Tuesday, February 9, 2021

Trash of the Count’s Family (#10)



Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 10: Mendapatkannya (3)

 

Wakil kepala pelayan Hans segera memerintahkan pelayan lain untuk memanggil Choi Han.

“Di mana dia sekarang?”

“Ah, dia bersama Ron di dapur koki Beacrox.”

Jantung Cale terlonjak saat dia berjalan ke dalam ruang belajar. Apakah hubungan mereka bertiga berjalan baik seperti yang kuharapkan?

“Saya diberitahu dia sedang belajar cara memasak makanan sederhana dari koki Beacrox.”

“Memasak?”

“Ya.”

Satu sudut bibir Cale naik.

‘Memasak apanya.’

Mereka menyebutnya ‘memasak’, tapi paling-paling dia sedang belajar bagaimana cara menyiksa orang atau Beacrox dan Ron sedang mengagumi keterampilan pedang Choi Han. Cale tidak perlu melihatnya langsung untuk tahu yang sebenarnya.

Cale berjalan dan duduk di mejanya. Dia lalu dengan santai bertanya pada Hans, yang berdiri malas-malasan di sudut ruangan.

“Apa yang dia minta?”

“Ah.”

Hans tampak terkejut mendengar pertanyaan mendadak Cale, lalu segera memasang tampang serius dan mulai memberi laporan. Itu adalah informasi yang Cale harapkan.

Hans tidak dapat menyembunyikan rasa sedih dan kecewanya saat menceritakan apa yang terjadi pada Desa Harris, dan pergi menghadap Count bersama Choi Han untuk menyerahkan Plakat Kepala Desa yang Choi Han bawa.

“Ayah bertemu dengannya?”

“Ya. Count segera memberi perintah untuk mengadakan pemakaman dan akan mengirim pengawas, ksatria dan prajurit untuk melakukan penyelidikan.”

Mm. Hans berhenti beberapa saat dan tampak ragu-ragu lalu lanjut berbicara.

“Akan tetapi, tamu itu mengatakan dia tidak akan kembali bersama kami.”

Hans mengingat pertemuan Count dengan Choi Han, saat Choi Han menjelaskan situasinya kepada Count.

Choi Han berbicara seperti biasa, tapi ujung jari-jarinya gemetar. Itulah saat Hans tahu Choi Han berumur 17 tahun. Dia bertahan hidup karena dia kebetulan pergi mencari tanaman obat sendirian ketika pembunuhan massal itu terjadi. Tapi harus melihat semua tetangga dan temannya dibunuh pada usia semuda itu, seberapa besar syok yang dia alami?

“Apakah tidak apa-apa?”

Itu sebabnya Hans bertanya pada Cale. Apakah tidak apa-apa baginya untuk tidak mengucapkan kata-kata perpisahan terakhir?

“Itu adalah keputusannya.”

Cale menjawab pertanyaan Hans dan mengganti topik pembicaraan. Dia sudah tahu kenapa Choi Han tidak ingin kembali. Dia telah berpamitan saat mengubur mereka. Satu-satunya yang tersisa baginya adalah membalas dendam kepada orang-orang yang merenggut masa depan mereka.

“Apakah Ron mengurusnya dengan baik?”

“Ya. Dia memastikan tamu Anda makan tepat waktu. Dia juga sangat ramah kepadanya.”

Mereka bertiga benar-benar tampak akrab satu sama lain.

“Ah.”

Sepertinya Hans teringat sesuatu dan terus berbicara.

“Tampaknya Tn. Ron* terluka lagi ketika sedang bekerja. Pergelangan tangannya diperban.”

“Benarkah? Pastikan untuk memberinya obat.”

‘Dia mungkin membunuh seseorang lagi.’

Itulah yang Cale pikirkan. Dia mendengar suara Hans pada saat itu.

“…Saya pasti akan menyampaikan kata-kata dan perasaan tuan muda kepada Tn. Ron.”

“Tentu, terserah saja.”

Hans membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu saat melihat ekspresi tak peduli Cale, tapi suara keras yang berbeda memenuhi ruangan.

Tok tok tok.

Choi Han sudah tiba. Hans membuka pintu, dan Cale dapat melihat Choi Han berdiri di luar. Cale melambaikan tangannya untuk mengirim Hans pergi, dan Hans mendundukkan kepalanya lalu keluar ruangan tanpa bersuara. Hanya Cale dan Choi Han yang ada di ruang belajar itu.

Cale menunjuk kursi di seberang meja.

“Duduklah.”

Choi Han perlahan-lahan melihat sekeliling ruang belajar lalu duduk di kursi. Cale memberinya cukup waktu untuk melihat-lihat sekitar ruangan.

Layaknya tipikal pahlawan yang baik dan cerdas, Choi Han suka buku. Itu sebabnya hal pertama yang dia lakukan setelah keluar dari Hutan Kegelapan dan tiba di Desa Harris adalah belajar membaca dari Kepala Desa. Setelah melihat-lihat untuk waktu lama, tatapan Choi Han akhirnya mendarat pada Cale.

"Bagaimana aku membalas budi?”

‘Langsung ke pokok permasalahan.’

Cale tersenyum melihat bagaiman Choi Han tidak berbelit-belit.

Balas budi. Choi Han orangnya seksama jika terkait utang budi.

Cale, Kim Rok Soo, sadar dia telah mengubah isi paruh awal ‘Kelahiran Pahlawan’. Dia dapat melihat beberapa hal lain akan turut berubah karenanya. Itu sebabnya dia berusaha semampunya untuk tidak mengubah terlalu banyak hal, tapi…

Dia harus pergi ke ibu kota. Maka akan lebih banyak hal lagi yang berubah.

Cale meletakkan secarik kertas di meja lalu melihat Choi Han.

“Ada cara bagimu membalas budi padaku, tapi pertama-tama aku harus memastikan apakah kamu akan mampu melakukannya atau tidak. Sederhananya, ini adalah sebuah wawancara.”

“Silahkan.”

Choi Han langsung menyetujui Cale untuk mengecek kemampuannya. Cale mulai bertanya.

“Apa kamu tahu bagaimana melindungi orang?”

“…Apa maksud Anda?”

Untuk pertama kalinya Choi Han terkesiap dan bertanya balik setelah beberapa saat. Tatapan Cale berubah tajam. Dia tidak sedang melihat Choi Han, melainkan secarik kertas di meja.

Meskipun dia harus mengubah rencananya dengan cepat, hal ini mungkin saja memberinya keuntungan lebih dari sebelumnya. Dia dapat mencegah rombongan Choi Han mendapatkan kekuatan kuno sementara dia mengambil kekuatan yang dia butuhkan untuk dirinya sendiri.

Toh kekuatan itu tidak berguna bagi mereka.

Cale terus menatap kertas itu lalu lanjut berbicara.

“Sederhananya. Apa kamu bisa melindungi orang alih-alih membunuhnya?”

Kesunyian memenuhi ruangan. Choi Han tidak menjawab. Cale mengalihkan pandangannya dari kertas dan menatap orang yang duduk di kursi. Choi Han duduk dengan kepala tertunduk, dan akhirnya menjawab.

“Aku tidak yakin.”

Ck. Cale berdecak lidah. Itu sebabnya memprovokasi Choi Han saat ini berbahaya.

“Tapi kamu bisa membunuh seseorang?”

Kali ini jawabannya keluar dengan mudah.

“Tentu saja.”

“Maka kamu juga harusnya bisa melindungi orang.”

Mata Choi Han seketika bergetar.

“Itu sulit.”

“Tapi sulit tidak berarti mustahil.”

Tidak banyak hal di dunia ini yang bisa kamu hindari hanya karena itu sulit. Kehidupan yang Cale jalani seperti itu. Itu sebabnya dia merasa senang merasuki tubuh pembuat onar seperti Cale yang bisa melakukan apapun semaunya. Tapi, sayangnya, sekarang ada gunung yang harus dia daki agar bisa meraih masa depan yang damai.

Cale sedang mencari seseorang untuk mendaki dan menjungkirbalikkan gunung itu untuknya.

Choi Han tersenyum getir.

“Kurasa itu benar.”

“Ya, itu benar. Sekarang pertanyaan terakhir.”

“Ya. Silahkan tanya.”

Cale memandang ke dalam tatapan tajam Choi Han lalu menanyakan pertanyaan terakhir.

“Siapa namamu?”

“Anda tidak tahu namaku?”

‘Tentu saja aku tahu. Kamu adalah orang yang akan menghajarku.”

“Aku sudah dengar dari orang lain, tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu.”

“Choi Han.”

Choi Han menjulurkan tangannya.

“Namaku Choi Han.”

Cale menjabat tangan Choi Han.

“Bagus sekali. Aku Cale Henituse.”

Obrolan pendek yang mereka sebut wawancara segera berakhir. Tentu saja, dia lulus. Cale menyodorkan kertas di meja ke arah Choi Han.

“Caramu membalas budi padaku sederhana saja.”

Ada dua nama tertulis di kertas itu. Juga tertulis di mana dia bisa menemukan mereka.

“Pergi ke ibu kota dengan orang-orang ini.”

Mereka adalah anggota rombongan yang Choi Han temui dalam perjalanan menuju ibu kota. Beacrox dan kedua orang ini akan berkembang dan menjadi lebih kuat bersama Choi Han sampai jilid ke-5.

Rosalyn dan Lock.

Salah satunya adalah putri kerajaan tetangga yang kembali ke kerajaannya setelah selamat dari percobaan pembunuhan, dan yang satu lagi adalah anak yang terluka. Tentu saja, anak itu adalah pewaris Raja Serigala. Dia bisa berubah menjadi seekor serigala.

Putri Rosalyn orangnya kuat dan dingin. Dia orang terkuat kedua setelah Choi Han dan menggunakan kekuatannya dengan rasional.

Dia tidak tertarik mengambil alih tahta. Malahan, impiannya adalah untuk menciptakan Menara Sihir terhebat di kontinen, dia akan tumbuh menjadi pahlawan seraya berusaha mewujudkan impiannya.

Archduke** di kerajaannya, yang berusaha membunuh Rosalyn, akan disiksa oleh Beacrox di masa depan.’

Hati Cale bergetar mengingat bagaimana adegan penyiksaan itu digambarkan dengan detil di novel. Tampaknya hatinya sering bergetar belakangan ini.

“Rosalyn. Lock.”

Cale menganggukkan kepalanya mendengar suara Choi Han.

“Ya. Kedua orang itu. Syukurlah kamu bisa membaca.”

Choi Han terus menatap kedua nama itu. Pandangan Cale tertuju pada nama Lock.

Lock. Dunia ini memiliki ras-ras lain seperti Elf, Dwarf, dan Manusia Siluman. Akan tetapi, yang paling tersembunyi dari semua ras itu adalah manusia siluman.

Manusia Siluman. Ini termasuk hewan buas, burung, dan bahkan serangga. Manusia Siluman berbeda dari monster karena mereka punya hati nurani.

‘Lock memiliki darah manusia serigala paling murni.’

Lock memiliki garis keturunan untuk mendominasi para serigala. Siluman dengan garis keturunan paling murni cenderung terlihat lemah dan tidak menonjol ketika mereka sedang di wujud binatang maupun manusia. Akan tetapi, setelah mereka berubah ke mode mengamuk, mereka menjadi lebih ganas dan beringas dibanding siapapun. Dan Lock adalah satu-satunya yang selamat dari seluruh suku Serigala Biru.

Cale mengeluarkan sebuah peta dari laci dan membukanya di atas meja.

“Kamu akan memulai perjalananmu bersamaku.”

Dia lalu menunjuk sebuah lokasi di peta.

“Kita akan berpisah di titik ini. Kamu tinggal ikuti apa yang aku tulis di kertas.”

Choi Han tidak bertanya apapun dan hanya diam mendengarkan. Cale mengamati Choi Han sejenak. Ada alasan Choi Han harus pergi dengannya sampai titik tertentu itu.

‘Aku perlu menghindari naga gila itu.’

Paruh awal ‘Kelahiran Pahlawan’. Seperti novel lainnya, penjahat baru harus muncul setelah Cale. Akan tetapi, penjahat-penjahat itu bukan lawan mudah sepertinya.

Penjahat berikutnya adalah seorang Marquis yang memimpin salah satu faksi bangsawan. Di sepanjang paruh awal novel, dia menjadi penghalang bagi putra mahkota dan Choi Han. Dia akhirnya dimusnahkan di sekitar jilid ke-2, dan Choi Han bertemu pertama kalinya dengan Marquis dalam perjalanan menuju ibu kota ini.

‘Bajing*n itu memelihara si naga gila.’

Ia sudah pasti seekor naga gila.

Ia hanyalah seekor bayi naga. Naga hitam itu disiksa oleh calon penerus Marquis secara rahasia. Mereka melatihnya agar menuruti perintah Marquis.

‘Mereka sama gilanya. Naga adalah makhluk terkuat di dunia. Bagaimana mereka berpikir bisa menjinakkan seekor naga?’

Sebenarnya itu masuk akal.

Marquis berhasil mendapatkan sebuah telur naga melalui organisasi rahasia dan merantainya dengan rantai pembatas mana segera setelah telur itu menetas. Cale tidak dapat mengukur sejauh mana kekuatan organisasi rahasia itu.

Tapi akankah naga disebut makhluk terkuat di dunia tanpa alasan jelas?

Naga hitam ini, yang meskipun belum berumur 5 tahun, tetap saja seekor naga. Pada akhirnya, naga itu menjadi gila dan mengamuk.

Usianya mungkin sangat muda, tapi di novel, dia meledak dengan mana yang cukup untuk melepaskan rantai pembatas mana. Karena mananya dibatasi, mana yang dia ledakkan sebenarnya adalah daya hidupnya sendiri.

Setelah hidup di dalam gua dan disiksa setiap hari tanpa pernah bisa melihat sinar matahari, naga muda itu memotong daya hidupnya sendiri agar bisa bebas.

Setelah berhasil kabur, naga itu akhirnya kehilangan akal sehatnya dan mengamuk.

Desa yang Choi Han tinggali saat itu hampir berakhir dalam bahaya karena naga yang mengamuk itu, dan pada akhirnya Choi Han bertarung melawan naga hitam itu.

[Choi Han menatap naga mungil yang panjangnya tidak sampai 1 meter. Naga itu berhasil meledakkan sebuah gunung dengan tubuh mungilnya dan menempatkan penduduk desa dalam bahaya. Namun, Choi Han tidak bisa menyerang naga ini dengan mudah.]

[Kedua mata naga ini yang telah kehilangan akal sehatnya, terlihat kesakitan dan penuh kesedihan. Akan tetapi, mulut naga hitam itu tersenyum. Choi Han merasa hal itu sangat menyedihkan.]

Choi Han akhirnya membunuh naga hitam itu dan memberikannya kebebasan bernama kematian.

Cale harus pergi ke desa itu.

‘Entah Choi Han mengurusnya atau aku mencegahnya menjadi gila dan mencari cara melepaskannya.’

Tidak ada pilihan lain karena dia akan melewati desa itu dalam perjalanan ke ibu kota. Dia perlu menempuh jalan memutar yang sangat panjang untuk menghindari desa itu, dan itu akan membutuhkan waktu lama dan bisa mengubah jalan cerita. Dia juga akan terlambat datang ke ibu kota jika dia mengambil jalan memutar itu.

‘Sebagai seekor naga gila, dia justru digambarkan sebagai naga yang sangat imut.’

Novel itu menggambarkannya sebagai naga hitam mungil dengan kaki pendek. Di sana disebutkan bagaimana lebih menakutkannya karena makhluk semungil itu menjadi gila dan membuat keadaan kacau-balau. Cale memutuskan untuk berhenti memikirkan naga itu untuk saat ini, dan memberikan perintah lain kepada Choi Han.

“Datang ke ibu kota bersama pemilik kedua nama ini. Itulah caramu membalas budi padaku.”

Choi Han bertanya.

“…Saya cuma perlu melindungi dua orang ini?”

“Jika kamu mau.”

Dua orang ini cukup kuat dan tidak butuh dilindungi Choi Han. Khususnya putri Rosalyn, dia bahkan tidak akan bergeming satu inci pun meskipun sebuah truk penuh berisi Cale dengan Perisai Anti-Hancur menyerangnya bersamaan.

“Lakukan yang kamu mau. Akan tetapi, kamu harus datang ke ibu kota. Kamu juga harus bertemu denganku di sana tanpa terluka. Setidaknya kamu bisa melindungi dirimu sendiri, kan?”

Cale dan Choi Han tidak punya alasan untuk bertemu lagi setelah itu. Choi Han kembali berhadapan dengan organisasi rahasia setelah bertemu dengan Lock. Bertemu Lock memungkinkan Choi Han menghentikan peristiwa berbahaya di ibu kota seperti di novel.

“Kenapa kamu tidak menjawab? Kamu bisa melakukannya?”

Tatapan Choi Han menjadi sedikit lebih jernih.

“Ya. Saya bisa melakukannya.”

Kedengarannya dia berbicara dengan nada yang lebih hormat dari sebelumnya, dan Cale membiarkannya. Dia jadi sedikit lebih santai setelah melihat Choi Han menaruh kertas itu ke dalam saku di dadanya.

‘Harusnya aku minum-minum saat melakukan ini.’

Rasanya melelahkan berbicara kepada Choi Han dengan tubuh Cale.

“Kamu bisa pergi sekarang.”

Cale melambaikan tangannya pada Choi Han. Choi Han berjalan menuju pintu setelah melihat isyarat dari Cale. Cale menyandarkan punggungnya di kursi dan mengamati Choi Han meraih gagang pintu lalu mulai berbicara lagi.

“Satu lagi, semua yang kita bicarakan di sini adalah rahasia. Aku yakin aku tidak perlu memberitahumu hal itu?”

Choi Han tidak menoleh ke belakang dan menjawab seraya membuka pintu.

“Tentu saja.”

Suara Choi Han terdengar seperti dia sedang tersenyum, tapi Cale tidak memedulikannya. Setelah dia sendirian, Cale mengeluarkan secarik kertas dan pena dan mulai menulis dalam bahasa Korea. Setelah menulis untuk beberapa lama, dia meninggalkan ruang belajar dan menuju kantor ayahnya.

“Ayah.”

“Ya?”

“Aku butuh uang.”

“Oke. Aku akan beritahu Hans untuk memberimu uang.”

Cale butuh banyak uang. Setelah Cale berbaring di tempat tidur dengan cek 10 juta gallon di saku dadanya, Ron menghampirinya dan meletakkan sebuah botol di meja lalu berkata.

“Ini teh madu lemon hangat. Putraku membuatnya khusus untuk Anda, tuan muda. Selamat tidur. Saya selalu di sisi Anda.”

Rasa kantuk Cale lenyap seketika.

Apapun yang terjadi, dia harus memastikan mereka berdua pergi bersama Choi Han.

Keesokan harinya, Cale Henituse pergi ke perkampungan kumuh segera setelah dia bangun.

 

>>>>>> 

 

*Tn. Ron = Di teks Bahasa Inggrisnya, Hans memanggil Ron dengan sebutan ‘Mr. Ron’. Walaupun status Ron lebih rendah, Hans tetap memanggil Ron dengan sebutan hormat.

**Archduke = gelar kebangsawanan tertinggi di bawah Raja/Kaisar, lebih tinggi dari Duke, dan biasanya dimiliki oleh keturunan atau bangsawan yang memiliki hubungan darah dengan Raja/Kaisar.


<<<<<<< 

Proofreader: Tsura



<<<

Chapter Sebelumnya

>>>

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Isi

 

Trash of the Count’s Family (#9)


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 9: Mendapatkannya (2)


Cale menggenggam kantong yang ukurannya dua kali lebih besar dari kemarin saat berjalan kembali ke puncak perkampungan kumuh. Dua kakak-beradik ada di sana untuk menyambutnya sekali lagi.

Anak-anak itu tidak berbicara apapun saat menatap Cale. Cale tersenyum lalu mengeluarkan dua kantong kecil dan menyodorkannya ke anak-anak itu.

“Ambil ini.”

Si anak perempuan perlahan mendekatinya. Cale mengernyit saat melihat anak perempuan dengan rambut abu-abu kusut itu menghampirinya. Dia berjalan terpincang-pincang dengan satu tangannya memegangi sisi tubuhnya.

“Hei.”

Cale menyodorkan kedua kantong itu ke si anak laki-laki.

“Kamu ke sini dan ambil ini.”

Anak laki-laki itu segera bergegas dan mengambil kantong itu lalu berlari kembali dengan cepat. Dibandingkan dengan rambut merah terang Cale, anak laki-laki itu memiliki rambut merah gelap kusut yang bergoyang saat dia berlari. 

Cale lalu berbalik dan menuju ke pohon pemakan manusia.

“Wow.”

“Ini bukan roti. Ini daging dan kue.”

Cale dapat mendengar kedua bersaudara itu berbicara tentang makanan yang diterimanya, tapi dia mengacuhkannya. Dia terus berjalan ke area pohon pemakan manusia itu.

Ooooooong-

“…Agak seram.”

Pohon hitam tanpa daun satupun itu tampak menggoyangkan dahannya untuk menyambut Cale. Perasaan angker ini membuat Cale gugup, tapi dia tetap menumpahkan isi tas ke dalam lubang di bawah pohon.

Roti-roti itu lenyap seketika.

Pada saat itulah.

“…Lebih banyak, beri aku lebih banyak.”

‘…Ini membuatku gila.’

Respon yang dia baca di novel muncul. Itu adalah suara seorang gadis yang lemah. Benar, orang yang mati kelaparan itu adalah pendeta wanita yang melayani dewa. Akan tetapi, tidak seperti pendeta wanita di kuil atau gereja saat ini, pendeta wanita dari zaman kuno itu adalah seorang shaman*. Sebagian besar shaman di zaman kuno dianggap sebagai orang-orang yang memiliki kekuatan super atau kekuatan alam.    

Cale segera meraih kantong itu dan mulai bergerak.

‘Cale, datang ke ruang belajarku malam ini.’

Itu yang ayahnya, Deruth, katakan pada Cale ketika dia pergi meminta uang saku. Itu sebabnya dia harus meninggalkan tempat ini selambat-lambatnya sebelum malam.

‘Setengahnya.’

Dia datang kemari dengan maksud memenuhi setengah kerakusan pohon itu hari ini. Dia kembali ke bawah bukit untuk mengambil lebih banyak roti. Dia dapat melihat dua bersaudara itu menatapnya dengan remah kue di bibir mereka.

“Cih.”

Cale mengerutkan dahi dan berdecak lidah saat melewati kedua kakak-beradik itu.

Cale lalu melangkah ke jalan di mana terdapat banyak toko roti. Pagi ini dia telah menyapu bersih stok toko roti yang dia datangi kemarin, jadi mereka butuh waktu untuk mengisi stoknya lagi. Itu sebabnya dia perlu mencari toko roti lain. Pada saat itulah.

“T, tuan muda.”

Suara seorang wanita membuat kepala Cale berpaling. Wanita paruh baya tersenyum canggung saat dia menunjuk tokonya. Tangannya gemetar dan dia sangat ketakutan, tapi dia tetap percaya diri.

“Kami punya banyak roti.”

Cale tersenyum. Dia adalah wanita yang tahu bagaimana cara berbisnis. Pedagang lain melirik ke arah mereka seraya mengamati apa yang sedang terjadi.

Cale melempar sebuah koin emas dan wanita itu segera menangkapnya.

“Beri aku semua yang kamu punya. Bungkus semua secepatnya.”

Seketika itu juga, senyum di wajah wanita paruh baya itu melebar. Dia segera masuk ke toko rotinya dan dengan cepat kembali membawa sekantong besar penuh roti. Dia telah terlebih dahulu membungkus semuanya.

“Ini, tuan muda.”

‘Wow. Dia benar-benar pedagang yang hebat.’

Dia adalah seseorang yang tahu betul bagaimana menghasilkan uang.

“Saya juga bisa menyiapkannya lagi.”

Cale semakin menyukai wanita ini. Akan tetapi, pada saat itu…

“Tuan muda! Kami bahkan bisa membuat lebih banyak roti dari itu!”

Seorang pria tua di seberang jalan mengangkat tangannya sambil bergegas datang. Dia memakai seragam tukang roti. Cale menyukai seragam yang dikenakannya dan melempar sebuah koin emas kepadanya.

“Aku akan ke tokomu besok. Siapkan rotinya.”

“Terima kasih banyak!”

Cale dibuat kagum oleh pedagang-pedagang ini. Mereka masih takut padanya gara-gara identitasnya sebagai pembuat onar di keluarga Count, tapi mereka tidak segan-segan datang kepadanya demi mendapat uang. Ini mungkin karena mereka tahu Cale tidak pernah memukul siapapun yang bukan penjahat. Dia dapat melihat mengapa wilayah Henituse bisa makmur.

Berita Cale menghabiskan satu koin emas untuk membeli sekantong roti kemarin telah menyebar cepat sekali. 1 juta gallon. Orang lain megap-megap melihat uang setara laba seminggu itu, tapi kemudian mata mereka mulai berkilau.

‘Aku bisa pergi mengambil roti ke tiga tempat itu besok.’

Karena dia memberi mereka masing-masing satu koin emas, dia harusnya bisa mendapat kantong roti lagi dari mereka besok. Cale merasa senang semuanya berjalan dengan mulus.

Akan tetapi, ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari kejauhan.

“Hmm.”

Orang itu adalah koki Beacrox. Sama seperti ayahnya, ada perban di sekeliling lehernya, dan dia sedang mengamati Cale dari balik sudut jalan. Dia melihat Cale membeli kantong roti dan beberapa tanaman obat sebelum kembali ke perkampungan kumuh.

“…Apa dia jadi tidak waras?”

Sepertinya Cale menjadi tidak waras sejak kemarin.

Beacrox tidak pernah peduli tentang Cale, bahkan ketika ayahnya berkata Cale adalah anak yang menarik, tapi, semakin dilihat dia mulai semakin sependapat dengan ayahnya. Rasanya mengamati Cale akan sama menyenangkannya dengan berandal berambut hitam itu. Mata Beacrox mulai berkilauan.

Billos, pemilik kedai teh dengan bangunan tertinggi, menyeruput tehnya saat menerima laporan bawahannya.

“Tuan muda Cale pergi keluar masuk perkampungan kumuh?”

“Ya, Billos-nim.”

“Aku mengerti.”

“Kami juga menerima kabar dari ibu kota.”

 “Benarkah?”

Mata bulat Billos, yang sulit dilihat karena lemaknya, terbuka lebar. Bawahannya terkesiap sejenak lalu melanjutkan laporannya.

“Ya. Kabarnya kerajaan akan segera mengumpulkan orang-orang. Itu sebabnya mereka ingin Billos-nim kembali dan mulai bekerja.”

Klang.

Billos meletakkan cangkir teh di meja lalu memberi isyarat dengan dagunya.

“Kamu bisa pergi sekarang.”

Bawahan itu segera bergerak ke dalam bayang-bayang dan menghilang. Billos menatap tempat bawahannya tadi berdiri lalu satu sudut bibirnya berputar ke atas.

“Mereka pikir aku akan jadi anjing mereka dan mengawasi rumah lagi?”

Dia menatap keluar jendela. Tatapannya seolah-olah bisa mencapai jauh ke ibu kota.

 

“Ini, ini bukan roti. Bukan roti.”

“Lalu?”

Melihat si anak perempuan terus-menerus bergumam ‘bukan roti’ saat menggenggam tanaman obat di tangannya, Cale hanya mendengus lalu menuju ke pohon pemakan manusia. Akan tetapi, si anak laki-laki menghadang jalannya.

“Kamu tidak boleh mati.”

Sekarang giliran anak laki-laki itu yang berkata dia tidak boleh mati. Cale bahkan tidak mengernyit dan berjalan melewati anak laki-laki itu.

Cale, bukan, Kim Rok Soo.

Dia yatim piatu dan tidak punya apapun. Itu sebabnya banyak orang yang bersimpati pada Kim Rok Soo yang miskin.

‘Apa perlu ada alasan untuk bersimpati kepada orang yang membutuhkan?’

Itu adalah kata-kata yang selalu dia dengar saat dia masih kecil.

‘Pengemis kecil.’

‘Yatim piatu miskin.’

‘Tidak perlu ada alasan untuk menunjukkan simpati.’

Dulu dia menerima kalimat itu begitu saja tanpa pikir panjang, tapi dia mulai memahami arti sebenarnya saat dia beranjak dewasa.

Tidak ada alasan masuk akal bagi hal-hal yang hatimu ingin lakukan. Kamu tidak butuh alasan.

“Menyebalkan sekali.”

Cale benci melihat anak-anak terluka. Akan tetapi, dia tidak berpikir untuk merawat anak perempuan itu atau menghiburnya. Dia mengerutkan dahi pada anak perempuan yang terpincang-pincang ke arahnya dan anak laki-laki di sebelahnya lalu menjawab mereka.

“Aku tidak akan mati.”

Kedua kakak-beradik itu akhirnya berhenti mengikutinya setelah Cale mengatakan itu. Cale merasa tidak senang memikirkan bahwa dia sedang melakukan sesuatu yang paling dia benci. Dia benci orang-orang yang ikut campur dengan urusan orang lain tanpa diminta, tapi dia baru saja melakukannya dengan memberikan tanaman obat ke anak perempuan itu.

'Oooooooooong.'

'-Lebih banyak, beri aku lebih banyak.'

“Ya. Makan nih semuanya.”

Cale membuang seluruh kantong ke dalam pohon pemakan manusia tanpa peduli bagaimana itu akan mendarat. Dia tidak khawatir. Roti-roti itu segera menghilang ke dalam kegelapan yang sekarang terlalu terang untuk disebut kegelapan. Cale kini dapat melihat cahaya baru berwarna abu-abu. Akan tetapi, baginya itu hanya terlihat abu-abu.

‘Sepertinya aku akhirnya menuai hasil dari uang yang kuhabiskan.’

Cale menumpahkan kantong roti lain ke lubang lalu berjalan pulang. Dia tidak melihat kedua bersaudara itu lagi, tapi bagi Cale itu lebih baik.

Sebaliknya, dia melihat dua ekor kucing dalam perjalanan pulang dan terkesiap.

‘Itu kucing yang kemarin. Mereka tidak mengingatku, kan?’

Bulu perak dan mata emas, serta bulu merah gelap dan mata emas. Kedua kucing itu bahkan tidak mengeong saat menatap Cale. Cale tidak ingin membuat keributan, dan mengalihkan pandangan lalu berjalan pulang ke rumah.

Dia lalu mendengar sesuatu dari ayahnya yang hampir membuatnya pingsan.

“…Bisa tolong ulangi sekali lagi.”

“Ya, Cale.”

Basen berdiri di sebelah Cale. Cerita keluarga Henituse yang tidak disebutkan di novel sedang terjadi di depan mata Cale.

“Kamu harus pergi ke ibu kota sebagai perwakilan keluarga kita.”

Cale dapat merasakan datangnya masalah.

“Awalnya, Basen yang akan pergi. Tetapi, kamu adalah anak sulung keluarga kita.”

Cale membuka dan menutup mulutnya berulang-ulang seraya menatap Count Deruth duduk di depannya dengan senyum lembut. Mengunjungi kerajaan pada saat seperti ini. Cale segera mengingat isi ‘Kelahiran Pahlawan’ saat Deruth lanjut berbicara.

“Kerajaan sedang menyelenggarakan sebuah acara besar, dan keluarga bangsawan dari tiap-tiap wilayah diundang untuk berkumpul. Ini akan menjadi kali pertamamu mengunjungi kerajaan, tapi Basen telah pergi ke acara yang sama selama dua tahun terakhir. Oleh karena itu, aku berharap kali ini kamu yang pergi.”

Acara besar yang diselenggarakan oleh kerajaan. Itu mengingatkan Cale pada sebuah insiden.

Insiden Teror Alun-Alun Kota.

Sebuah organisasi rahasia melakukan aksi terorisme ketika banyak penduuduk ibu kota berkumpul di satu tempat. Pahlawan kita Choi Han berhasil menghalangi sebagian rencana jahat mereka. Itu akan menjadi keempat kalinya Choi Han dan organisasi rahasia berhadapan satu sama lain.

Sebagai hasilnya, Choi Han bisa menyelamatkan banyak penduduk di alun-alun kota dan bertemu dengan putra mahkota. Mereka kemudian menjalin persahabatan dengan cepat.  

Cale tiba-tiba merinding.

Karena novel menceritakan kejadian itu dari sudut pandang Choi Han, pertemuan para bangasawan tidak banyak dibahas. Satu-satunya yang diceritakan adalah bagaimana Choi Han memperoleh beberapa anggota baru sebelum dan sesudah insiden itu, serta dukungan kuat dari putra mahkota.

Tapi dia harus pergi ke tempat serangan teroris itu terjadi?

Tentu saja, dia tidak tahu apakah para bangsawan juga akan berkumpul di alun-alun kota atau tidak. Cale mulai mengingat informasi di ‘Kelahiran Pahlawan’.

[Ribuan orang berkumpul di alun-alun kota. Panggung masih kosong. Itu disediakan bagi keluarga kerajaan yang akan segera tiba. Choi Han dapat melihat beberapa orang yang terlihat memiliki jabatan penting. Akan tetapi, yang lebih penting bagi Choi Han adalah banyaknya warga kota, muda, tua, laki-laki, perempuan, berkumpul di sini. Jantung Choi Han berdetak kencang. Dia tidak ingin lagi melihat orang-orang tak bersalah mati.]

Apakah bangsawan termasuk dalam orang-orang yang terlihat memiliki jabatan penting itu?

Cale menoleh ke Basen meskipun ayahnya terus berbicara. Basen berdiri dengan tenang, menatap ayahnya tanpa melirik Cale sekalipun.

‘Deruth bilang Basen biasanya pergi ke acara seperti ini. Haruskah aku minta dia yang pergi?’

Mulut Cale terus membuka dan menutup berulang-ulang. Dia tidak ingin pergi ke tempat berbahaya. Akan tetapi, dia tidak mampu meminta Basen pergi.

Hubungan yang tidak baik namun juga tidak buruk. Itulah hubungan antara Cale asli dan Basen. Basen kesulitan menghadapi Cale, tapi sebatas itu.

Pikiran Cale menjadi runyam. Apakah di cerita aslinya Cale yang pergi? Rasanya tidak mungkin Deruth mengirim pembuat onar itu ke ibu kota. Lalu kenapa dia yang dikirim? Cale bertanya-tanya apakah dia telah melakukan hal buruk yang menyebabkan hal ini terjadi.

“Kamu akan berangkat dalam lima hari.”

Lima hari kemudian. Mendengar Deruth mengatakan itu, Cale tahu bahwa Cale di novel tidak pergi ke ibu kota.

Di novel, dia babak belur dipukuli Choi Han empat hari kemudian dan dibawa ke kediaman Count. Tidak mungkin dia bisa pergi ke ibu kota dalam kondisi begitu.

“Cale. Sebelum Basen mulai melakukannya, kamu telah berpartisipasi di semua upacara ini. Pikirkan kembali tentang masa-masa itu dan bepergianlah dengan tenang.”

“Ayah.”

Medengar Cale memanggilnya, Deruth menatap Cale. Basen perlahan-lahan menoleh ke kakaknya.   

“Aku sedikit risau karena hal yang mendadak ini. Aku tidak pernah pergi ke acara seperti ini selama dua tahun terakhir. Aku tidak mengerti kenapa aku tiba-tiba harus pergi. Tolong biarkan aku memikirkannya.”

Deruth setuju dan memberitahu kedua putranya mereka bisa pergi. Kedua bersaudara itu segera meninggalkan ruang belajar. Cale sibuk memikirkan berbagai hal. Jika Cale marah-marah dan membuat keributan, Deruth mungkin akan mengirim Basen, tapi itu hanya akan membuat Cale merasa tidak enak.

Pada saat itulah.

Hyung-nim**.”

Cale mendengar suara adiknya, Basen. Cale menolehkan kepala. Dia melihat Basen berjalan dengan tenang tanpa menatap Cale. Basen yang berusia 15 tahun selalu berbicara seperti ini tanpa pernah membuat kontak mata.

Hyung-nim, tidak ada alasan hyung tidak bisa pergi.” 

Haaahhh. Cale mendesah.

Basen bahkan tidak melihat Cale saat meninggalkan ruang belajar dan menuju ke kamarnya. Cale menatap Basen untuk waktu lama.

“…Harusnya tidak seperti ini.”

Cale telah dikeluarkan dari posisi penerus. Cale tidak dapat berhenti berbuat onar bahkan ketika adik laki-lakinya sepenuhnya berperan layaknya penerus keluarga sejak dua tahun yang lalu. Dia menjadi bahan candaan keluarga.

Itu sebabnya ada banyak alasan dia seharusnya tidak pergi sebagai perwakilan keluarga memenuhi panggilan kerajaan. Akan tetapi, Basen justru berkata tidak ada alasan baginya untuk tidak pergi ke acara itu.

Menurut Basen Cale memiliki cukup alasan untuk pergi sebagai perwakilan keluarga.

‘Semua hal akan jadi rumit seperti ini.’

Cale mengernyit. Dia tidak suka bagaimana segala sesuatunya berjalan.

Tapi masalah lainnya adalah…

‘Ini layak dicoba.’

Dia berpendapat menghadapi peristiwa yang akan terjadi patut dia coba.

Alasannya adalah kesempatan Cale kembali hidup-hidup atau tanpa terluka cukup tinggi.

‘Aku juga akan kesulitan jika Basen meninggal tanpa mewarisi pangkat Count.’

Agar Cale bisa hidup damai, Basen harus bertahan hidup. Masih ada adik bungsu mereka, Lily, tapi dia masih terlalu muda. Lagipula, Cale perlu keluar dari Kota Western setelah mengambil kekuatan kuno yang berada di pohon pemakan manusia untuk mengambil kekuatan kuno lain yang terletak di luar wilayah Henituse.

Neraca di dalam pikiran Cale mulai miring.

Dia menatap wakil kepala pelayan Hans yang sedang berjalan ke arahnya. Ekspresi Hans terlihat tegang, tapi tidak suram. Dia tampak agak getir, namun kedua matanya jernih.

“Tuan muda, permintaan tamu Anda-“

“Hans.”

Cale memotongnya lalu mengucapkan hal lain.

“Bawa tamu itu kemari.”

“Maaf?”

Cale tidak suka diperintah. Jika dia mau tidak mau harus melakukan sesuatu, lebih baik melakukannya dengan cara yang paling nyaman dan menguntungkan baginya.

“Ah, jika dia tidak mau datang, katakan ini padanya.”

Berdasarkan ekspresi Hans, Cale yakin masalah Choi Han telah diselesaikan dengan baik. Di novel, Count Deruth memberikan pemakaman yang layak kepada penduduk desa dan mengurus semuanya bahkan setelah Choi Han memukuli Cale hingga babak belur. Harusnya hal itu tidak berubah sama sekali.

“Balas budi”.

“Maaf?”

“Katakan padanya untuk datang karena sudah waktunya membalas budi padaku.”

 

 _________


* Shaman = sebutan bagi ‘dukun’ di Korea

** Hyung = kakak laki-laki (panggilan adik laki-laki kepada kakak laki-laki di Korea).

 

_________

Proofreader: Tsura




<<<

Chapter Sebelumnya   

>>>

Chapter Selanjutnya

===

Daftar Isi