Cale memegang cangkir minuman lemon di tangannya dan duduk di sofa dengan bersilang kaki lalu memberi isyarat kepada Hans dengan dagunya. Dia menyuruh Hans segera bercerita.
“Ahem. Menurut dugaan, di masa lalu kota ini kehilangan berkah dewa.”
‘Kehilangan berkah dewa?’
Cale tidak tahu-menahu tentang cerita ini.
“Ini pertama kalinya aku mendengarnya.”
“Itu karena tuan muda tidak pernah belajar tentang sejarah.”
“…Kamu tampaknya senang membantahku belakangan ini. Apa kamu akan terus membantah seperti itu? Hmm?”
Hans segera memalingkan pandangannya dari Cale.
“Ini hal yang wajar bagi seorang kepala pelayan yang hebat untuk memberitahu tuan mereka mengenai hal-hal yang tidak diketahui tuannya.”
Hans mulai berbicara tentang zaman kuno.
“Saya tidak tahu mengapa kota ini kehilangan berkah dewa. Akan tetapi, tampaknya itulah saat beberapa orang di kota ini mulai berkumpul untuk membangun menara batu. Sepertinya itu adalah bentuk pemujaan untuk memohon pada dewa yang telah meninggalkan mereka.”
“Apa itu berhasil?”
Hans menjawab pertanyaan Cale dengan tegas.
“Tidak.”      
Dewa tidak mendengarkan mereka.
“Tampaknya, tidak satu pun doa mereka terkabul. Itu sebabnya mengapa saat ini Kota Puzzle tidak punya satu kuil pun.”
“Tidak ada alasan bagiku memuja dewa yang meninggalkanku. Begitu maksudnya?”
“Ding ding ding! Tuan muda kita benar-benar pintar dan tidak perlu belajar sama sekali.”
“…Kamu ingin dipukul?”
Hans berpaling dari Cale untuk melihat gunung di kejauhan dan lanjut berbicara.
“Ahem. Bagaimanapun, mereka memiliki menara batu alih-alih kuil. Menara batu melambangkan janji yang dibuat penduduk kota setelah semua itu. Itu adalah janji antara penduduk kota, serta janji dengan diri mereka sendiri.”
“Janji seperti apa?”
Hans menjelaskan aturan aneh yang dianut Kota Puzzle.
“Seseorang yang harapannya terkabul akan menghancurkan menara batu mereka sendiri.”
Cale tersenyum.
“Sungguh kota yang menarik.”
“Iya, kan? Karena mereka ditelantarkan oleh dewa, mereka harus meraih apapun yang mereka inginkan dengan kekuatan mereka sendiri. Tindakan menghancurkan menara batu mereka sendiri memiliki makna ‘berhasil mengatasi rintangan’.”
Cale sangat menyukai tindakan menghancurkan menara batu itu. Dia lalu teringat menara-menara batu di depan rumah penduduk.
“Menara batu itu tidak dibangun untuk meminta pertolongan dewa.”
“Benar. Itu lebih seperti lambang ketetapan hati mereka.”
Menara batu seperti ini sangat penuh makna, bahkan jika kamu tidak pernah berhasil menghancurkannya.
“Kurasa pada akhirnya yang mengabulkan permohonan mereka bukanlah dewa.”
“Ya. Anda benar. Meskipun menyedihkan melihat mereka ditelantarkan, cerita ini juga memberi banyak harapan pada orang-orang.”
Cale dengan santai memberi perintah kepada Hans yang menjawab balik kepadanya.
“Lihat ke bawah.”
“Maaf?”
Melihat Hans yang kebingungan, Cale menunjuk dada Hans dengan jarinya.
“Tampaknya kedua kucing itu marah.”
“Apa?”
Ah. Hans melihat ke bawah dan tersentak, matanya membelalak. Kedua anak kucing itu memperlihatkan gigi-gigi mereka dengan marah. Pupil mata keemasan yang menatap Hans tampak garang.
“Aigoo. Kenapa kedua kucing-nim kita sangat marah? Haruskah aku membawakan dendeng lagi?”
Hans tersenyum sembari menurunkan kedua anak kucing dari dadanya. Karena dia tidak tahu mereka adalah Manusia Siluman, dia beranggapan mereka marah karena merasa lapar. Akan tetapi, kedua anak kucing itu tidak marah karena hal itu. Cale teringat pada apa yang kedua bersaudara itu katakan kepadanya sebelumnya.
‘Aku dengar dari Hans tadi.’
‘Hans bilang.’
‘Jika kita membuat permohonan di menara batu, harapan kita akan terkabul.’
‘Dia bilang menara batu itu indah.’
Tap. Tap.
On tampak marah, seraya mengetuk-ngetuk lantai dengan kakinya, sementara Hong mengetuk lantai dengan ekornya. Mereka marah karena Hans berbohong pada mereka tentang menara batu itu, tapi kelihatannya Hans salah memahaminya.
“Aigoo, kucing-nim kita. Saya akan mengambilkan camilan enak untuk kalian! Tuan muda, boleh saya pergi mengambilkan sesuatu untuk mereka?”
“Kamu bisa sekalian diam di luar.”
“Saya akan segera kembali.”
Hans berkata dia akan segera kembali, tapi dia tetap memastikan barang-barang yang dia bawa untuk Cale telah diatur dengan rapi, lalu keluar secepat angin begitu semuanya selesai.
“Ron, kamu juga bisa pergi beristirahat.”
Ron tetap bergeming di dalam kamar. Ron menoleh ke Cale lantas tersenyum.
‘Aku punya firasat buruk soal ini.’
Cale benar-benar membenci senyum orang tua itu. Senyumnya membuat Cale menjadi lebih tidak nyaman daripada biasanya. Ron menghampiri sofa tempat Cale duduk, lantas berbicara.
“Apakah Choi Han-nim akan berangkat dalam dua hari?”
“Ya.”
Sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benak Cale, dia lantas tersenyum saat bertanya.
“Kenapa? Kamu tidak ingin dia pergi? Apa kamu ingin pergi dengannya?”
Senyum lembut Ron semakin melebar.
“Bagaimana mungkin saya meninggalkan Anda dan pergi ke tempat lain, tuan muda? Saya senang berada di sisi Anda.”
Ini membuat Cale merinding.
“Saya hanya merasa kecewa Choi Han-nim tidak akan pergi bersama kita sampai ke ibu kota. Saya perlu berbicara dengannya sebanyak mungkin sebelum dia pergi. Beacrox juga mungkin akan sedih melihatnya pergi.”
Ekspresi Cale sedikit membaik setelah mendengar ucapan Ron selanjutnya. Dia tidak terlalu menghiraukannya karena baginya itu merepotkan, tapi tampaknya hubungan pertemanan telah terjalin antara Ron, Choi Han, dan Beacrox.
Choi Han sulit ditebak, tapi jika dia benar-benar membenci seseorang, dia bahkan tidak akan berbicara kepada mereka. Cale teringat rencananya, lalu tersenyum nakal saat dia menjawab.
“Yah, kalian bisa melihat satu sama lain lagi di ibu kota, karena kalian akan bepergian bersama.”
‘Kalian bertiga dapat meninggalkan kerajaan ini dan pergi ke kerajaan Rosalyn. Bagaimana menurutmu? Hebat, kan?’
Cale tidak mengatakan hal itu keras-keras, dia menyeringai sementara Ron tersenyum lebih cerah.     
“Saya menantikan saat kita berkumpul dengan Choi Han-nim di ibu kota. Harapan orang tua ini agar semua orang sampai di sana dengan selamat.”
Cale tidak percaya apapun yang Ron katakan. ‘Menantikannya’ atau ‘berharap semua sampai dengan selamat’. Emosi semacam itu tidak cocok dengan orang tua ini.
Dua anak kucing itu turut mendengus seraya menatap Ron. On dan Hong merasa kesal karena Ron terus berusaha mengajari mereka keterampilan membunuh yang mereka sudah tahu di belakang Cale.
“…Kamu bisa pergi sekarang.”
Cale dengan mudah menyingkirkan Ron dari kamarnya.
“Hans pembohong!”
“Aku terlanjur percaya pada pelayan itu!”
Kedua kucing bersaudara itu akhirnya melampiaskan rasa marah mereka sementara Cale mengabaikan mereka dan melihat keluar jendela.
Cale tengah melihat ke arah gua di sudut Kota Puzzle. Gua ini adalah lokasi menara batu yang belum sempurna itu dan ‘Vitalitas Jantung’. Harusnya ada sebuah rumah kecil di dalam gua itu.
‘Bukankah katanya orang itu hidup sampai berusia 150 tahun?’
Ini adalah kekuatan yang ditinggalkan seseorang dari zaman kuno setelah meninggal secara alami karena usia lanjut. Orang yang meninggal itu menganggap kekuatannya sebagai kutukan. Cale bangkit dari tempat duduknya, sedikit merapikan pakaiannya, lantas membuka pintu.
“Aigoo!”
Hans kebetulan berada tepat di luar pintu. Melihat wakil kepala pelayan, yang berlari kembali dengan lengan penuh dendeng, Cale berujar.
“Ayo kita pergi melihat menara batu.”
Telinga kedua kucing itu berkedut. Cale menyeringai di dalam hati melihat kedua kucing itu, yang berlari ke arahnya seakan-akan mereka tidak pernah merasa marah, kemudian menunjuk orang-orang yang akan pergi dengannya.
“Yang pergi hanya kita dan Choi Han. Oh, bawa On dan Hong denganmu juga.”
Seseorang yang meninggal pada usia 150 ingin menyelesaikan menara batu di Gua Penghimpun-Angin.
‘Yang waktu itu pohon, kali ini angin?’
Di tengah-tengah gua terdapat angin topan yang tampaknya muncul entah dari mana. Laki-laki tua itu menghabiskan 100 tahun lebih mencoba membangun menara batu di pusat angin topan itu. Akan tetapi, dia gagal.
Yah, laki-laki tua itu selalu merusak menara batunya setiap kali dia hampir menyelesaikannya. Dia mengulanginya lagi dan lagi hingga dia meninggal suatu hari setelah menyusunnya lagi hampir setengahnya.
Memangnya apa permohonan laki-laki tua dari zaman kuno itu? Cale tidak begitu peduli. Dia hanya berencana mengamati satu hal dengan hati-hati sembari keluar melihat-lihat menara batu hari ini.  
‘Kalau toh aku akan membangunnya sekalian saja membuatnya terlihat bagus.’
Karena dia harus melakukannya, dia akan membuatnya terlihat bagus. Dia juga harus mengamati beberapa orang, untuk berjaga-jaga, di Reruntuhan Menara Batu.
Tak lama kemudian, Cale, dua anak kucing, Choi Han, dan Hans tiba di pintu masuk Reruntuhan Menara Batu. Mereka tidak membawa kereta mereka yang menunjukkan simbol keluarga Henituse, dan Cale juga mengenakan topi, beralasan dia tidak suka sinar matahari.
‘Mereka benar-benar masih di sini.’
Dia berhasil melacak orang-orang yang dia cari tak lama setelah mereka memasuki area reruntuhan. Cale bersembunyi diam-diam di belakang Choi Han dan Hans.
Sedikit di kejauhan tampak seorang pria berpakaian santai dan seorang wanita. Pria itu duduk di kursi roda, sementara wanita itu mendorong kursi roda dan keluar dari pintu masuk Reruntuhan, yang sekaligus adalah pintu keluar.
Mereka tidak menyadari tatapan sembunyi-sembunyi Cale dan meninggalkan reruntuhan dengan santai. Pria itu sedikit menolehkan kepalanya ke arah wanita itu dan bertanya.
“Kenapa kamu ingin datang ke sini hari ini?”
“Aku tidak tahu apakah ini pesan dari dewa atau omong kosong belaka, tapi aku memimpikan hal yang sama selama dua hari ini bahwa aku harus datang ke sini. Mimpiku mengatakan penolong kita di masa depan akan muncul jika kita datang ke reruntuhan. Sesuatu tentang bagaimana bahkan dewa tidak tahu bagaimana penolong itu akan bertindak, kecuali informasi bahwa mereka akan datang ke reruntuhan hari ini.”
“Ada seseorang yang bahkan dewa tidak bisa prediksi?”
“Siapa tahu? Sebagian yang dewa itu katakan adalah omong kosong. Benar-benar omong kosong.”
Wanita dengan rambut pendek berwarna cokelat menumpahkan kekesalannya.
“Omong kosong? Itu adalah perkataan dewa. Lagi pula, bukankah itu rahasia kalau kamu bisa mendengar pesan dari dewa?”
Pria yang menjawab balik itu adalah putra sulung dari keluarga Marquis Stan, Taylor Stan.
“Toh tidak ada seorang pendeta pun di Kota Puzzle. Dan siapa peduli tentang perkataan dewa? Memangnya dewa memberi kita makan? Bagaimana bisa ada penolong bagi orang-orang seperti kita? Sama sekali palsu. Aku lapar. Ayo kita makan.”
Wanita yang terlihat jengkel itu adalah sahabat Taylor, Cage, wanita yang nantinya akan dipanggil dengan sebutan Pendeta Gila. Taylor menjawab balik Cage dengan raut muka serius.
“Cage, tiba-tiba aku ingin minum bir.”
“Benarkah? Aku ingin makan daging babi asap.”
Mereka melihat satu sama lain dengan ekspresi serius. Taylor menunjuk ke depan dengan jarinya, dan merespons Cale dengan serius.
“Sungguh kombinasi yang hebat. Ayo. Dorong! Aku yang traktir!”
“Aigoo, kamu yang traktir?! Pendeta ini akan melakukan yang terbaik untuk mengantar Anda ke sana.”
Mereka berdua tertawa-tawa dan mulai bergerak.
Cale tidak dapat mendengar obrolan mereka karena jaraknya sangat jauh, tapi dia berusaha sebaik mungkin mengingat wajah kedua orang ini, yang masih mampu tertawa sementara berada di tengah-tengah situasi yang sangat buruk.
‘Sekarang karena aku telah memastikan rupa mereka, aku hanya perlu memastikan untuk menghindari mereka.’
Karena mereka tidak tahu siapa dia, Cale hanya perlu memastikan dia menghindari mereka ke depannya.
 


***
Proofreader: Harlianti


                 
>>>             
Chapter Selanjutnya 

===
Daftar Isi  
   
     

Trash of the Count’s Family (#21)

 

Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 21: Balas Budi (1)

 

Cale menganggukkan kepala dengan santai ke arah Choi Han pagi ini lalu mengangkat gelas berisi air dingin yang Ron siapkan untuknya. Cale teringat apa yang Ron katakan tadi, sementara dia merasakan air dingin mengalir turun di dalam tubuhnya. 
“Tuan muda, tidak baik pergi jalan malam lama-lama. Ron ini sangat mengkhawatirkan Anda.”
Anehnya, itu membuat pikirannya jernih, bahkan tanpa perlu air dingin. Cale meletakkan gelas itu kembali dengan hati-hati lalu berujar kepada Choi Han.
“Kamu mengurus semuanya dengan baik?”
“Ya, Cale-nim.”
Setelah Choi Han mengantar Cale pulang ke penginapan, dia segera kembali untuk menghapus jejak mereka dan membuat jejak palsu yang baru mengarah ke barat.
Meeeeeeong. Cale menatap kedua anak kucing yang sedang makan dendeng dan menguap, lantas mulai menjelaskan Choi Han tentang kota yang akan segera mereka datangi.
“Nama kota berikutnya adalah Kota Puzzle. Itu adalah titik tengah perjalanan kita.”
Setelah keluar dari wilayah Henituse yang dikelilingi pegunungan, mulai dari kota kecil di wilayah Viscount ini sampai ibu kota seluruh jalannya beraspal dengan baik.
‘Itulah alasannya mengapa wilayah Henituse selalu aman sampai saat ini, meskipun hal ini merepotkan bagi pedagang.’
Meskipun ada banyak barang untuk dijual, akan sulit bagi pedagang untuk bepergian membeli barang-barang itu jika jalannya buruk. Akan tetapi, pedagang melalui ketidaknyamanan ini karena jalannya beraspal begitu mereka meninggalkan wilayah Henituse. 
Lagi pula, jalan beraspal ini membuat orang-orang berpengaruh di setengah bagian timur Kerajaan Roan bisa berkumpul secara rutin. Itu sebabnya kenapa orang-orang di ibu kota dapat membahas banyak permasalahan di Wilayah Timur, meskipun tidak ada bangsawan dengan gelar lebih tinggi dari Marquis di sana.
“Butuh waktu cukup lama untuk sampai sejauh ini karena wilayah kita memiliki banyak pegunungan, tapi dari sini tidak akan butuh waktu lama.”
Kota Puzzle bukanlah titik tengah berdasarkan jarak, melainkan berdasarkan waktu.
“Tapi Cale-nim.”
“Apa?”
“Saya pergi memeriksa vila Viscount dalam perjalanan pulang.”
“Lalu?”
Melihat ekspresi tenang Cale, Choi han memasang raut muka yang agak getir saat menjawab.
“Mereka tampak kalang kabut. Juga ada prajurit dan kesatria yang meninggalkan desa.”
“Aku yakin mereka pergi untuk melapor.”
Setelah siuman, kemungkinan mereka mengirim orang ke Venion dan menyelidiki area sekitar gua. Akan tetapi, tampaknya itu bukanlah akhir dari laporan Choi Han.
“Akan tetapi.”
“Katakan saja.”
Cale mengerutkan kening, dan menyergah Choi Han secara blak-blakan. Choi Han tampak masih berwajah getir dan berbicara pelan.
“Sebagian rute keluar yang kita lalui dari gua meledak. Bahkan pohon, rumput, tanah, dan segala sesuatu di sekitarnya hancur berantakan.”
Pluk.
Kedua anak kucing itu menjatuhkan dendeng di mulut mereka. Akan tetapi, Cale masih terlihat tenang.
“Pasti naga itu pelakunya.”
Choi Han hanya berdiri tanpa suara. Cale melihat itu, dan tersenyum seraya bangkit dari tempat duduknya.
Meskipun baru 4 tahun, naga itu sangatlah pintar. Dia tahu seseorang mungkin saja datang ke rute pelarian itu, dan memutuskan untuk meledakkannya. Karena naga juga sangat sensitif terhadap mana, dia mungkin menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya untuk menghancurkan alat sihir di area itu.
“Sudah bagus dia tidak membunuh semua orang yang tidak sadarkan diri. Dia mungkin menahan diri karena masih belia dan masih punya rasa takut.”
“Begitu rupanya. Saya memang merasakan mana yang sangat kuat di sana.”
“Jangan sekali-kali meremehkan naga hanya karena dia kecil. Kamu akan menyesalinya.”
Kabarnya naga merupakan binatang besar yang sangat picik. Cale memuji dirinya sekali lagi karena meninggalkan naga itu alih-alih membawa naga itu bersamanya, lalu bertanya pada CHoi Han.
“Kamu bisa keluar sekarang. Apa kamu akan tidur sampai kita berangkat?”
“Tidak. Saya perlu membantu Beacrox.”
“Siapa? Beacrox?”
Cale terkesiap kaget, dan segera bertanya.
“Oh, kurasa kalian sudah akrab sekarang?”
Pada saat itu, Cale melihat Choi Han memasang ekspresi datar untuk pertama kalinya. Choi Han menjawab dengan sangat tegas.
“Tidak. Kami sama sekali tidak akrab.”
“...Aku, aku mengerti…. Baiklah kalau begitu.”
Cale balas menyahut dengan ekspresi yang sama di wajahnya, dan Choi Han membungkukkan badannya tanpa suara lalu keluar dari kamar. Cale memberi Choi Han sebuah perintah saat dia hendak membuka pintu.
“Ah. Beritahu Hans untuk menyiapkan minuman saat kamu keluar.”
“Maaf?”
Mata Choi Han melebar karena terkejut saat menoleh ke Cale. Dia bolak-balik melihat Cale yang tampak rileks dan jam yang menunjukkan pukul 7 pagi. Cale menjawab pertanyaan diam Choi Han dengan santai. 
“Kamu tidak pernah dengar minuman pengar?”
Choi Han pergi tanpa mengatakan apa pun, tapi Cale tidak peduli. Bahkan On dan Hong memandanginya dan tampak bertanya-tanya apa dia benar-benar akan minum-minum sepagi ini, tapi Cale mengabaikan mereka juga, dan menatap ke dalam cermin.
“Sungguh ekspresi yang hebat.”
Wajahnya terlihat sangat lelah, dan masih sedikit mabuk. Cale menganggukkan kepala dengan puas, lalu turun menuju lantai pertama.
‘Sesuai dugaanku.’
Pukul 7 masih sangat pagi, tapi bagi beberapa orang hari belumlah berakhir. Wakil Kapten berdiri di sana, tampak seolah-olah dia tidak pernah mabuk semalam, dan sedang mengobrol serius dengan seseorang.
Cale dapat melihat Choi Han yang kaku di dekat mereka. Itu karena orang yang berbicara dengan Wakil Kapten adalah salah satu kesatria yang Choi Han kalahkan kemarin. Tidak heran dia membeku di tempat.
Cale menghampiri Choi Han, dan menendang kakinya.
 “Kenapa kamu terlihat kaku begitu?”
“Ah.”
Choi Han tersentak sejenak mendengar bisikan diam-diam Cale, lalu tersenyum canggung dan menyahut pelan.
“Saya pikir saya telah menggunakan cukup kekuatan untuk membuat mereka tidak bisa melawan selama sehari, tapi mereka sudah sadar dan bergerak lebih cepat dari dugaan saya. Saya rasa saya menganggap tubuh manusia lebih lemah dari yang sebenarnya. Saya rasa saya bisa menggunakan lebih banyak kekuatan melawan manusia ke depannya.”
Cale memalingkan pandangan dari Choi Han. Choi Han benar-benar cocok sebagai model tokoh utama yang akan dengan senang hati menghancurkan apa pun di jalannya atas nama keadilan. Ada juga makhluk lain yang di luar ekspektasi Cale.
On dan Hong mengikutinya turun ke lantai bawah. Kedua anak kucing itu menyeringai saat menggoyang-goyangkan ekor mereka dan melirik kesatria itu. Siapa pun bisa melihat mereka sedang menikmati situasi ini.
‘...Apa aku yang paling penakut di sini?’
Saat Cale memikirkan itu dan duduk di mejanya, pemilik penginapan membawakan sebuah botol alkohol kepadanya.
“Tuan muda, saya menyiapkan alkohol yang sama dengan yang Anda minum tadi malam.”
“Orang tua, ada satu hal yang terus muncul di pikiranku tiap kali aku melihatmu.”
“Ya?”
Cale tersenyum kepada laki-laki tua yang tampak gugup itu, lantas lanjut berbicara.
“Menurutku kamu pedagang yang pintar. Itu pujian. Ini sempurna untuk sebuah minuman pengar.”
Pong.
Botol alkohol itu terbuka dengan bunyi yang menyegarkan, dan Cale segera menuangkannya ke dalam gelas lalu meneguknya. Wajahnya berubah merah hampir seketika. Cale dengan sengaja membuat matanya setengah terbuka, dan melihat ke arah Wakil Kapten. Wakil Kapten masih mengobrol dengan kesatria lain.
“Kemarin, kami mengadakan pesta untuk bersantai setelah perjalanan panjang setiba di sini. Semua orang minum-minum dan bersantai. Tidak ada seorang pun yang meninggalkan penginapan. Tapi aku masih tidak mengerti mengapa seseorang dari kediaman Viscount penasaran dengan hal itu.”
Kesatria dari kediaman Marquis sepertinya memperkenalkan diri sebagai seseorang dari kediaman Viscount. Kesatria itu tersenyum kepada Wakil Kapten yang menatapnya curiga, tapi kesatria itu menjawab balik dengan raut wajah serius.
“Ada pencuri yang membobol vila Viscount kemarin. Dua orang kesatria lain dan aku sendiri yang berjaga, tapi pencuri itu berhasil mengambil beberapa barang. Setelah mendengar orang-orang dari kediaman Count Henituse ada di desa, kami datang untuk melihat apakah pencuri itu juga mencuri dari Count.”
‘Pencuri apanya. Yah, kurasa pencuri naga juga termasuk seorang pencuri.’
Cale menenggak langsung dari botol seraya memikirkan itu. Pada saat itu, dia membuat kontak mata dengan kesatria yang ada di vila Viscount kemarin.
“Lihat apa kamu?”
Kesatria itu segera membungkuk dan berpaling. Wakil Kapten melihat ke arah Cale dengan canggung, lantas berdehem dan menjawab dengan lantang dan percaya diri.
“Ahem. Tuan muda kami minum-minum karena harinya jadi lebih baik jika dia minum di pagi hari. Lagi pula, itu minuman pengar. Dia tipe orang yang minum untuk mengobati pengar karena terlalu banyak minum semalam.”
Cale memelototi Wakil Kapten, karena dia tidak bisa menebak apakah Wakil Kapten itu sedang meledeknya atau mencari-cari alasan untuknya, lantas menenggak botolnya.
“Begitu. Sungguh tuan muda yang menarik.”
Kesatria itu merespons ucapan Wakil Kapten dengan positif, lalu membungkuk hormat ke arah Cale.
‘Kurasa harusnya ini mengurangi kecurigaan mereka pada kami.’
Cale merasa mereka tidak lagi punya alasan untuk dicurigai oleh kesatria Marquis yang datang ke penginapan sepagi ini. Naga itu kebetulan menghilang saat rombongan Cale ada di sini, dan mereka pergi keesokan harinya, tapi tidak ada alasan untuk mencurigai mereka.
Bawahan Venion yang lain akan berpikir tentang seragam bintang enam yang dipakai para pelaku, pakaian yang tampaknya melambangkan sebuah organisasi tertentu, serta jejak yang mengarah ke barat. Akan tetapi, yang lebih penting adalah mereka tidak akan pernah mengira seseorang seperti Cale, yang dipanggil pembuat onar, akan mampu melakukan sesuatu seperti itu.
“Kalau begitu saya doakan semoga perjalanan Anda aman sampai tujuan.”
Lagi pula, tidak mungkin mereka bisa menahan putra sulung seorang Count agar tidak pergi ketika mereka tidak bersama Marquis, Venion atau bahkan Viscount. Khususnya ketika bangsawan itu sedang menuju ibu kota di bawah perintah keluarga kerajaan.
‘Siapa yang beranggapan seorang bangsawan yang minum-minum dalam perjalanannya memenuhi panggilan keluarga kerajaan adalah orang yang normal?’
Menjadi pembuat onar memang yang terbaik. Cale terus minum-minum dengan perasaan puas.
‘Aku yakin Venion tidak akan mencurigai kami, bahkan setelah dia tahu apa yang terjadi.’
Venion dan Marquis Stan mungkin adalah orang-orang yang tahu lebih baik dari yang lain bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara Count Henituse dan organisasi rahasia itu. Khususnya jika berkaitan dengan naga itu.
Cale mengamati kesatria itu meninggalkan penginapan sebelum meminum teh lemon madu yang Ron taruh di hadapannya.
“Ron.”
“Ya, tuan muda.”
“Sepertinya teh madu paling ampuh mengobati pengar.”
“Iya, kan?”
Ron tersenyum seraya menatap Cale, tapi Cale berpaling dan berusaha menenangkan perutnya. Setelah Cale tidak lagi merasa mual karena minum terlalu banyak, mereka sekali lagi berangkat untuk melanjutkan perjalanan.
Tujuan mereka berikutnya adalah Kota Puzzle. Kota itu merupakan pusat transportasi barang di Wilayah Timur, dan ia cukup terkenal dengan jumlah menara batu di sekeliling kota.
Cale perlu mencari menara batu yang belum selesai di Kota Puzzle.
“Apa kita akan berkemah hari ini?”
On menggigit dendeng saat bertanya pada Cale. Cale menganggukkan kepala.
“Ya. Mulai hari ini, kita akan sering berkemah di luar.”
Cale telah mengatur jadwal yang cukup padat mulai dari sini. Itu karena dia ingin punya cukup waktu di Kota Puzzle. Dia berpaling dari kedua kucing bersaudara itu, yang tengah berbisik diam-diam satu sama lain, dan melihat ke luar jendela kereta.
‘Vitalitas Jantung.’
Itulah nama kekuatan kuno yang akan memperkuat Perisai Anti-Hancur. Ini adalah kekuatan yang berfokus pada pemulihan dan vitalitas.
‘Itulah alasan putra sulung itu mencarinya.’
Taylor, putra sulung Marquis, yang kehilangan posisinya sebagai penerus. Dia satu-satunya orang baik di keluarga Marquis, tetapi tubuh bagian bawahnya lumpuh akibat perbuatan Venion.
Taylor memeriksa semua teks demi mencari kekuatan yang dapat menyembuhkannya. Dalam prosesnya, dia kebetulan menemukan teks kuno di sebuah toko buku tua, dan walaupun sulit menafsirkan teks kuno itu, dia berhasil menafsirkan beberapa kata setelah berupaya keras.
Pemulihan. Menara Batu.
Kedua kata itu menjadi petunjuk bagi Taylor yang segera pergi ke Kota Puzzle, yang juga dikenal dengan Kota Menara Batu. Kemungkinan saat ini dia ada di Kota Puzzle. Di novel, dia akan menemukan kekuatan kuno itu sebulan dari sekarang.
‘Tapi itu sia-sia.’
‘Vitalitas Jantung’ tidak dapat memulihkan tubuh yang sudah terluka. Ia hanya bisa menyembuhkan luka yang didapat setelah memperoleh kekuatan itu. Kemampuan pemulihannya juga terbatas, serta ada harga yang harus dibayar untuk setiap pemulihan.
Taylor jatuh ke dalam keputusasaan setelah mengetahui hal itu. Tidak ada waktu lagi, dan kekuatan kuno itu adalah harapan terakhirnya. Ini karena Taylor tidak tahu kapan Venion akan datang membunuhnya.
‘Dia meninggal sebulan setelah menemukan kekuatan itu.’
Taylor akhirnya tewas di tangan organisasi tak dikenal ketika ibu kota kacau balau oleh insiden teror. Tentu saja, Venion yang bertanggung jawab mengirim organisasi itu kepada Taylor.
Alasan Cale mengingat tokoh pendukung ini, yang sepertinya mempunyai peran yang bahkan lebih kecil dari Cale asli di novel, karena pertemanan kokoh antara Taylor dan sahabatnya.
Pendeta wanita yang gila. Dia adalah sahabat Taylor dan satu-satunya orang yang selamat dari upaya pembunuhan Taylor. Dia membunuh sebagian pembunuh bayaran karena murka, dan akhirnya diusir dari kuil. Dia mendapat luka besar di punggungnya dari kejadian itu dan dengan percaya diri memberitahu kuil tentang apa yang sudah dia perbuat.
‘Aku bersikap layaknya manusia daripada mengikuti keinginan dewa. Aku percaya itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.’
Dia lantas melanjutkan setelah itu.
‘Aku sekarang bebas!’
Itu adalah ketika dia mulai disebut pendeta gila oleh orang-orang. Kemampuan khasnya adalah menggunakan kekuatan Dewa Kematian untuk memberi kutukan. Kuil memang telah mengusirnya, tapi dewanya tidak membuangnya.
Ketika perang meletus di novel, dia menjadi terkenal, meskipun dia bukan pahlawan, karena dia membantu mengobati orang-orang yang terluka.
‘Kupikir kali ini akan berbeda.’
Ada kemungkinan Taylor tidak akan mati dalam sebulan ke depan. Venion akan sibuk mengurusi insiden naga yang hilang dan mencari muka kepada Marquis. Kemungkinan dia perlu berfokus pada adik-adiknya daripada kakaknya yang lumpuh untuk mempertahankan statusnya sebagai penerus gelar Marquis.
‘Dan karena aku akan merenggut harapan terakhir Taylor, aku perlu memberikannya harapan baru.’
Walaupun Vitalitas Jantung adalah kekuatan kuno yang Taylor tidak butuhkan, Cale tidak setega itu merenggut harapan terakhir seseorang.
Cale juga penasaran apa yang dapat dicapai oleh kombinasi Taylor dan Pendeta Gila jika mereka berhasil bertahan hidup lebih lama. Dia beranggapan mereka berdua dapat mengubah kediaman Marquis. Jika itu dapat terjadi, itu akan menguntungkan Cale untuk jangka panjang.   
Namun, sesuatu yang terlintas di pikirannya membuat ekspresi Cale menjadi kaku.
‘Bahkan Beacrox kesusahan melawan kutukannya, kan?’
Ketika Cale mengingat bagaimana si ahli penyiksa Beacrox berjuang melawan kutukan pendeta wanita itu, dia segera berhenti memikirkan tentangnya. Dia juga memutuskan untuk berhenti memikirkan tentang Taylor si bangsawan yang baik hati dan peduli pada masyarakat.
‘Mereka tidak cocok denganku.’
Mereka tipe orang yang berlawanan dari Cale. Mereka orang baik yang setia dan saling percaya satu sama lain. Cale lebih memilih Ron atau Beacrox dibanding orang-orang seperti mereka.
‘…Tidak. Bisa-bisanya aku memikirkan hal semengerikan itu.’
Cale segera berhenti memikirkan tentang Ron dan Beacrox.
Pada saat itu, Cale melihat ke bawah setelah merasakan sesuatu menepuk kakinya. Dia dapat melihat mata emas milik kedua kucing itu berkilau saat mereka berbicara.
“Aku dengar dari Hans tadi.”
“Hans bilang.”
Hans masih belum tahu kedua anak kucing itu berasal dari Suku Kucing, dan terus bercerita banyak hal di hadapan mereka. Kedua anak kucing itu tampaknya ingin memberitahu dia sesuatu yang mereka dengar dari Hans.
“Apa?”
Kedua bersaudara itu sepertinya sudah terbiasa dengan cara bertanya Cale yang ketus, lantas berbicara.
“Jika kamu membuat permintaan di menara batu, permintaanmu akan terwujud.’
‘Dia bilang menara batu itu indah.”
“Aku ingin pergi. Tapi tidak apa-apa jika itu terlalu merepotkan.’
“Aku ingin pergi denganmu, tapi tidak apa-apa jika itu terlalu sulit.”
Cale bengong menatap kedua anak kucing yang gugup itu lalu bertanya dengan santai.
“Apa permintaan kalian?”
Hong menggoyangkan bulunya, yang sekarang tampak lebih sehat dan lebih berkilau berkat perawatan yang baik dari Hans, dan berseru kegirangan.
“Semua orang, termasuk adikku yang baru-“
“Ditolak.”
Cale segera mengabaikan kedua anak kucing itu dan berpaling dari mereka. Kereta itu berhenti pada saat itu juga. Mereka tiba di lokasi kemah mereka untuk malam itu.
“Sepertinya kita akan berkemah di luar lagi mulai hari ini.”
“Benar.”
Cale menjawab ujaran Hans, lantas melihat sekeliling tempat kemah mereka. Angin hutan bertiup di atas kepalanya. Cale menghabiskan malam itu dengan pikiran tenang.
Keesokan harinya.
“Tuan muda.”
“…Apa ini?”
Cale menatap tubuh rusa yang sudah mati tergeletak di pinggiran tempat kemah mereka. Rusa itu tampak habis diburu baru-baru ini. Hans melapor kepada Cale, yang terus menatap rusa itu.
“Seseorang meninggalkannya di sini di tempat kemah kita.”
Hans menunjuk ke samping rusa itu. Cale juga sedang memperhatikan lokasi itu. Di tanah, tampak gambar garpu dan pisau.
Seolah-olah seseorang meninggalkan rusa itu di sana agar mereka bisa memakannya. Cale tiba-tiba punya pikiran aneh. Dia lalu menoleh ke anggota rombongannya. Kedua kucing bersaudara di lengan Choi Han serta Choi Han sendiri sedang tersenyum seraya melihat Cale.
‘…Aku punya firasat buruk tentang ini.’
Dia benar-benar punya firasat buruk mengenai hal ini.
Seseorang yang bisa bicara, tapi tidak bisa menulis, telah meninggalkan rusa itu untuk mereka. Juga, itu adalah seseorang yang Choi Han, yang bertugas jaga tadi malam, tahu dengan jelas ada di sana, tapi pura-pura tidak melihatnya.
‘…Aku punya firasat buruk ini perbuatan naga itu.’
Dia menoleh kembali untuk melihat Choi Han, On dan Hong, yang masih menatapnya, dan memperingatkan mereka dengan serius.
“Kita akan pura-pura seolah-olah kita tidak tahu.”
Meeeeong.
Meeong.
Kedua bersaudara itu terlihat meledeknya, tapi Cale pura-pura tidak tahu tentang itu. Namun, bahan makanan baru diantarkan ke mereka setiap kali Cale dan krunya berkemah di luar. Babi liar, kelinci, dan berbagai macam buah-buahan. Cale sekarang yakin akan keberadaan naga yang mengikutinya.
Cale kemudian tiba di Kota Puzzle dengan kepastian itu di dalam pikirannya.  
 
***
Proofreader: Harlianti

<<<

Chapter Sebelumnya                   
>>>             
===