Monday, January 4, 2021

Trash of the Count’s Family (#3)

Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 2)

Chapter 3: Ketika Aku Membuka Mata (2)


Cale melihat-lihat seluruh sajian makanan di depannya. Dia lalu menggerakkan garpu ke salad yang terbuat dari buah yang tidak dikenalnya. Setelah mengisi perutnya dengan daging, sup dan roti, dia ingin mencicipi sesuatu yang baru.

Buah itu terlihat seperti jeruk, tapi warnanya lebih seperti anggur. Cale memasukkan buah itu ke dalam mulut dan menggigitnya.

“Mm.”

Dalam sekejap, jus buah yang manis memenuhi mulutnya. Dia sangat benci buah asam, sehingga cita rasa yang sangat manis di mulutnya ini membuatnya tanpa sadar mulai berliur.

Pada saat itu, matanya bertatapan dengan ayahnya Deruth, yang sedang memandanginya.

“Cale.”

Deruth memanggil pelan nama Cale kemudian termenung. Dia lalu mengerutkan dahi dan menggerakkan mulutnya. Cale tidak menyukai suasana canggung itu dan mulai berbicara.

“Rasanya enak.”

“Ya, rasanya seperti sampah… hah? Apa kamu bilang enak?”

“Ya. Semuanya terasa sangat lezat.”

Kali ini Cale mengambil buah yang berbeda dan tersenyum setelah sekali lagi mengecap rasa manis di mulutnya. Lagipula si pembuat onar, Cale Henituse, tidak pernah memedulikan tata krama.

Dia mungkin seharusnya tidak melakukan ini saat berbicara dengan ayahnya, sang kepala keluarga, tapi terserahlah. Toh dia seorang pembuat onar.

‘Menjadi pembuat onar adalah yang terbaik.’

Tak seorangpun peduli pada apapun yang dia lakukan. Selama dia bisa mencegah dirinya dipukuli oleh si tokoh utama, hidupnya akan baik-baik saja.

Seperti yang Cale duga, tidak ada yang mengkritik ketidaksopanannya. Malah, Deruth justru memasang senyum di wajahnya lantas menganggukkan kepala.

“Benar, ini memang enak. Senang melihatmu begitu menikmati makananmu.”

Deruth memang terlihat seperti satu-satunya orang yang peduli pada Cale. Dia tidak mengindahkan sikap tidak sopan Cale. Yah, ayah yang benar-benar peduli mungkin harusnya mencoba memperbaiki kepribadian buruk Cale ini… tapi Cale yang ini tidak peduli karena toh dia bukan Cale Henituse yang asli.

“Ya. Tolong pastikan Anda juga makan yang banyak, ayah.”

Basen kembali melontarkan seruan ‘Ho’, dan Cale, yang kali ini mendengarnya, memalingkan pandangannya kembali ke hidangan makanan. Basen yang berusia 15 tahun. Adik laki-laki dari Cale yang dia rasuki, yang usianya tiga tahun lebih muda, sulit dia hadapi.

Tidak seperti Cale si pembuat onar, Basen orangnya pintar, tulus dan sangat bertanggung jawab. Orang-orang di keluarganya mendorong Basen untuk menjadi kepala keluarga berikutnya. Kim Rok Soo setuju dengan pemikiran ini bahkan setelah dia berubah menjadi Cale.

‘Daripada menjalani hidup yang rumit dengan bertanggung jawab atas wilayah kekuasaan ini, aku lebih memilih menggunakan posisiku sebagai kakak seorang Count agar bisa bermalas-malasan dan hidup tenang di satu bagian wilayah.’

Cale tidak berusaha berdebat dengan Basen. Dia dapat mendengar Basen terkesiap dan tahu bahwa Basen sedang merendahkannya, tapi memangnya apa yang bisa dia perbuat mengenai itu?

Ketika Basen menjadi kepala keluarga, berdasarkan kepribadiannya dia mungkin tidak akan membunuh Cale, tapi agar tidak terluka dan pindah ke desa kecil dengan tenang, dia perlu berusaha tidak mencari gara-gara dengan Basen.

‘Jika itu tidak memungkinkan, aku akan mengumpulkan uang lalu pergi ke tempat yang tidak akan dijangkau peperangan.’

Cale pura-pura tidak mendengar seruan terkejut Basen dan lanjut menyantap makanannya. Ketika jam makan telah selesai, ayahnya, Deruth, yang pertama bangkit dari kursinya. Dia tampak puas dengan sarapannya, karena wajahnya dipenuhi dengan senyuman.

‘Tadi benar-benar enak.’

Jika sarapan setiap hari seperti ini, Cale mungkin akan mengorbankan waktu tidurnya agar dapat sarapan setiap saat. Deruth melihat-lihat anggota keluarganya yang berdiri mengikuti dia, lalu mengarahkan pandangan ke putra sulungnya, Cale.

“Cale, ada yang kamu butuhkan?”

Cale merasa bingung dengan sikap peduli Deruth yang tiba-tiba, tapi dia memutuskan untuk menjawab dengan jujur.

“Tolong beri aku uang.”

“Baiklah, aku akan memberimu banyak uang.”

Deruth menjawab tanpa keraguan sedikitpun.

Keluarga ini benar-benar kaya raya.

Wilayah kekuasaan mereka menambang batu marmer dan menanam anggur untuk dibuat minuman beralkohol, karenanya uang mereka sedang berlimpah saat ini.

“Bagus sekali. Tolong beri aku sebanyak-banyaknya.”

Cale dapat melihat kedua adiknya menatap dirinya, tapi tidak ada alasan baginya untuk merasa malu. Bukankah lebih baik meminta uang daripada minum-minum dan berbuat onar?

Lagipula, dia butuh uang untuk menjalankan rencananya. Pertemuan bertuah untuk mendapatkan kekuatan yang cukup agar menjaganya tetap aman. Dia butuh uang untuk dapat membuat pertemuan bertuah itu menjadi kenyataan.

“Tentu saja. Aku akan memberimu sebanyak-banyaknya.”

Cale mulai tersenyum setelah merasa puas dengan jawaban ayahnya. Namun, dia tak bisa berkata apa-apa setelah kembali ke kamarnya dan menerima cek uang dari wakil kepala pelayan, Hans.

Cek yang dikeluarkan melalui kemitraan dengan departemen keuangan dan departemen sihir membuat perasaannya tak menentu.

‘Sebanyak ini?’

Keluarga ini sepertinya tidak hanya sekedar punya uang. Malah, mereka tampaknya punya banyak sekali uang.

Novel itu memang menyebutkan Cale menerima banyak uang saku, tapi tidak menyebutkan jumlah pastinya. Meskipun begitu, dia dapat memahami secara realistis seberapa banyaknya berdasarkan jumlah yang tertulis di cek.

’10 juta gallon.’

Ini hampir setara dengan 10 juta won Korea. Jika seperti ini, Cale dapat mengubah rencananya. Otak Cale dengan cepat memikirkan pilihan-pilihan yang dia miliki.  

“Saya sekarang akan keluar, tuan muda.”

Wakil kepala pelayan itu menyerahkan cek lalu pamit undur diri, tapi Cale tidak merespons. Wakil kepala pelayan Hans menganggap ini hal biasa dan berjalan menuju pintu. Namun, dia segera berhenti.

Itu karena Cale berdiri dari tempat duduknya dan mengatakan sesuatu pada Ron.

“Ron, ayo pergi ke ruang belajar.”

Hans merasa gelisah mendengar kata-kata Cale. Begitu juga dengan Ron.

“…Apa Anda bilang ruang belajar?”

Cale merasa ada yang aneh. Suara orang tua yang licik ini sedikit bergetar. Apa ada alasan dia tidak boleh pergi ke ruang belajar?

“Ya.”

Dia perlu pergi ke ruang belajar untuk menyusun rencana. Tidak ada meja atau bahkan secarik kertas di kamarnya. Yang ada malah botol-botol alkohol dalam jumlah banyak.

“Maaf, tuan muda.”

“Ada apa?”

Cale menatap wakil kepala pelayan yang tampak cemas.

“Ini, pagi ini kami belum sempat membersihkan ruang belajar.”

“Oh ya? Tidak apa-apa jika tidak dibersihkan sehari saja.”

“Tidak, tuan. Kami tidak bisa melakukannya.”

Wakil kepala pelayan itu anehnya sangat bersikeras mengenai hal ini. Dia lalu tersenyum cerah dan mengangkat satu jari tangannya.

“Tolong tunggu satu jam saja! Saya akan mempertaruhkan nama saya untuk memastikan ruang belajar itu sepenuhnya bersih, tidak seperti ruang belajar yang tidak pernah digunakan selama 10 tahun, tapi layaknya ruangan yang baru kemarin digunakan!”

“Tentu, terserah kamu saja.”

Dia tidak keberatan menunggu satu jam

“Bagus sekali. Kalau begitu saya akan pergi melaporkan hal ini kepada tuan besar.”

“Tidak perlu melakukannya, tapi silahkan saja jika kamu inginnya begitu.”

“Ya, tuan muda. Saya akan pergi sekarang.”

“Oke. Baiklah.”

Layaknya seorang wakil kepala pelayan terlatih, Hans menutup pintu tanpa membuat suara dan menghilang. Dia sepertinya terburu-buru. Cale tahu ada tiga wakil kepala pelayan yang tengah bersaing menjadi kepala pelayan resmi. Mungkin karena alasan itulah Hans terlihat sangat bersemangat mengenai hal ini.

“Ron.”

“Tuan muda?”

“Kenapa kamu melamun begitu?”

“Maaf, tuan muda.”

“Tidak perlu minta maaf.”

Ron kembali memasang ekspresi ganjil di wajahnya. Cale menaruh cek berharga itu ke saku dalam bajunya lalu bertanya. Ada banyak hal yang terjadi sehingga dia tidak punya waktu untuk bertanya tentang tanggal hari ini.

“Hari ini tanggal berapa?”

Pertanyaan ini akan terdengar aneh jika orang lain yang bertanya, tapi Ron si pelayan menjawab dengan suara lembut.

“Tanggal 29 bulan 3 tahun 781 berdasarkan Kalender Felix.”

“Mm, itu sebuah masalah.”

“Maaf?”

“Bukan apa-apa.”

Cale menggenggam erat 10 juta gallon di sakunya sekali lagi. Satu-satunya yang bisa dia percaya adalah uang.

Kemarin, tanggal 28 bulan 3 tahun 781 dari Kalender Felix. Itu adalah hari di mana penduduk Desa Harris, desa yang didatangi Choi Han setelah meloloskan diri dari Hutan Kegelapan, tempat di mana Choi Han merasakan kasih sayang manusia untuk pertama kalinya di dunia ini, menjalin pertemanan, dan membentuk keluarga kedua, dibunuh oleh grup assassin yang tidak dikenal.

Bahkan Cale, yang telah membaca sampai jilid kelima, tidak mengetahui identitas asli dari organisasi rahasia yang membunuh para penduduk itu.

Beberapa pembaca mungkin mengatakan sesuatu seperti ini saat membaca tentang situasi ini.

‘Kupikir dia orang yang sangat kuat. Apa yang Choi Han lakukan ketika mereka dibunuh?’

Sangatlah wajar jika berpikir seperti itu. 

Akan tetapi, ada alasan mengapa novel ini disebut [Kelahiran Pahlawan], dan bukannya [Kekuatan Sang Pahlawan] atau [Perang Para Pahlawan].

Kelahiran.

Ini adalah cerita tentang seseorang yang mengatasi berbagai macam rintangan dan membawa rasa sakit dari masa lalunya hingga akhirnya dia menjadi seorang pahlawan. Cinta dan persahabatan terjalin dalam perjalanannya bertemu musuh-musuh dan rekan-rekannya.

Sesuatu yang tidak bisa luput dari sebuah cerita adalah ‘momen kebangkitan’. Dia mungkin memiliki bakat luar biasa dan telah hidup selama puluhan tahun di Hutan Kegelapan, tapi, melalui semua itu, Choi Han masihlah seorang yang polos dan lemah lembut yang tidak mampu membunuh manusia lainnya. Dia tidak punya masalah membunuh monster, tapi Choi Han tidak pernah melukai orang lain.

Untuk mengubah seseorang seperti dirinya menjadi seorang pahlawan, novel itu harus menciptakan sebuah situasi bagi Choi Han. Untuk mengobati wanita yang memperlakukannya bagai putranya sendiri, Choi Han pergi ke Hutan Kegelapan untuk mencari tanaman obat berharga.

Dia harus masuk jauh ke dalam hutan untuk menemukannya, dan, ketika akhirnya berhasil menemukan tanaman itu dan kembali ke desa, dia menemukan mayat-mayat penduduk yang terbunuh, rumah-rumah terbakar, dan gerombolan assassin yang hendak meninggalkan tempat itu.

Choi Han mengamuk setelah melihat ini dan membunuh seseorang untuk pertama kalinya. Tentu saja, orang-orang yang dia bunuh adalah anggota dari organisasi rahasia, dan organisasi rahasia ini sering sekali bentrok dengan Choi Han di sepanjang novel.

 Choi Han baru kembali normal setelah membunuh semua assassin dari organisasi rahasia itu, sebelum akhirnya jatuh ke dalam keputusasaan karena tidak bisa mengumpulkan informasi dari orang yang sudah mati. Dia lalu mengubur mayat para penduduk desa sebelum berjanji pada dirinya sendiri.

‘Aku akan membunuh mereka semua. Aku akan membunuh semua orang yang menyebabkan hal ini.’

Choi Han menyadari apa itu kesedihan akan kematian pada saat ini, tapi pembunuhan pertamanya mulai membuatnya kehilangan akal sehat. Tentu saja, dia mulai merasakan emosi lagi dan mulai menjadi lebih manusiawi setelah bertemu dengan anggota rombongannya nanti di novel, dan tumbuh menjadi pahlawan sejati.

“…Ron.”

“Ya, tuan muda.”

“Tolong bawakan segelas air dingin.”

 “…Saya mengerti.”

Setelah Ron pergi dan dia sendirian di kamarnya, Cale menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Masalahnya adalah kota yang didatangi Choi Han yang sudah kehilangan akal sehatnya setelah meninggalkan Desa Harris adalah kota bernama Western, terletak di pusat wilayah Henituse.

Cale, yang kebetulan bertemu Choi Han, mengganggunya dan akhirnya dia digebuki sampai babak belur. Itulah saat di mana Choi Han bertemu anggota rombongan pertamanya, koki Beacrox yang dapat diandalkan.

‘…Aku berencana pergi ke sana terlebih dahulu dan membantunya.’

Skenario terbaik agar tidak dihajar tidak lagi tersedia. Aku tentunya lebih peduli tentang kemungkinan menyelamatkan penduduk desa, tapi tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan pada saat ini.

Sekarang, satu-satunya yang tersisa adalah memastikan aku melakukan hal yang bisa mencegah diriku dipukuli oleh Choi Han yang marah, yang sedang bergerak dengan kecepatan luar biasa dan akan tiba di Kota Western esok hari.

‘Menghindari tokoh utamanya bukanlah ide bagus.’

Dia perlu bertemu dengan Choi Han dan mempertemukannya dengan Ron dan Beacrox. Itu adalah satu-satunya cara agar mereka bertiga meninggalkan tempat ini bersama-sama dan memulai perjalanan resmi mereka. Maka hanya ada satu pilihan yang tersisa.

‘Buat mereka bertemu satu sama lain lalu menyingkir dari jalan mereka.’

Dengan kesan pertama yang paling berkesan, jika memungkinkan.

“Tuan muda.”

“Ah, makasih, Ron.”

Cale meneguk air dari cangkir yang Ron bawa. Dia lalu mengerutkan dahi.

“Ini bukan air dingin?”

“Ini minuman dari perasan lemon.”

Dia benar-benar pria berakal busuk. Dia tahu bahwa, sama seperti Kim Rok Soo, Cale yang asli membenci makanan asam. Tapi dia malah memilih membawa perasan lemon, yang butuh upaya lebih untuk menyiapkannya dibanding air dingin. Cale merasa ingin marah saat mencicipi rasa asam itu, tapi dia tidak bisa melakukannya karena dia takut dengan orang tua pembunuh itu. Dia hanya bisa meminum perasan lemon itu.

“Makasih, ini enak.”

“Tidak masalah. Tuan muda. Kita harusnya bisa segera pergi ke ruang belajar.”

“Bagus sekali.”

Senyum lemah lembut Ron membuat Cale merinding. Dia sekali lagi menggenggam cek berisi 10 juta gallon.

Uang memang satu-satunya hal yang bisa kamu percaya.

 

***

Friday, January 1, 2021

Trash of the Count's Family (#2)

Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 1 - 2)

Chapter 2: Ketika Aku Membuka Mata (1)


Laki-laki itu dapat merasakan seseorang menepuk badannya dengan lembut. Tangan yang kasar itu mengingatkan laki-laki itu pada tangan orangtua yang sudah sepuh. Kehangatan seperti itulah yang dia rasakan.

“Tuan muda, sudah pagi.”

Namun, suara itu terdengar sangat dalam. Laki-laki itu merinding di sekujur tubuhnya dan tanpa sadar dia membuka kedua matanya. Alih-alih cerahnya sinar matahari yang masuk melalui jendela untuk menghangatkan mata laki-laki itu, apa yang dia lihat justru seorang laki-laki tua berdiri di depannya dengan ekspresi puas di wajahnya.

“Saya terkejut melihat Anda bangun hanya dengan satu kali tepukan.”

“Hah?”

“Tuan besar ingin sarapan bersama karena sudah cukup lama tuan muda tidak ikut. Sepertinya hari ini bisa."

Laki-laki itu dapat melihat sebuah cermin di belakang bahu laki-laki tua itu. Di dalam cermin tampak seorang laki-laki berambut merah yang terlihat kebingungan sedang balik menatapnya.

‘Kurasa laki-laki itu adalah aku’.

“Tuan muda Cale?”

Laki-laki itu menoleh ke arah sumber suara yang terdengar khawatir dan mendapati lelaki tua itu, yang terlihat seperti seorang pelayan, sedang memandanginya. Namun, lelaki yang cemas itu bukanlah masalahnya.

Laki-laki itu mendengarnya dengan jelas.

Tuan muda Cale. Nama itu kedengaran tidak asing. Tanpa sengaja dia mengucapkan nama itu dengan perlahan.

“Cale Henituse?”

Pelayan tua itu sedang menatapnya seolah-olah dia sedang melihat cucunya sendiri.

“Ya. Itu nama Anda, tuan muda. Kurasa Anda masih sedikit mabuk.”

Setelah mendengar lelaki tua itu merespons dengan cemas, laki-laki itu lantas teringat sebuah nama yang bahkan lebih penting dari nama Cale Henituse.

“…Beacrox.”

“Apa Anda sedang membicarakan putra saya?”

“…Koki.”

“Ya. Putra saya seorang koki. Apa Anda butuh dia membuatkan sesuatu untuk meredakan sakit kepala Anda karena mabuk?”

Laki-laki itu merasakan sekelilingnya berubah gelap dan dia mulai merasa pusing. Dia menundukkan kepalanya dan menopangnya dengan tangannya.

“Tuan muda, apa Anda masih mabuk? Perlu saya panggilkan dokter? Atau Anda ingin mandi sekarang?”

Laki-laki itu memandangi rambut merah yang jatuh di depan wajahnya. Warnanya merah terang, berbeda jauh dengan rambut aslinya yang berwarna hitam.

Cale Henituse. Beacrox. Ayah Beacrox, Ron.

Mereka adalah karakter yang muncul di paruh awal [Kelahiran Pahlawan], sebuah novel yang dibaca laki-laki itu sebelum dia terlelap tidur semalam.

Dia menyentakkan kepalanya dan melihat sekeliling. Dia dapat melihat kamar tidur yang jauh berbeda dengan desain tipikal orang Korea. Hal ini mengingatkan laki-laki itu pada negara Eropa. Setiap benda di ruangan itu tampak sangat mahal dan mewah.

“Tuan muda?”

Laki-laki itu menjawab Ron, lelaki tua yang sedang berpura-pura terlihat prihatin dan cemas.

“Air dingin.”

“Maaf?”

Dia butuh sesuatu untuk menjernihkan pikirannya. Dia dapat melihat wajah Cale Henituse di cermin di belakang Ron si lelaki tua.

‘Masih terlihat normal.’

‘Kurasa Cale belum babak belur dihajar oleh sang tokoh utama.’

Wajah tampannya menarik perhatiannya.

Laki-laki itu telah menjadi Cale Henituse ketika dia membuka matanya.

Cale Henituse. Si pembuat onar yang dipukuli sampai babak belur oleh sang tokoh utama di paruh awal [Kelahiran Pahlawan]. Itulah dia.

“Tuan muda, saya menduga Anda tidak akan mandi dengan air dingin. Apa Anda meminta air minum?”

Cale memalingkan pandangannya ke Ron. Ron mungkin berpura-pura menjadi lelaki tua yang lemah lembut, tapi dia sebenarnya tengah menyembunyikan identitas aslinya sebagai seseorang yang kejam dan bengis.

Dia mengucapkan permintaannya kepada Ron.

“Tolong bawakan aku air minum.”

Dia perlu minum air dingin dan menjernihkan pikirannya terlebih dahulu.

“Saya akan segera menyiapkannya.”

“Bagus. Terima kasih.”

Ron tersentak untuk sesaat dan sebuah ekspresi yang aneh tampak di wajahnya, tetapi Cale tidak menyadarinya.


***

Ron harus keluar dari kamar tidur itu karena di ruangan itu hanya ada air hangat. Ketika dia telah sendirian, Cale bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Jika dia benar-benar berada di dalam sebuah novel, dia tahu seharusnya ada sebuah cermin besar di dalamnya.

Seperti yang dia duga, cermin besar itu memang ada di kamar mandi. Cale Henituse, yang sangat memperhatikan penampilan dan fisiknya, meminta agar cermin itu dipasang di sini. Tidak seorangpun di rumah ini yang memiliki cermin seperti itu.

Laki-laki di cermin memiliki rambut merah dan tubuh yang cukup bugar. Tidak salah jika dia bilang dia memiliki tubuh yang akan membuat gaya penampilan apapun terlihat bagus.

“Aku memang benar Cale.”

Laki-laki di cermin benar-benar Cale Henituse dari novel itu. [Kelahiran Pahlawan] sangat rinci menggambarkan penampilan dari tiap-tiap karakternya. Itu sebabnya laki-laki itu tidak punya pilihan selain menerima bahwa dia telah berubah menjadi Cale Henituse.

Apakah biasanya orang-orang menjadi lebih tenang ketika mereka terkejut dan terguncang? Cale, bukan, Kim Rok Soo, dengan tenang memikirkan tentang malam sebelumnya.

Itu adalah hari libur seperti biasa. Sudah cukup lama semenjak dia benar-benar membaca sebuah buku alih-alih membaca dari hp-nya, jadi dia pergi ke perpustakaan untuk melihat-lihat beberapa buku. Dia meminjam semua serinya karena dia berencana untuk membaca sepanjang hari.

Judul buku itu, tentu saja, adalah [Kelahiran Pahlawan]. Dia berhasil menyelesaikan jilid ke-5 sebelum dia jatuh tertidur. Tapi ketika dia bangun, dia telah berubah menjadi Cale Henituse, seseorang yang tanpa ampun dihajar oleh sang tokoh utama di jilid pertama.

‘Akankah semuanya berjalan seperti yang terjadi di novel?’

Anehnya dia merasa tenang. Setelah melewati momen terkejutnya, pikirannya telah kembali tenang. Dia mulai mengingat isi jilid pertama.

[Kelahiran Pahlawan]

Novel ini menceritakan tentang kelahiran para pahlawan di benua barat dan timur, serta bagaimana mereka berkembang setelah menghadapi berbagai tantangan. Tokoh utamanya, tentu saja, orang Korea. Dia seorang murid yang berpindah dunia saat masih kelas 1 SMA. Di samping itu, masa hidupnya sama panjangnya dengan seekor naga, membuatnya seolah-olah tidak pernah menua.

“…Ini buruk?”

Dia akan dibuat babak belur oleh orang itu. Walaupun demikian, hal yang paling penting adalah dia belum dipukuli. 

Cale memalingkan pandangannya dari cermin itu dan berjalan ke dalam bak mandi yang penuh air hangat. Dia bersandar pada bak mandi itu dan menatap langit-langit. Itu adalah marmel mahal yang digambarkan di dalam novel. Rumah yang ditinggali Cale sebenarnya dipenuhi marmer.

Cale mulai bergumam sendiri saat dia memandangi langit-langit.

“Toh tidak banyak hal yang akan kurindukan.”

Hidupnya sebagai Kim Rok Soo. Benar-benar tidak banyak hal yang berarti. Dia seorang yatim piatu dan tidak punya banyak uang. Dia juga tidak memiliki seseorang yang dicintainya sampai mati, maupun seorang teman yang akan diselamatkannya dengan berkorban nyawa. Dia hanya terus hidup karena dia tidak bisa mati.

Ya, dia tidak bisa mati.

Dia benar-benar membenci pikiran tentang kematian atau rasa sakit. Dia menjadi yatim piatu setelah kedua orangtuanya meninggal dunia karena kecelakaan mobil ketika dia masih kecil.

Dia tidak menyukai rasa sakit atau kematian. Tidak peduli apapun itu, bahkan jika dia harus berguling-guling di tumpukan kotoran anjing, itu masih lebih baik daripada mati.

‘Karena itulah, aku perlu terlebih dahulu memastikan aku tidak digebuki.”

 Cale tidak tahu tanggal berapa di novel saat ini, tapi dia yakin dia belum bertemu dengan sang tokoh utama. Alasannya sederhana.

‘Aku tidak punya bekas luka di pinggangku.’

Cale Henituse, si pembuat onar dari keluarga Count Henituse. Beberapa hari sebelum bertemu dengan sang tokoh utama, Cale minum-minum dan berbuat onar. Dia melempar-lempar benda di sekitarnya dan pinggangnya tertusuk oleh kaki meja yang rusak, menyebabkan bekas luka.

Benar-benar karakter yang menarik. Dia tidak mendapat bekas luka karena berkelahi dengan seseorang. Dia terluka karena dia marah alkoholnya tidak terasa enak lalu mengamuk. Dia bertemu dengan sang tokoh utama setelah dia mendapat bekas luka itu, dan setelah berbicara sebentar, dia dipukuli sampai babak belur.

“Mm.”

Cale menyilangkan kedua lengannya dan mulai berpikir.

Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Cale setelah dia dibuat babak belur di jilid pertama. Satu-satunya yang dia tahu adalah sang tokoh utama, Choi Han, memiliki banyak pertemuan yang ditakdirkan dan mengatasi berbagai tantangan agar membuatnya tumbuh menjadi seorang pahlawan bersama dengan anggota kelompoknya.

Maka, era baginya untuk membuktikan dirinya adalah pahlawan akan dimulai. Kerajaan Roan tempat di mana Cale tinggal saat ini, serta banyak tempat lainnya di benua barat dan timur, akan dipenuhi oleh peperangan. Ini benar-benar akan menjadi waktu di mana para pahlawan menunjukkan potensi penuh mereka.

Cale mulai mengernyit. Kim Rok Soo, laki-laki yang menjadi Cale. Moto hidupnya cukup sederhana.

Hidup panjang tanpa rasa sakit. Menikmati kegembiraan-kegembiraan kecil dalam hidup.

 Menjalani kehidupan yang damai.

“…Selama aku membuat ceritanya berjalan seperti seharusnya sembari menghindari diriku digebuki, tokoh utamanya akan mengurus sisanya.”

Anehnya, dia dapat mengingat setiap baris di buku itu tanpa kesulitan. Cale bersantai di dalam air hangat sementara dia membuat kesimpulan akhir dengan kepalanya yang kini sudah jernih.

“Ini pantas dicoba.”

Berusaha menghindari perang di benua dan hidup dengan damai pantas dicoba. Situasi si pembuat onar ini jauh lebih baik dibandingkan saat dia menjadi Kim Rok Soo. Lokasi rumah ini terletak di sudut benua barat, menjadikannya lokasi ideal untuk menghindari perang. Di novelnya sendiri, ada banyak bangsawan yang berhasil menghindari dampak peperangan. Meskipun dia tidak bisa menghindarinya sepenuhnya, setidaknya dia bisa meminimalkan kerugiannya.

“Tuan muda, apa Anda di kamar mandi?”

Dia dapat mendengar suara Ron dari luar. Cale memikirkan tentang identitas asli Ron. Ron adalah assassin yang menyeberang dari Benua Timur lewat laut. Dia berpura-pura menjadi orang tua yang lemah lembut, tapi Ron yang asli adalah seorang pria yang kejam dan bengis.

“Ya. Aku akan segera keluar.”

Dia biasanya merespon dengan berbicara santai kepada orang tua itu. Cale menyadari apa yang sedang dia lakukan dan memutuskan tentang apa yang akan dia lakukan ke depannya.

Dia perlu mendorong lelaki tua itu kepada sang tokoh utama dan mengirimnya pergi.

Lelaki tua itu dapat dengan mudah membunuh Cale dengan satu pukulan, tapi dia memperlakukannya seperti anak anjing yang kamu biarkan karena kamu merasa kasihan. Dia tersenyum lembut, tetapi tidak ada secuilpun rasa peduli tentang Cale di dalam dirinya. Di novel, Ron pergi bersama sang tokoh utama dan putranya setelah Choi Han menghajar Cale hingga babak belur.

Cale memakai mantel mandi dan segera keluar dari kamar mandi. Ron sedang berdiri di sana dengan senyum di wajahnya dan nampan dengan sebuah cangkir di kedua tangannya.

“Tuan muda, silahkan.”

Cale mengambil cangkir itu dan berjalan melewati lelaki tua itu. Dia tidak ingin membuat kontak mata dengan lelaki tua seberbahaya dirinya.

“Bagus, makasih.”

Ekspresi Ron lagi-lagi menjadi ganjil, tapi Cale telah berjalan melewatinya. Cale meminum air dingin itu dan mulai berpikir.

‘Ada banyak orang kuat di sini.’

Malah, terlalu banyak. Kemanapun tokoh utamanya pergi, pasti ada orang yang kuat atau orang dengan rahasia tersembunyi. Orang-orang ini berasal dari ras manusia dan ras-ras lainnya.

‘Aku setidaknya butuh kekuatan untuk melindungi diriku sendiri.’

Agar dapat hidup panjang tanpa rasa sakit di benua yang akan segera dipenuhi peperangan, kamu butuh level kekuatan yang cukup. Tentu saja, kamu tidak boleh terlalu kuat. Jika tidak, kamu akan menghadapi masalah-masalah rumit nantinya.

Cale merenungkan tentang berbagai pertemuan bertuah di paruh awal novel. Kekuatan yang membuat sang tokoh utama dan anggota kelompoknya semakin kuat. Dia sedang memikirkan tentang kekuatan mana yang bisa membantunya hidup panjang tanpa rasa sakit. Ada dua kekuatan yang terpikir olehnya. Dia hanya perlu mengambil salah satunya.

“Tuan muda, kami sekarang akan membantu Anda berpakaian.”

“Oh, ya. Makasih.”

Pintu ruangan segera terbuka dan beberapa pelayan masuk untuk mendampingi Ron membantu Cale berpakaian. Cale tidak menyadari Ron memasang ekpresi tanpa emosi, tidak seperti dirinya yang biasa, saat dia melihat pakaian yang sedang dibawa masuk para pelayan.

“Ah, pilihkan model yang sederhana hari ini.”

Dia membenci pakaian yang terlalu rumit. Pakaian sederhana yang membuatmu merasa nyaman adalah yang terbaik.

“Ya, tuan muda.”

Pelayan yang bertanggung jawab atas pakaian segera mengeluarkan beberapa pakaian dengan model sederhana dan Cale memakai model yang paling sederhana di antaranya. Dia sedikit mengernyit setelah selesai berpakaian. Bahkan pakaian ‘sederhana’ ini tampak sangat mahal dan tidak sesuai seleranya.

Akan tetapi, pantulan dirinya di cermin tampak lumayan tampan.

‘Dia benar-benar tampan dan membuat pakaian apapun yang dikenakannya terlihat bagus.’

Memang wajahlah yang menyempurnakan mode.  Dia menatap cermin dan memperbaiki lengan bajunya lalu berputar untuk melihat Ron.

Ron sekali lagi tersenyum layaknya orang tua yang lemah lembut.

“Ron, ayo pergi.”

“Ya, tuan muda.”

Cale berjalan di belakang Ron. Adalah hal yang bagus karena dia tidak perlu tahu tentang tata ruang rumah itu. Dia hanya perlu mengikuti Ron kemanapun dia pergi. Semua pelayan yang Cale lihat terperanjat lalu membungkuk dengan hormat sebelum terlihat seperti berusaha melarikan diri.

‘Kenapa mereka sangat ketakutan? Cale tidak pernah memukul orang.’

Dia hanya senang minum dan bermain. Terkadang, ketika dia mabuk, dia memang merusak barang. Itu sebabnya dia disebut pembuat onar di keluarga. Dia juga tidak memperlakukan orang-orang sebagaimana mestinya, kecuali beberapa orang yang disukainya.

‘Yah, lebih bagus jika tidak ada yang mengajakku berbicara.’

Cale memikirkan tentang hal ini dengan tenang. Akan lebih sulit jika dia berada di tubuh seorang warga teladan. Pembuat onar bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa rasa cemas. Hal ini mungkin dilakukannya karena dia tidak ada keinginan untuk hidup sebagai warga teladan.

“Saya sekarang akan membuka pintunya.”

“Baiklah.”

Cale menganggukkan kepalanya kepada Ron. Buku itu menyebutkan bahwa Cale memperlakukan Ron, seseorang yang merawatnya seperti cucunya sendiri sejak kecil, layaknya ayahnya sendiri. Di sana disebutkan bahwa dia selalu merespons Ron dan memperlakukannya sepatutnya. Tentu saja, Ron tidak berpikir begitu. Itu sebabnya Cale tidak merasa sulit berbicara kepada Ron. Dia hanya perlu menjawab pertanyaan Ron dan memperlakukannya layaknya seorang manusia.

“Semoga Anda menikmati sarapan Anda.”

“Makasih, Ron, pastikan kamu juga makan dengan baik.”

Cale berjalan melewati Ron dan masuk ke dalam ruang makan. Dia dapat melihat keluarganya duduk di sana. Ayahnya dan kepala keluarga Henituse saat ini, Deruth. Di sebelahnya adalah ibu tiri Cale, Countess, serta putra dan putrinya. Keempat orang ini menoleh ke arah Cale.

“Kamu terlambat lagi, hari ini.”

Cale memalingkan pandangannya ke arah ayahnya yang berbicara. [Kelahiran Pahlawan] menggambarkan perasaan Cale terhadap ayahnya seperti ini.

‘Ayahnya adalah satu-satunya yang dia patuhi. Alasan si pembuat onar tetap tinggal di sini dan mendapatkan apapun yang inginkan di dalam wilayah keluarga Count adalah karena ayahnya, Count Deruth Henituse.’

Tetapi, sayangnya, ayah Cale tidak seperti ayah-ayah kuat lainnya di novel ini. Dia tidak mempunyai keterampilan atau pengaruh khusus apapun. Dia hanya punya banyak uang. Meskipun demikian, Cale sangat menyukai hal ini. Ini adalah lingkungan keluarga yang sempurna jika ingin hidup sederhana.

Lalu ada tiga orang lainnya.

Ibu tirinya yang tahu Cale tidak menyukainya dan menghindari Cale.

Putra sulungnya yang pintar, yang merasa sulit menghadapi Cale, kakak lakinya yang jauh lebih tua.

Dan si bungsu yang imut, yang menghindari Cale, kakaknya.

Namun, Cale tidak pernah mengganggu mereka atau sebaliknya. Mereka hanya memperlakukan satu sama lain bagaikan orang asing.

Cale berpikir ini adalah lingkungan yang cocok baginya yang ingin hidup sendirian dengan tenang.

“Duduklah.”

“Baik, ayah.”

Cale memandangi hidangan di atas meja yang dianggapnya terlalu berlebihan sebagai menu sarapan lalu duduk di kursinya. Dia kemudian merasakan sesuatu yang janggal lalu mengangkat kepalanya.

“Apa ada hal yang ingin Anda katakan, ayah?”

“…Tidak, tidak ada.”

Deruth menatap Cale. Anggota keluarga lainnya melakukan hal yang sama. Cale membuat kontak mata dengan tiap-tiap anggota keluarganya. Mereka cepat-cepat berpaling ketika pandangan mereka bertemu dan melanjutkan sarapan.

‘Kurasa mereka sangat kesulitan menghadapiku.’

Cale turut memalingkan kepalanya ke arah meja. Hidangan mewah ini yang berbeda dengan sarapan yang biasa dia makan hanya untuk mengisi perutnya membuatnya mulai tersenyum. Pertama-tama dia mulai memotong sosis dengan pisau.

‘Ini sangat lezat.’

Dia tidak tahu jika cairan merembes keluar saat dia memotongnya karena itu sosis buatan sendiri atau karena dimasak dengan baik, warna sosis itu membuatnya merasa lapar. Cale mulai tersenyum tanpa dia sadari. 

Klontang.

Dia mendengar sesuatu jatuh dan matanya bertatapan dengan adik laki-lakinya, Basen. Dia dapat melihat Basen telah menjatuhkan garpu di tangannya.

“Maafkan saya.”

Basen meminta maaf dengan tenang, kepribadiannya seperti yang digambarkan di novel. Pelayan yang bertanggung jawab atas makanan segera datang untuk memberikan Basen sebuah garpu baru dan memungut garpu yang terjatuh di lantai. Melihat itu membuat Cale berpikir sangat menyenangkan menjadi seorang bangsawan, sebelum akhirnya dia kembali fokus pada makanan di depannya.

Cale telah menemukan satu hal bagus setelah masuk ke dalam dunia novel ini. Sarapan ini sangat mewah dan lezat sampai-sampai perutnya merasa sangat bahagia.

Senyum di wajahnya seakan tidak mau hilang.

“…Ho?”

Itu sebabnya dia tidak mendengar seruan terkejut yang dilontarkan adiknya Basen.

 

 

Proofreader: Tsura

 

 

 

Trash of the Count’s Family

Chapter 2: Ketika Aku Membuka Mata (1)

 

Laki-laki itu dapat merasakan seseorang menepuk badannya dengan lembut. Tangan yang kasar itu mengingatkan laki-laki itu pada tangan orangtua yang sudah sepuh. Kehangatan seperti itulah yang dia rasakan.

“Tuan muda, sudah pagi.”

Namun, suara itu terdengar sangat dalam. Laki-laki itu merinding di sekujur tubuhnya dan tanpa sadar dia membuka kedua matanya. Alih-alih cerahnya sinar matahari yang masuk melalui jendela untuk menghangatkan mata laki-laki itu, apa yang dia lihat justru seorang laki-laki tua berdiri di depannya dengan ekspresi puas di wajahnya.

“Saya terkejut melihat Anda bangun hanya dengan satu kali tepukan.”

“Hah?”

“Tuan besar ingin sarapan bersama karena sudah cukup lama tuan muda tidak ikut. Sepertinya hari ini bisa."

Laki-laki itu dapat melihat sebuah cermin di belakang bahu laki-laki tua itu. Di dalam cermin tampak seorang laki-laki berambut merah yang terlihat kebingungan sedang balik menatapnya.

‘Kurasa laki-laki itu adalah aku’.

“Tuan muda Cale?”

Laki-laki itu menoleh ke arah sumber suara yang terdengar khawatir dan mendapati lelaki tua itu, yang terlihat seperti seorang pelayan, sedang memandanginya. Namun, lelaki yang cemas itu bukanlah masalahnya.

Laki-laki itu mendengarnya dengan jelas.

Tuan muda Cale. Nama itu kedengaran tidak asing. Tanpa sengaja dia mengucapkan nama itu dengan perlahan.

“Cale Henituse?”

Pelayan tua itu sedang menatapnya seolah-olah dia sedang melihat cucunya sendiri.

“Ya. Itu nama Anda, tuan muda. Kurasa Anda masih sedikit mabuk.”

Setelah mendengar lelaki tua itu merespons dengan cemas, laki-laki itu lantas teringat sebuah nama yang bahkan lebih penting dari nama Cale Henituse.

“…Beacrox.”

“Apa Anda sedang membicarakan putra saya?”

“…Koki.”

“Ya. Putra saya seorang koki. Apa Anda butuh dia membuatkan sesuatu untuk meredakan sakit kepala Anda karena mabuk?”

Laki-laki itu merasakan sekelilingnya berubah gelap dan dia mulai merasa pusing. Dia menundukkan kepalanya dan menopangnya dengan tangannya.

“Tuan muda, apa Anda masih mabuk? Perlu saya panggilkan dokter? Atau Anda ingin mandi sekarang?”

Laki-laki itu memandangi rambut merah yang jatuh di depan wajahnya. Warnanya merah terang, berbeda jauh dengan rambut aslinya yang berwarna hitam.

Cale Henituse. Beacrox. Ayah Beacrox, Ron.

Mereka adalah karakter yang muncul di paruh awal [Kelahiran Pahlawan], sebuah novel yang dibaca laki-laki itu sebelum dia terlelap tidur semalam.

Dia menyentakkan kepalanya dan melihat sekeliling. Dia dapat melihat kamar tidur yang jauh berbeda dengan desain tipikal orang Korea. Hal ini mengingatkan laki-laki itu pada negara Eropa. Setiap benda di ruangan itu tampak sangat mahal dan mewah.

“Tuan muda?”

Laki-laki itu menjawab Ron, lelaki tua yang sedang berpura-pura terlihat prihatin dan cemas.

“Air dingin.”

“Maaf?”

Dia butuh sesuatu untuk menjernihkan pikirannya. Dia dapat melihat wajah Cale Henituse di cermin di belakang Ron si lelaki tua.

‘Masih terlihat normal.’

‘Kurasa Cale belum babak belur dihajar oleh sang tokoh utama.’

Wajah tampannya menarik perhatiannya.

Laki-laki itu telah menjadi Cale Henituse ketika dia membuka matanya.

Cale Henituse. Si pembuat onar yang dipukuli sampai babak belur oleh sang tokoh utama di paruh awal [Kelahiran Pahlawan]. Itulah dia.

“Tuan muda, saya menduga Anda tidak akan mandi dengan air dingin. Apa Anda meminta air minum?”

Cale memalingkan pandangannya ke Ron. Ron mungkin berpura-pura menjadi lelaki tua yang lemah lembut, tapi dia sebenarnya tengah menyembunyikan identitas aslinya sebagai seseorang yang kejam dan bengis.

Dia mengucapkan permintaannya kepada Ron.

“Tolong bawakan aku air minum.”

Dia perlu minum air dingin dan menjernihkan pikirannya terlebih dahulu.

“Saya akan segera menyiapkannya.”

“Bagus. Terima kasih.”

Ron tersentak untuk sesaat dan sebuah ekspresi yang aneh tampak di wajahnya, tetapi Cale tidak menyadarinya.

 

***

Ron harus keluar dari kamar tidur itu karena di ruangan itu hanya ada air hangat. Ketika dia telah sendirian, Cale bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Jika dia benar-benar berada di dalam sebuah novel, dia tahu seharusnya ada sebuah cermin besar di dalamnya.

Seperti yang dia duga, cermin besar itu memang ada di kamar mandi. Cale Henituse, yang sangat memperhatikan penampilan dan fisiknya, meminta agar cermin itu dipasang di sini. Tidak seorangpun di rumah ini yang memiliki cermin seperti itu.

Laki-laki di cermin memiliki rambut merah dan tubuh yang cukup bugar. Tidak salah jika dia bilang dia memiliki tubuh yang akan membuat gaya penampilan apapun terlihat bagus.

“Aku memang benar Cale.”

Laki-laki di cermin benar-benar Cale Henituse dari novel itu. [Kelahiran Pahlawan] sangat rinci menggambarkan penampilan dari tiap-tiap karakternya. Itu sebabnya laki-laki itu tidak punya pilihan selain menerima bahwa dia telah berubah menjadi Cale Henituse.

Apakah biasanya orang-orang menjadi lebih tenang ketika mereka terkejut dan terguncang? Cale, bukan, Kim Rok Soo, dengan tenang memikirkan tentang malam sebelumnya.

Itu adalah hari libur seperti biasa. Sudah cukup lama semenjak dia benar-benar membaca sebuah buku alih-alih membaca dari hp-nya, jadi dia pergi ke perpustakaan untuk melihat-lihat beberapa buku. Dia meminjam semua serinya karena dia berencana untuk membaca sepanjang hari.

Judul buku itu, tentu saja, adalah [Kelahiran Pahlawan]. Dia berhasil menyelesaikan jilid ke-5 sebelum dia jatuh tertidur. Tapi ketika dia bangun, dia telah berubah menjadi Cale Henituse, seseorang yang tanpa ampun dihajar oleh sang tokoh utama di jilid pertama.

‘Akankah semuanya berjalan seperti yang terjadi di novel?’

Anehnya dia merasa tenang. Setelah melewati momen terkejutnya, pikirannya telah kembali tenang. Dia mulai mengingat isi jilid pertama.

[Kelahiran Pahlawan]

Novel ini menceritakan tentang kelahiran para pahlawan di benua barat dan timur, serta bagaimana mereka berkembang setelah menghadapi berbagai tantangan. Tokoh utamanya, tentu saja, orang Korea. Dia seorang murid yang berpindah dunia saat masih kelas 1 SMA. Di samping itu, masa hidupnya sama panjangnya dengan seekor naga, membuatnya seolah-olah tidak pernah menua.

“…Ini buruk?”

Dia akan dibuat babak belur oleh orang itu. Walaupun demikian, hal yang paling penting adalah dia belum dipukuli. 

Cale memalingkan pandangannya dari cermin itu dan berjalan ke dalam bak mandi yang penuh air hangat. Dia bersandar pada bak mandi itu dan menatap langit-langit. Itu adalah marmel mahal yang digambarkan di dalam novel. Rumah yang ditinggali Cale sebenarnya dipenuhi marmer.

Cale mulai bergumam sendiri saat dia memandangi langit-langit.

“Toh tidak banyak hal yang akan kurindukan.”

Hidupnya sebagai Kim Rok Soo. Benar-benar tidak banyak hal yang berarti. Dia seorang yatim piatu dan tidak punya banyak uang. Dia juga tidak memiliki seseorang yang dicintainya sampai mati, maupun seorang teman yang akan diselamatkannya dengan berkorban nyawa. Dia hanya terus hidup karena dia tidak bisa mati.

Ya, dia tidak bisa mati.

Dia benar-benar membenci pikiran tentang kematian atau rasa sakit. Dia menjadi yatim piatu setelah kedua orangtuanya meninggal dunia karena kecelakaan mobil ketika dia masih kecil.

Dia tidak menyukai rasa sakit atau kematian. Tidak peduli apapun itu, bahkan jika dia harus berguling-guling di tumpukan kotoran anjing, itu masih lebih baik daripada mati.

‘Karena itulah, aku perlu terlebih dahulu memastikan aku tidak digebuki.”

 Cale tidak tahu tanggal berapa di novel saat ini, tapi dia yakin dia belum bertemu dengan sang tokoh utama. Alasannya sederhana.

‘Aku tidak punya bekas luka di pinggangku.’

Cale Henituse, si pembuat onar dari keluarga Count Henituse. Beberapa hari sebelum bertemu dengan sang tokoh utama, Cale minum-minum dan berbuat onar. Dia melempar-lempar benda di sekitarnya dan pinggangnya tertusuk oleh kaki meja yang rusak, menyebabkan bekas luka.

Benar-benar karakter yang menarik. Dia tidak mendapat bekas luka karena berkelahi dengan seseorang. Dia terluka karena dia marah alkoholnya tidak terasa enak lalu mengamuk. Dia bertemu dengan sang tokoh utama setelah dia mendapat bekas luka itu, dan setelah berbicara sebentar, dia dipukuli sampai babak belur.

“Mm.”

Cale menyilangkan kedua lengannya dan mulai berpikir.

Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Cale setelah dia dibuat babak belur di jilid pertama. Satu-satunya yang dia tahu adalah sang tokoh utama, Choi Han, memiliki banyak pertemuan yang ditakdirkan dan mengatasi berbagai tantangan agar membuatnya tumbuh menjadi seorang pahlawan bersama dengan anggota kelompoknya.

Maka, era baginya untuk membuktikan dirinya adalah pahlawan akan dimulai. Kerajaan Roan tempat di mana Cale tinggal saat ini, serta banyak tempat lainnya di benua barat dan timur, akan dipenuhi oleh peperangan. Ini benar-benar akan menjadi waktu di mana para pahlawan menunjukkan potensi penuh mereka.

Cale mulai mengernyit. Kim Rok Soo, laki-laki yang menjadi Cale. Moto hidupnya cukup sederhana.

Hidup panjang tanpa rasa sakit. Menikmati kegembiraan-kegembiraan kecil dalam hidup.

 Menjalani kehidupan yang damai.

“…Selama aku membuat ceritanya berjalan seperti seharusnya sembari menghindari diriku digebuki, tokoh utamanya akan mengurus sisanya.”

Anehnya, dia dapat mengingat setiap baris di buku itu tanpa kesulitan. Cale bersantai di dalam air hangat sementara dia membuat kesimpulan akhir dengan kepalanya yang kini sudah jernih.

“Ini pantas dicoba.”

Berusaha menghindari perang di benua dan hidup dengan damai pantas dicoba. Situasi si pembuat onar ini jauh lebih baik dibandingkan saat dia menjadi Kim Rok Soo. Lokasi rumah ini terletak di sudut benua barat, menjadikannya lokasi ideal untuk menghindari perang. Di novelnya sendiri, ada banyak bangsawan yang berhasil menghindari dampak peperangan. Meskipun dia tidak bisa menghindarinya sepenuhnya, setidaknya dia bisa meminimalkan kerugiannya.

“Tuan muda, apa Anda di kamar mandi?”

Dia dapat mendengar suara Ron dari luar. Cale memikirkan tentang identitas asli Ron. Ron adalah assassin yang menyeberang dari Benua Timur lewat laut. Dia berpura-pura menjadi orang tua yang lemah lembut, tapi Ron yang asli adalah seorang pria yang kejam dan bengis.

“Ya. Aku akan segera keluar.”

Dia biasanya merespon dengan berbicara santai kepada orang tua itu. Cale menyadari apa yang sedang dia lakukan dan memutuskan tentang apa yang akan dia lakukan ke depannya.

Dia perlu mendorong lelaki tua itu kepada sang tokoh utama dan mengirimnya pergi.

Lelaki tua itu dapat dengan mudah membunuh Cale dengan satu pukulan, tapi dia memperlakukannya seperti anak anjing yang kamu biarkan karena kamu merasa kasihan. Dia tersenyum lembut, tetapi tidak ada secuilpun rasa peduli tentang Cale di dalam dirinya. Di novel, Ron pergi bersama sang tokoh utama dan putranya setelah Choi Han menghajar Cale hingga babak belur.

Cale memakai mantel mandi dan segera keluar dari kamar mandi. Ron sedang berdiri di sana dengan senyum di wajahnya dan nampan dengan sebuah cangkir di kedua tangannya.

“Tuan muda, silahkan.”

Cale mengambil cangkir itu dan berjalan melewati lelaki tua itu. Dia tidak ingin membuat kontak mata dengan lelaki tua seberbahaya dirinya.

“Bagus, makasih.”

Ekspresi Ron lagi-lagi menjadi ganjil, tapi Cale telah berjalan melewatinya. Cale meminum air dingin itu dan mulai berpikir.

‘Ada banyak orang kuat di sini.’

Malah, terlalu banyak. Kemanapun tokoh utamanya pergi, pasti ada orang yang kuat atau orang dengan rahasia tersembunyi. Orang-orang ini berasal dari ras manusia dan ras-ras lainnya.

‘Aku setidaknya butuh kekuatan untuk melindungi diriku sendiri.’

Agar dapat hidup panjang tanpa rasa sakit di benua yang akan segera dipenuhi peperangan, kamu butuh level kekuatan yang cukup. Tentu saja, kamu tidak boleh terlalu kuat. Jika tidak, kamu akan menghadapi masalah-masalah rumit nantinya.

Cale merenungkan tentang berbagai pertemuan bertuah di paruh awal novel. Kekuatan yang membuat sang tokoh utama dan anggota kelompoknya semakin kuat. Dia sedang memikirkan tentang kekuatan mana yang bisa membantunya hidup panjang tanpa rasa sakit. Ada dua kekuatan yang terpikir olehnya. Dia hanya perlu mengambil salah satunya.

“Tuan muda, kami sekarang akan membantu Anda berpakaian.”

“Oh, ya. Makasih.”

Pintu ruangan segera terbuka dan beberapa pelayan masuk untuk mendampingi Ron membantu Cale berpakaian. Cale tidak menyadari Ron memasang ekpresi tanpa emosi, tidak seperti dirinya yang biasa, saat dia melihat pakaian yang sedang dibawa masuk para pelayan.

“Ah, pilihkan model yang sederhana hari ini.”

Dia membenci pakaian yang terlalu rumit. Pakaian sederhana yang membuatmu merasa nyaman adalah yang terbaik.

“Ya, tuan muda.”

Pelayan yang bertanggung jawab atas pakaian segera mengeluarkan beberapa pakaian dengan model sederhana dan Cale memakai model yang paling sederhana di antaranya. Dia sedikit mengernyit setelah selesai berpakaian. Bahkan pakaian ‘sederhana’ ini tampak sangat mahal dan tidak sesuai seleranya.

Akan tetapi, pantulan dirinya di cermin tampak lumayan tampan.

‘Dia benar-benar tampan dan membuat pakaian apapun yang dikenakannya terlihat bagus.’

Memang wajahlah yang menyempurnakan mode.  Dia menatap cermin dan memperbaiki lengan bajunya lalu berputar untuk melihat Ron.

Ron sekali lagi tersenyum layaknya orang tua yang lemah lembut.

“Ron, ayo pergi.”

“Ya, tuan muda.”

Cale berjalan di belakang Ron. Adalah hal yang bagus karena dia tidak perlu tahu tentang tata ruang rumah itu. Dia hanya perlu mengikuti Ron kemanapun dia pergi. Semua pelayan yang Cale lihat terperanjat lalu membungkuk dengan hormat sebelum terlihat seperti berusaha melarikan diri.

‘Kenapa mereka sangat ketakutan? Cale tidak pernah memukul orang.’

Dia hanya senang minum dan bermain. Terkadang, ketika dia mabuk, dia memang merusak barang. Itu sebabnya dia disebut pembuat onar di keluarga. Dia juga tidak memperlakukan orang-orang sebagaimana mestinya, kecuali beberapa orang yang disukainya.

‘Yah, lebih bagus jika tidak ada yang mengajakku berbicara.’

Cale memikirkan tentang hal ini dengan tenang. Akan lebih sulit jika dia berada di tubuh seorang warga teladan. Pembuat onar bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa rasa cemas. Hal ini mungkin dilakukannya karena dia tidak ada keinginan untuk hidup sebagai warga teladan.

“Saya sekarang akan membuka pintunya.”

“Baiklah.”

Cale menganggukkan kepalanya kepada Ron. Buku itu menyebutkan bahwa Cale memperlakukan Ron, seseorang yang merawatnya seperti cucunya sendiri sejak kecil, layaknya ayahnya sendiri. Di sana disebutkan bahwa dia selalu merespons Ron dan memperlakukannya sepatutnya. Tentu saja, Ron tidak berpikir begitu. Itu sebabnya Cale tidak merasa sulit berbicara kepada Ron. Dia hanya perlu menjawab pertanyaan Ron dan memperlakukannya layaknya seorang manusia.

“Semoga Anda menikmati sarapan Anda.”

“Makasih, Ron, pastikan kamu juga makan dengan baik.”

Cale berjalan melewati Ron dan masuk ke dalam ruang makan. Dia dapat melihat keluarganya duduk di sana. Ayahnya dan kepala keluarga Henituse saat ini, Deruth. Di sebelahnya adalah ibu tiri Cale, Countess, serta putra dan putrinya. Keempat orang ini menoleh ke arah Cale.

“Kamu terlambat lagi, hari ini.”

Cale memalingkan pandangannya ke arah ayahnya yang berbicara. [Kelahiran Pahlawan] menggambarkan perasaan Cale terhadap ayahnya seperti ini.

‘Ayahnya adalah satu-satunya yang dia patuhi. Alasan si pembuat onar tetap tinggal di sini dan mendapatkan apapun yang inginkan di dalam wilayah keluarga Count adalah karena ayahnya, Count Deruth Henituse.’

Tetapi, sayangnya, ayah Cale tidak seperti ayah-ayah kuat lainnya di novel ini. Dia tidak mempunyai keterampilan atau pengaruh khusus apapun. Dia hanya punya banyak uang. Meskipun demikian, Cale sangat menyukai hal ini. Ini adalah lingkungan keluarga yang sempurna jika ingin hidup sederhana.

Lalu ada tiga orang lainnya.

Ibu tirinya yang tahu Cale tidak menyukainya dan menghindari Cale.

Putra sulungnya yang pintar, yang merasa sulit menghadapi Cale, kakak lakinya yang jauh lebih tua.

Dan si bungsu yang imut, yang menghindari Cale, kakaknya.

Namun, Cale tidak pernah mengganggu mereka atau sebaliknya. Mereka hanya memperlakukan satu sama lain bagaikan orang asing.

Cale berpikir ini adalah lingkungan yang cocok baginya yang ingin hidup sendirian dengan tenang.

“Duduklah.”

“Baik, ayah.”

Cale memandangi hidangan di atas meja yang dianggapnya terlalu berlebihan sebagai menu sarapan lalu duduk di kursinya. Dia kemudian merasakan sesuatu yang janggal lalu mengangkat kepalanya.

“Apa ada hal yang ingin Anda katakan, ayah?”

“…Tidak, tidak ada.”

Deruth menatap Cale. Anggota keluarga lainnya melakukan hal yang sama. Cale membuat kontak mata dengan tiap-tiap anggota keluarganya. Mereka cepat-cepat berpaling ketika pandangan mereka bertemu dan melanjutkan sarapan.

‘Kurasa mereka sangat kesulitan menghadapiku.’

Cale turut memalingkan kepalanya ke arah meja. Hidangan mewah ini yang berbeda dengan sarapan yang biasa dia makan hanya untuk mengisi perutnya membuatnya mulai tersenyum. Pertama-tama dia mulai memotong sosis dengan pisau.

‘Ini sangat lezat.’

Dia tidak tahu jika cairan merembes keluar saat dia memotongnya karena itu sosis buatan sendiri atau karena dimasak dengan baik, warna sosis itu membuatnya merasa lapar. Cale mulai tersenyum tanpa dia sadari. 

Klontang.

Dia mendengar sesuatu jatuh dan matanya bertatapan dengan adik laki-lakinya, Basen. Dia dapat melihat Basen telah menjatuhkan garpu di tangannya.

“Maafkan saya.”

Basen meminta maaf dengan tenang, kepribadiannya seperti yang digambarkan di novel. Pelayan yang bertanggung jawab atas makanan segera datang untuk memberikan Basen sebuah garpu baru dan memungut garpu yang terjatuh di lantai. Melihat itu membuat Cale berpikir sangat menyenangkan menjadi seorang bangsawan, sebelum akhirnya dia kembali fokus pada makanan di depannya.

Cale telah menemukan satu hal bagus setelah masuk ke dalam dunia novel ini. Sarapan ini sangat mewah dan lezat sampai-sampai perutnya merasa sangat bahagia.

Senyum di wajahnya seakan tidak mau hilang.

“…Ho?”

Itu sebabnya dia tidak mendengar seruan terkejut yang dilontarkan adiknya Basen.


*** 

Proofreader: Tsura

 

<<<

Chapter Sebelumnya   

>>>

Chapter Selanjutnya 

===